Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PERAYAAN hari-hari besar keagamaan di Indonesia sangatlah penting. Hari ini umat Muslim sedang merayakan Hari Raya Idul Fitri. Dalam perjalanan perpuisian nasional, sejumlah penyair memiliki cara tersendiri untuk memaknai hari kemenangan tersebut.
Penyair Sitor Situmorang (1923-2014), misalnya, pernah menulis sebuah karya berjudul Malam Lebaran. Ia seorang Batak tulen yang piawai menuangkan ide cemerlang sebagai upaya menjaga toleransi di zamannya. Ia berkarya sampai akhirnya berpulang di Belanda.
Puisi tersebut terdapat dalam buku Dalam Sajak (Pustaka Jaya, 1955). Sitor menulis puisi terpendek itu beberapa hari setelah Hari Raya Idul Fitri pada 1954. Berikut petikan sajak Malam Lebaran yang begitu pendek. Isisnya berbunyi; Bulan di atas kuburan.
Selain itu, pernyair KH A Mustofa Bisri atau yang lebih dikenal dengan sapaan Gus Mus juga pernah menulis puisi berjudul Selamat Idul Fitri. Puisinya bertemakan kehidupan manusia dan alam semesta. Sangat populer di setiap perayaan Lebaran.
Gus Mus sangat apik dan lihai menuangkan ide cemerlangnya secara padat. Pada setiap bait-bait puisi mengandung pesan akan obyek yang ia alamatkan. Berikut petikan puisi Selamat Idul Fitri yang sering dibacakan dalam berbagai pertemuan, baik di desa maupun di kota.
Selamat Idul Fitri tetumbuhan, maafkan kami selama ini tidak puas-puas kami menebasmu.
selamat idul fitri, bumi
maafkan kami
selama ini
tidak semena-mena
kami memerkosamu
selamat idul fitri, langit
maafkan kami
selama ini
tidak henti-hentinya
kami mengelabukanmu
selamat idul fitri, mentari
maafkan kami
selama ini
tidak bosan-bosan
kami mengaburkanmu
selamat idul fitri, laut
maafkan kami
selama ini
tidak segan-segan
kami mengeruhkanmu
selamat idul fitri, burung-burung
maafkan kami
selama ini
tidak putus-putus
kami membrangusmu
selamat idul fitri, tetumbuhan
maafkan kami
selama ini
tidak puas-puas
kami menebasmu
selamat idul fitri, para pemimpin
maafkan kami
selama ini
tidak habis-habis
kami membiarkanmu
selamat idul fitri, rakyat
maafkan kami
selama ini
tidak sudah-sudah
kami mempergunakanmu.
Mencermati dua puisi di atas ada pesan berbeda. Kita mempertimbangkan situasi pikiran manusia di alam, yang terbatas plastisitas dan beberapa saluran komunikasi dengan dunia luar. Setiap manusia memiliki ingatan, kekuatan sintesis, abstraksi, reproduksi, dan penemuan tertentu.
Singkatnya, setiap penyair memiliki pemahaman, namun kemampuan pemahaman akan berbeda-beda. Terutama, dalam membingkai gagasan tentang realitas ketika disilangkan oleh imajinasi. Pengalaman menentukan rasa dalam puisi yang diciptakan.
Filsuf Spanyol George Santayana (1863-1952), lewat bukunya Interpretasi Sajak dan Religi mengatakan persepsi tidak selamanya tetap dalam pikiran. Ini seperti perumpamaan tentang lilin yang disegel dan lilin tanpa segel. Artinya, lilin yang disegel perlu dibuka dulu agar dapat dibakar atau dinyalakan, sedangkan lilin tanpa segel dapat langsung dinyalakan.
Lewat dua puisi Malam Lebaran karya Sitor dan Selamat Idul Fitri karya Gus Mus, ada pesan dan makna religius berbeda dalam memaknai Lebaran. Kedua penyair tersebut berhasil menuangkan ide secara padat dan kuat. Menjadikan puisi sebagai senjata kata-kata dalam memaknai kehidupan. (SK-1)
Baca juga: Sajak-sajak Ibnu Wahyudi
Baca juga: Sajak Kofe, Warung Puisi Pascakontemporer Indonesia
Baca juga: Kepingan Kebahagiaan oleh Abdul Kohar
Iwan Jaconiah, penyair, esais, dan editor puisi Media Indonesia. Peraih Beasiswa Unggulan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (2015) dan Beasiswa Penuh Pemerintah Rusia (2015). Ia adalah pesastra Indonesia pertama peraih Diploma of Honor Award pada X International Literary Festival "Chekhov Autumn-2019" di Yalta, Krimea, Rusia. Buku terbarunya kumpulan puisi Hoi! (Terbit Press, 2020). Ilustrasi header: Syahnagra Ismaill.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), menggelar rangkaian kegiatan strategis dalam rangka penguatan literasi dan sastra, serta revitalisasi bahasa daerah di Jawa Tengah.
Aprinus mencontohkan, beberapa karya yang kandungan SARA, yakni pada novel Salah Asuhan yang pada draf awalnya disebut menyinggung ras Barat (Belanda).
Sastra sebagai suatu ekspresi seni berpeluang mempersoalkan berbagai peristiwa di dunia nyata, salah satunya adalah persoalan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Dedikasi Pramoedya Ananta Toer tidak lepas dari berbagai konsekuensi berat, ia harus merasakan pahitnya penjara di tiga rezim berbeda.
Dengan lebih dari 50 karya yang diterjemahkan ke 42 bahasa, Pramoedya Ananta Toer adalah lambang harapan, perlawanan, dan keberanian melawan ketidakadilan.
Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta menggagas Jakarta International Literary Festival (JILF) 2024.
Sajak-sajak Negar Fitrian - Membenci diri sendiri, memacu kita untuk lupa diri.
Sosok penting pada era puisi baru Peru abad ke-20.
223 Tahun Alexander Pushkin - Kenapa Pushkin diangkat sebagai Bapak Sastra Rusia?
Mengenal Nikolai Nekrasov, seorang penyair realis Ukraina-Rusia penggagas lirik sipil.
Ada Slogan Jadi Logam - Kedunguan dapat dilarutkan dengan banyak membaca.
Bukan tanpa alasan kami menjaga persahabatan antara Rusia-Ukraina.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved