Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
Ilustrasi: Idris Brandy
Aku mencium lelehan darah di rerumputan. Serigala liar mencabik-cabik seribu satu kemuraman. Pelayaran kapankah usai? Matahari sembunyi menyimpan birahi waktu.
Kasihku, jalan itu seperti sepenggal kain beludru. Terbentang dari ufuk barat merayap ke ufuk timur. Dan aku kehilangan peta itu. Yang pernah kau gambar dikerut keningku.
Kaliwungu, 2022
Lamat-lamat aku mendengar suara mendung. Di antara dua matamu. Menjadi samudra yang hitam menggambar wajah-wajah murung. Ratapan camar menggelepar menanam beku. Saat hujan berhenti, baru aku mengerti. Air itu bukan gerimis. Sorga lindap menjelma tangis. Walaupun di balik punggungmu aku sembunyi.
Gemeretak rahang menahan sakit. Matamu nanar menahan peluru nyasar ke dada. Pekik malam membelah nyala lampu. Cahaya jatuh telentang tertikam sembilu. Kau cium dalam gelinjang luka. Menyembunyikannya di sela-sela pucuk perdu. Seribu kisah mekar di bawah purnama.
Kaliwungu, 2022
Kutekuri malam menyalib segala lolong. Menyusuri sunyi di antara dengkur kupu-kupu. Derit roda becak tua mengunyah kelu. Memecah hening membakar sekarung isi kepalaku yang kosong.
Di jalan aku berbicara dengan sunyi. Meremukkan sepotong daging yang mati. Di purnama angin menggigil menahan dingin. Aku masih terduduk di tengah roda becak yang melaju.
Mengukur jarak surga, antara aku dan tukang becak di belakang. Mungkin, dia yang lebih dulu melaju ke sana dengan becaknya.
Kaliwungu, 2022
Dia masih berjalan bersandar bayang. Saat purnama muak mengintai langkah-langkah kaki. Dingin menembus sela kancing baju. Menggerogoti dada yang pingsan oleh kerling wanita binal di ujung gapura.
Geliat ketakutanmu ledakkan doa. Di ujung lain, daun-daun runtuh bersama bunga. Selembar uang terbang ditangkap angin menjelma rintih. Malam tak bicara sepatah kata. Kesunyian menyisakan perih.
Kaliwungu, 2022
Kemarin
Rindu itu masih ada. Saat kau kecup keningku. Dan kau tinggalkan secuil bekas kecupan di leherku. Di lubang rindu itu ada ribuan belatung menunggu kematianku.
Kemarin
Rindu itu masih tersisa. Berpakaian merah jambu. Mondar-mandir di pelataran rumahmu. Saat di celah lubang pintu masih kau gantungkan kunci rumahmu. Dan aku bisa setiap waktu membukanya.
Kemarin
Rindu itu tiba-tiba tanpa baju. Kehujanan di depan pintu rumahmu. Menahan gigil. Tergeletak seperti mayat. Dikerubuti ratusan lalat. Mengisahkan dongeng-dongeng menunggu hujan reda. Namun sekarang, pintu itu tak bisa kubuka. Mungkin kau sudah tak ada lagi di sana. Hingga aku tergeletak seperti mayat di depan pintu rumahmu. Kehujanan telanjang tanpa baju.
Kaliwungu, 2022
Jendela basah. Daun-daun rebah. Tangismu pecah. Di rumah pembaringan gelisah. Di atas genting suara tik tik hujan membentur dadamu. Mengiringi tangis itu.
Jam sembilan malam hujan belum reda. Menekuri makanan di atas meja. Hingga mata sesayu rembulan; pecah berantakan dan yang ditunggu asyik bermain hujan. Lupa pulang.
Kaliwungu, 2022
Tubuh pecah. Dadaku membuncah-buncah. Gemuruh pesanmu menghantam karang. Karang di hati yang bisu. Seperti sajian makanan di atas meja. Menunggu disantap tuannya.
Telinga seperti suara genderang. Beberapa pekik hadir berpakaian jalang. Kutangkap menjadi merpati. Berhamburan di atas kepala, keluhmu terbang menuju bulan. Bertengger di awan.
Kaliwungu, 2022
Baca juga: Sajak-sajak Remy Sylado
Baca juga: Sajak-sajak Dody Kristianto
Baca juga: Sajak Kofe, Warung Puisi Pascakontemporer Indonesia
Ngadi Nugroho, penyair, lahir di Semarang, Jawa Tengah, 28 Juni 1978. Karya-karyanya masuk dalam sejumlah antologi, antara lain Pujangga Facebook Indonesia, Progo7, Dunia: Penyair Mencatat Ingatan, dan Lampion Merah Dadu. Karya-karyanya telah dipublikasi di sejumlah media lokal dan regional. Kini, bergiat dan beraktifitas bolak-balik Kaliwungu-Semarang. (SK-1)
Sajak-sajak Negar Fitrian - Membenci diri sendiri, memacu kita untuk lupa diri.
Sosok penting pada era puisi baru Peru abad ke-20.
223 Tahun Alexander Pushkin - Kenapa Pushkin diangkat sebagai Bapak Sastra Rusia?
Mengenal Nikolai Nekrasov, seorang penyair realis Ukraina-Rusia penggagas lirik sipil.
Ada Slogan Jadi Logam - Kedunguan dapat dilarutkan dengan banyak membaca.
Bukan tanpa alasan kami menjaga persahabatan antara Rusia-Ukraina.
Temukan kata kata estetik penuh makna! Koleksi ungkapan indah, puitis, dan inspiratif untuk jiwa yang mendalam.
Bangun cerita inspiratif! Pelajari struktur narasi yang menggugah, raih hati pembaca, dan sebarkan pesan bermakna melalui alur cerita yang kuat.
Gadis Kretek: Novel Indonesia memikat! Selami kisah cinta, ambisi, dan warisan kretek yang kaya. Baca ulasan lengkapnya sekarang!
Temukan puisi pendek sekolah penuh cinta pendidikan. Ungkapkan rasa, kenangan, dan semangat belajar melalui kata-kata indah.
Alam bercerita! Temukan kisah inspiratif tentang lingkungan, pelajari harmoni alam, dan temukan kekuatan perubahan di sekitarmu.
Temukan novel terbaru 2024! Rekomendasi bacaan menarik dengan cerita unik, karakter kuat, dan petualangan tak terlupakan. Jangan lewatkan!
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved