Tiktok dan Tokopedia Harus Utamakan Keamanan Komunikasi Antarserver

Media Indonesia
13/12/2023 21:00
Tiktok dan Tokopedia Harus Utamakan Keamanan Komunikasi Antarserver
Ilustrasi.(Freepik.)

Resmi bergabung Tokopedia dan TikTok dinilai berbagai pihak dapat memperkuat pertumbuhan ekonomi digital Indonesia dan memperluas pasar bagi pelaku UMKM. Bergabungnya Tiktok dan Tokopedia ini akan memberikan dampak positif pada perekonomian dan penerimaan negara. 

Itu disampaikan pakar keamanan siber dan forensik digital, Alfons Tanujaya. "Sementara dari sisi keamanan, metode yang digunakan dalam komunikasi antarserver TikTok dan Tokopedia harus seamless dan jangan terlalu banyak berpindah situs. Jump app sangat berisiko sehingga mudah disusupi Man in The Middle (MITM) attack. Kalau API (Application Programming Interface) lebih aman karena kedua server saling berhubungan langsung tanpa perantara dan jauh lebih sulit dieksploitasi dibandingkan jump app," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (13/12).

Tokopedia misalnya, imbuh dia, selama ini memiliki banyak pengalaman kerja sama dengan PLN, PAM, PBB. GoTo juga sempat bekerja sama dengan Bluebird. Koneksi servernya seamless tetapi tetap aman sehingga  tidak mengganggu kenyamanan konsumen.

Baca juga: Visi Misi Sama Alasan TikTok Gandeng Tokopedia

Menurutnya, hal-hal seperti ini yang patut dijadikan pertimbangan dalam melakukan koneksi antarserver dua entitas yang berbeda. Selain sistem yang aman dan operasi yang disiplin, menjalankan standar keamanan ketat seperti ISO 27001, ISO 27701 dan sebagainya juga tidak kalah penting.

Sebelumnya, salah satu praktisi teknologi informasi dan komunikasi Tony Seno Hartono mengatakan penyatuan TikTok dan Tokopedia patut diapresiasi. Pada kerja sama ini, kedua belah pihak akan berperan sesuai dengan perizinan yang dimiliki. TikTok berperan sebagai media sosial dan pemasaran atau etalase, sementara Tokopedia berperan sebagai lokapasar dan platform transaksi.

Baca juga: Komit Investasi US$1,5 Miliar, Tiktok Shop Resmi Bernaung ke Tokopedia

Dengan demikian, proses belanja dari etalase produk hingga pemrosesan pemesanan transaksi akan dilakukan pada dua sistem yang berbeda dari sisi data dan domain. Namun sebaiknya, pengguna TikTok dan Tokopedia tidak akan mengalami perubahan pengalaman penggunaan masing-masing aplikasi atau tidak ada jump app.

"Hal ini dibuat agar pengguna memiliki pengalaman yang lancar ketika berbelanja di dua aplikasi tersebut. Kalau dari sisi pemrograman jump app tidak diperlukan dan tidak direkomendasikan karena akan mengganggu pengalaman pengguna yang dipaksa harus lompat-lompat ke sistem lain. Jadi semua pemrograman dapat diotomatiskan," ujar Tony Seno.

Tony memberikan contoh dalam konteks pelayanan kesehatan seperti rumah sakit (RS) yang sudah terdigitalisasi. Di RS tersebut sistem backend untuk menangani identitas pasien, rekam medis elektronik, billing hingga asuransi sudah terhubung ke backend lain melalui API ke beberapa institusi berbeda, misalnya identitas terhubung ke Dukcapil, rekam medik elektronik terhubung ke Kemenkes, billing terhubung ke bank, asuransi terhubung ke BPJS, dan sebagainya.

"Semua sistem tersebut cukup diakses dari satu monitor saja di RS. Bagian penerimaan pasien tersebut tidak perlu lompat-lompat ke aplikasi yang berbeda. Selain itu, interaksi dua aplikasi pada sistem backend sudah lazim digunakan di Indonesia, terutama pada sektor keuangan," jelasnya.

Ini merupakan perkembangan yang luar biasa secara bisnis. Salah satu yang utama ialah membuka aksesibilitas konsumen terhadap produk-produk yang dijual melalui TikTok. Namun secara teknologi perlu diperhatikan cara integrasi kedua platform ini di sisi back end. Hanya melalui integrasi yang mulus dan transparan maka para konsumen akan mendapatkan pengalaman yang terbaik. (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya