Headline
Pemilu 1977 dan 1999 digelar di luar aturan 5 tahunan.
Bank Dunia dan IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini di angka 4,7%.
PENYAKIT lama Argentina hobi menggantungkan diri kepada seorang pemain, kumat. Dulu mereka melakukannya pada Diego Maradona, kini mereka mengulanginya ketika zaman tengah dikuasai Lionel Messi.
Namun begitu, alasan Argentina bertumpu kepada dua superstar beda zaman ini memang sangat masuk akal. Semua orang tahu siapa Maradona dan Messi, dua manusia setengah dewa di lapangan hijau. Tak ada satu pun tim di dunia ini yang berani menolak kiprah mereka di lapangan hijau.
Satu-satunya yang membuat lapangan rumput menolak diinjak mereka adalah ketika mereka sendiri menyatakan pensiun tidak menendang bola. Sudah berulang kali Messi menyatakan gantung sepatu dari tim nasional, tetapi setiap kali itu pula dia melanggarnya untuk masuk kembali timnas.
Ada kalanya dia jenuh karena tak kunjung bisa mewujudkan ambisinya pada level antarnegara, entah itu Copa America atau lebih besar lagi dari itu, Piala Dunia. Tapi ada kalanya dia menyerah kembali untuk mewujudkan mimpi yang belum bisa dia realisasikan, menjadi juara dunia atau juara di benuanya.
Mungkin jauh di lubuk hatinya, dia ingin seperti Maradona yang berjaya pada level mana pun, termasuk tingkat dunia. Messi sudah mendapatkan segalanya bersama Barcelona. Rekor, gelar, kemasyuran, dan keagungan, di segala teater.
Dari Copa del Rey sampai Liga Champions, dari juara liga sampai Piala Dunia Antarklub, sampai Ballon d'Or. Tapi dia tak pernah mengangkat trofi Copa America dan Piala Dunia.
Punggawa Barcelona itu akan mulai bertanding membela negaranya, Jumat (22/3) ini, melawan Venezuela pada laga persahabatan menjelang Copa America 2019 yang akan mulai Juni nanti.
Baca juga: Messi Hadirkan Mimpi Buruk untuk Lyon
"Saya kira kami tahu bagaimana memanfaatkan Messi. Bersama dia, timnas tiga kali mencapai final (Piala Dunia) tetapi tak bisa menjuarainya karena ada sedikit perbedaan,"kata pelatih timnas Argentina Lionel Scaloni.
Akhir pekan lalu, Messi melambung ke langit tinggi yang bahkan membuat para pendukung lawan jatuh hormat kepada dia, setelah menciptakan trigol ke gawang Real Betis.
Pekan ini, keluar keputusan dari dirinya yang membuat dunia berpaling lagi kepada dia, kembali ke lingkungan yang paling membahagiakannnya sekaligus paling membuatnya penasaran, timnas Argentina.
Seketika muncul kembali perdebatan mengenai siapa yang terbesar, Maradona atau Messi? Ada yang menyebut Maradona lebih akbar, tetapi ada juga yang berpikiran sebaliknya.
Dalam hal konsisten jenius di lapangan, Messi jelas di atas Maradona. Messi konsisten 14 tahun menjadi seorang jenius di lapangan hijau, sebaliknya Maradona hanya bisa empat musim. Dia tidak sekonsisten Messi karena kelakuan buruknya di luar lapangan menghancurkan
karirnya di dalam lapangan. (OL-7)
Dikutip dari laman resmi Google, kompetisi sepak bola Copa America dan UEFA European Championship memimpin penelusuran tren teratas secara global.
Kiper Argentina itu akan bertahan di Villa Park hingga 2029.
Pelatih Inter Miami (klub yang dibela Messi saat ini) Gerardo Martino mengaku masih belum tahu kapan Messi akan kembali bugar sepenuhnya.
Timnas Indonesia naik satu peringkat meski tidak menjalani pertandingan yang masuk dalam kalender FIFA disebabkan pergerakan peringkat selepas Euro 2024 dan Copa America.
Inter Miami yang tidak diperkuat Lionel Messi berhasil meraih kemenangan 3-1 atas Toronto FC pada laga lanjutan MLS 2024 di Stadion Chase, Florida, Kamis (18/7).
Dengan tambahan 90,47 poin, Timnas Spanyol, yang sudah mengumpulkan 1.820,39 poin naik lima setrip ke peringkat tiga FIFA, dari sebelumnya di posisi kedelapan FIFA World Ranking.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved