Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
BARU-baru ini, para ilmuwan berhasil mengungkap salah satu misteri paling mengerikan dari zaman purba: Arthropleura, serangga raksasa yang hidup sekitar 300 juta tahun yang lalu. Hewan ini hidup di hutan tropis yang lembap dan hangat, terutama di sekitar sabuk ekuator Bumi selama periode Karbon-Perm. Yang membuatnya menakutkan adalah ukuran tubuhnya yang luar biasa mencapai panjang hampir 9 kaki (sekitar 2,6 meter) dengan berat lebih dari 100 pon (50 kilogram).
Meski fosil Arthropleura telah lama ditemukan, bagian kepala dari serangga ini selalu menjadi teka-teki besar. Hal ini disebabkan kebanyakan fosil yang ditemukan adalah cangkang yang ditinggalkan saat mereka berganti kulit. Saat serangga ini tumbuh semakin besar, mereka keluar dari rangka luarnya melalui lubang di kepala, sehingga kepala mereka jarang sekali ditemukan dalam kondisi utuh.
Namun, berkat teknologi canggih seperti pemindaian CT sinar-X (mikro-tomografi), para ilmuwan kini bisa mengintip lebih dalam dan menyingkap tabir misteri tentang kepala Arthropleura. Penelitian terbaru yang dilakukan pada spesimen muda yang ditemukan di situs fosil Montceau-les-Mines, Prancis, akhirnya mengungkap detail luar biasa dari anatomi kepala serangga ini.
Baca juga : Telur atau Ayam: Debat Abadi tentang Mana yang Mendahului
Hewan raksasa ini merupakan anggota dari kelompok myriapoda, yaitu klan artropoda darat yang mencakup kelabang dan lipan. Namun, Arthropleura adalah salah satu anggota terbesar yang pernah ada. Kepala serangga ini tertutupi oleh struktur seperti kerah besar yang disebut collum, yang sebelumnya dianggap sebagai bagian dari kepala namun ternyata adalah bagian dari tubuh.
Hingga kini, banyak aspek dari kehidupan Arthropleura yang masih menjadi misteri. Namun, dengan penemuan terbaru ini, para ilmuwan mulai memahami lebih baik tentang bagaimana makhluk ini berinteraksi dengan lingkungannya. Mereka diperkirakan hidup dengan memakan dedaunan dan kulit kayu, meskipun kepala mereka yang kecil dan mulut yang sederhana tampak tidak begitu menyeramkan dibandingkan dengan ukuran tubuhnya yang raksasa.
Penemuan ini memberikan wawasan penting dalam memahami evolusi serangga dan makhluk purba lainnya yang pernah mendominasi Bumi jutaan tahun lalu. Meski Arthropleura sudah punah, keberadaan mereka memberikan bukti bahwa kehidupan di Bumi pernah dihuni oleh makhluk-makhluk raksasa yang bahkan lebih besar dari serangga modern yang kita lihat hari ini.
Jadi, bayangkan jika serangga sepanjang 9 kaki ini masih hidup saat ini tentu menjadi mimpi buruk bagi banyak orang! (science/Z-3)
Salah satu penyerbuk, tobacco hawkmoth (Manduca sexta), dapat dengan cepat mengetahui bahwa bau yang diubah polusi berasal dari bunga tembakau melati (Nicotianaalata) yang disukai serangga.
Pemerintah Korea Selatan pada Selasa (7/11) mengumumkan bahwa mereka meluncurkan kampanye selama empat minggu terhadap serangga tersebut.
Setelah lebih dari tiga abad, salinan langka edisi pertama dari Maria Sibylla Merian, Metamorfosis Serangga Suriname, kembali ke Amsterdam dan menjadi koleksi Rijksmuseum.
SETENGAH dari satu juta spesies hewan dan tumbuhan di bumi yang menghadapi kepunahan ialah serangga.
Mereka juga memeriksa tempat dengan satu bagian yang tidak terang dan dua bagian yang terang. Semua tempat itu memiliki vegetasi yang sama.
Metamorfosis tidak sempurna adalah hewan yang mengalami perubahan bentuk hanya pada beberapa tahapan dalam tumbuh kembangnya. Ini contoh hewan yang mengalami metamorfosis tidak sempurna
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved