Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
BARU-baru ini, para ilmuwan berhasil mengungkap salah satu misteri paling mengerikan dari zaman purba: Arthropleura, serangga raksasa yang hidup sekitar 300 juta tahun yang lalu. Hewan ini hidup di hutan tropis yang lembap dan hangat, terutama di sekitar sabuk ekuator Bumi selama periode Karbon-Perm. Yang membuatnya menakutkan adalah ukuran tubuhnya yang luar biasa mencapai panjang hampir 9 kaki (sekitar 2,6 meter) dengan berat lebih dari 100 pon (50 kilogram).
Meski fosil Arthropleura telah lama ditemukan, bagian kepala dari serangga ini selalu menjadi teka-teki besar. Hal ini disebabkan kebanyakan fosil yang ditemukan adalah cangkang yang ditinggalkan saat mereka berganti kulit. Saat serangga ini tumbuh semakin besar, mereka keluar dari rangka luarnya melalui lubang di kepala, sehingga kepala mereka jarang sekali ditemukan dalam kondisi utuh.
Namun, berkat teknologi canggih seperti pemindaian CT sinar-X (mikro-tomografi), para ilmuwan kini bisa mengintip lebih dalam dan menyingkap tabir misteri tentang kepala Arthropleura. Penelitian terbaru yang dilakukan pada spesimen muda yang ditemukan di situs fosil Montceau-les-Mines, Prancis, akhirnya mengungkap detail luar biasa dari anatomi kepala serangga ini.
Baca juga : Telur atau Ayam: Debat Abadi tentang Mana yang Mendahului
Hewan raksasa ini merupakan anggota dari kelompok myriapoda, yaitu klan artropoda darat yang mencakup kelabang dan lipan. Namun, Arthropleura adalah salah satu anggota terbesar yang pernah ada. Kepala serangga ini tertutupi oleh struktur seperti kerah besar yang disebut collum, yang sebelumnya dianggap sebagai bagian dari kepala namun ternyata adalah bagian dari tubuh.
Hingga kini, banyak aspek dari kehidupan Arthropleura yang masih menjadi misteri. Namun, dengan penemuan terbaru ini, para ilmuwan mulai memahami lebih baik tentang bagaimana makhluk ini berinteraksi dengan lingkungannya. Mereka diperkirakan hidup dengan memakan dedaunan dan kulit kayu, meskipun kepala mereka yang kecil dan mulut yang sederhana tampak tidak begitu menyeramkan dibandingkan dengan ukuran tubuhnya yang raksasa.
Penemuan ini memberikan wawasan penting dalam memahami evolusi serangga dan makhluk purba lainnya yang pernah mendominasi Bumi jutaan tahun lalu. Meski Arthropleura sudah punah, keberadaan mereka memberikan bukti bahwa kehidupan di Bumi pernah dihuni oleh makhluk-makhluk raksasa yang bahkan lebih besar dari serangga modern yang kita lihat hari ini.
Jadi, bayangkan jika serangga sepanjang 9 kaki ini masih hidup saat ini tentu menjadi mimpi buruk bagi banyak orang! (science/Z-3)
APA kamu pernah merasa kulit terasa gatal saat memikirkan atau membicarakan tentang serangga? Hal ini terjadi bukan tanpa alasan karena ada alasan medis mengapa hal tersebut terjadi.
Perubahan iklim membuat serangga harus beradaptasi. Bagi yang bisa, mereka bertahan. Tapi bagi yang tidak, mereka akan punah.
Kalau dengar kata serangga, yang terlintas di benak orang biasanya semut, kecoa, atau nyamuk. Padahal serangga memegang peran kunci dalam hampir semua proses ekologi.
ANGGOTA Komisi IX DPR RI Alifudin menekankan bahwa usulan mengenai serangga sebagai lauk dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) perlu dikaji secara mendalam sebelum diterapkan.
Wacana penggunaan serangga seperti belalang dan ulat sagu dalam menu MBG hanya relevan untuk daerah tertentu yang memang memiliki tradisi mengonsumsinya.
Kepala Badan Gizi Nasional membantah akan memasukkan serangga seperti belalang dalam menu makan bergizi gratis (MBG)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved