SELAIN puasa bicara, puasa berburuk sangka juga sangat dianjurkan di bulan suci Ramadan. Berpuasa dalam arti menahan lapar, dahaga, dan berhubungan seks insya Allah bisa dan tidak lagi terlalu susah.
Akan tetapi, yang perlu dipertanyakan ialah sanggupkan kita berpuasa terhadap segala hal yang masuk kategori buruk sangka (negative thinking)? Sanggupkah kita berpuasa untuk tidak dengki dan hasad kepada orang lain? Sanggupkah kita berpuasa untuk tidak sombong dan angkuh? Sanggupkah kita berpuasa untuk tidak menggunjingkan orang lain?
Hal ini sangat penting karena Nabi pernah bersabda, “Ada tiga hal yang menjadi sumber segala dosa. Oleh karena itu, jagalah dirimu dan waspadalah terhadap ketiganya, yaitu sombong karena kesombonganlah yang membuat iblis tidak mau sujud kepada Nabi Adam AS; tamak karena ketamakanlah yang membuat Adam makan buah di surga; dengki karena kedengkianlah yang membuat Qabil membunuh Habil.”
Dengki, buruk sangka, dan semacamnya sesungguhnya termasuk kufur ingkar sebab ia tidak rela menerima ketetapan Allah Yang Maha Esa. Allah berfirman, “Katakanlah: Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang tampak maupun yang tersembunyi," (QS Al-Araf/7: 33). Yang dimaksud kata wa ma bathana (perbuatan keji yang tersembunyi) dalam ayat ini menurut kalangan ulama ialah dengki.
Dikatakan, takutlah terhadap dengki itu sebab pengaruhnya tampak pada dirimu sebelum tampak pada yang didengki. Sama dengan yang dikatakan Allah SWT, “Wa min syarri hasidin idza hasad (Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki),” (QS Al-Falaq: 5).
Hal yang sama dengan dengki ialah gibah atau iri hati. Allah SWT mengumpamakan orang gibah dengan pemakan bangkai manusia, sebagaimana dalam firman-Nya, “Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?” (QS Al-Hujurat/49: 12).
Dalam hadis juga pernah ditemukan riwayat, “Sesungguhnya Allah membenci keluarga pemakan daging manusia.” Ia menjawab, “Bahwa yang dimaksud pemakan daging ialah mereka yang menggunjing orang lain dan mereka memakan dagingnya.”
Dalam satu sumber disebutkan, ketika seseorang diberi buku catatan amalnya pada hari kiamat nanti, dia akan melihat dalam bukunya itu amal-amal baik yang tidak pernah ia melakukannya. Lalu dikatakan kepadanya, “Inilah hasil dari pergunjingan orang lain terhadap dirimu yang engkau sendiri tidak menyadarinya.”
Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Musa AS, “Barang siapa meninggal dan sudah bertobat dari pergunjingan, maka ia masuk surga paling akhir. Barang siapa meninggal dan tetap melakukan pergunjingan, maka ia yang paling pertama masuk neraka.”
Jika kita mampu berpuasa untuk tidak dengki, menggunjingkan orang lain, cemburu buta, dan buruk sangka kepada siapa pun juga, maka sesungguhnya kita memasuki puasa khawash, puasanya orang-orang khusus. Mari kita selalu berikhtiar untuk meningkatkan kualitas puasa kita, dari puasa awam ke puasa khawash. Kalau perlu dari puasa khawash ke puasa khashul khawash. Insya Allah wa bi’aunillah.