Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

KLB PSSI Hanya Persoalan Waktu

Satria Sakti Utama
21/1/2019 19:54
KLB PSSI Hanya Persoalan Waktu
(Antara)

KONGRES Luar Biasa (KLB) PSSI untuk merombak seluruh kepengurusan era Edy Rahmayadi telah mengemuka dalam Kongres Tahunan PSSI di Bali, Minggu (20/1). Akan tetapi, tidak ada kesimpulan di forum tersebut terkait waktu KLB bakal terealisasi.

Para pemilik suara masih terpecah perihal urgensi digelarnya KLB saat ini. Pertanyaan yang mengemuka ialah apakah harus digelar segera atau menunggu hingga periode kepengurusan Edy Rahmayadi selesai 2020 mendatang. Tampuk pimpinan PSSI saat ini berada di tangan Joko Driyono sebagai Pelaksana Tugas (Plt), usai Edy memilih mundur.

Ketua Asosiasi Provinsi (Asprov) Jawa Barat Tommy Apriantono berharap kongres baru dilangsungkan setelah Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden dan Wakil Presiden pada pertengahan April mendatang. Alasannya, agar sosok yang menjadi Ketua Umum PSSI dapat bersinergi dengan pemerintah. Ia mengungkapkan tak ingin permasalahan yang menimpa kepemimpinan La Nyalla Mattalitti terulang kembali.

Seperti diketahui, PSSI di bawah kepemimpinan La Nyalla kala itu berseberangan dengan pemerintahan. Ujungnya ialah PSSI dibekukan pemerintah melalui kepanjangan tangan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Roda kompetisi dan kegiatan sepak bola nasional pun ikut terhenti.

"Ini bukan soal politik, tapi kan pemerintah yang memiliki lapangan. Jadi kami berharap ketua yang akan datang bisa bekerja sama dengan pemerintah. Jangan sampai kasus La Nyalla terulang kembali," ungkap Tommy saat dihubungi, Senin (21/1).

Selain itu, pria yang juga dosen di salah satu universitas ternama di Bandung ini mempertimbangkan proses penyidikan yang tengah digalakkan oleh Satuan Tugas (Satgas) Antimafia Bola. Ia tidak ingin pengurus baru yang terpilih nantinya masih terjebak dalam pusaran kasus hukum seperti yang terjadi saat ini.

"Kita juga harus tunggu Satgas Antimafia Bola itu menyelesaikan tugasnya. Kan siapa tahu ada beberapa orang lain lagi yang kena. Baru dari situ kita akan lihat. Kalau bisa sudah clear dan baru kita mulai dari nol lagi," imbuhnya.

Hal berbeda disampaikan Ketua Asprov DKI Jakarta Uden Kusuma. Ia menjadi salah satu pihak yang menginginkan KLB segera digelar dalam waktu dekat. Uden pun secara tersirat sudah tak memberikan kepercayaan bagi pengurus saat ini untuk terus memimpin PSSI.

"Pada prinsipnya kami ingin perbaikan harus dilakukan secepatnya. Makanya kami ingin KLB cepat. Mundurnya Pak Edy bukan berarti masalah selesai, justru sebaliknya. Ada agenda yang berat, apalagi pengurus lama banyak masalah," jelasnya.

Baca juga: Mundurnya Edy Rahmayadi tidak Lantas Selesaikan Masalah

Perihal sosok PSSI 1 selanjutnya, Uden menginginkan figur yang mampu membangkitkan prestasi sepak bola tanah air. Namun, ia masih enggan menyebut nama.

"Harus punya visi yang kuat untuk memperbaiki sepak bola kita. Minimal kita harus punya nama lagi di ASEAN. Siapa orangnya saya belum bisa bilang saat ini," tambah Uden.

Sementara itu, pengamat sepak bola Amal Ganesha menilai pergantian pengurus PSSI tak serta merta menyelesaikan benang kusut sepak bola nasional. Harus ada kesepahaman dari pengurus pusat PSSI hingga daerah dan seluruh stakeholder lainnya demi membangun ekosistem sepak bola nasional yang sehat.

"Menggeser atau mengganti orang lama pun saya pikir tidak akan berpengaruh banyak. Karena masalah sepak bola kita ada di ekosistemnya. Jadi pembenahannya tidak hanya dari sisi manajerialnya saja, tapi juga dari aspek governance," ujar pendiri Ganesport Institut.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya