PEMERINTAH Arab Saudi menetapkan awal Ramadan pada 2 April 2022. Ternyata penetapan ini diambil melalui metode hasil rukyah dan praktik penetapannya pun sama dengan Indonesia.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Fatwa, Asrorun Niam Sholeh, membagikan pengalamannya menjalani awal-awal Ramadan di Madinah, Arab Saudi.
Asrorun menceritakan bahwa pengalaman ibadah salat berjamaah di masjid sudah kembali normal dengan shaf yang dirapatkan. Semua masjid memuat daya tampung maksimal dan tetap dengan himbauan memakai masker selama di masjid.
Baca juga: Kemenag Sumbar Giat Gema Rindu di Bulan Ramadan
Baca juga: Ramadan Momentum Belajar Alquran
Selain ke tempat-tempat ibadah, Ia juga menyusuri Raudhah, tempat mustajab yang hampir dalam setiap kesempatan menjadi lokasi yang dituju para jamaah di Arab Saudi. Asrorun mengungkapkan, untuk menghindari situasi yang membludak, pemerintah Arab Saudi mengatur kunjungan jamaah dengan menggunakan sistem antri melalui aplikasi.
“Untuk mengantisipasi jamaah yang membludak, diberlakukan model pendaftaran melalui aplikasi dan dilakukan antrian untuk ketertiban,” tuturnya dalam keterangan tertulis, Sabtu (2/4).
Asrorun juga menyampaikan ia berbuka puasa pertama di Masjid Nabawi. Jamaah disuguhkan makanan dan minuman berbuka oleh takmir masjid. Serupa dengan peraturan yang ada di Indonesia, berbuka puasa bersama di Arab Saudi juga dilarang berinteraksi dengan teman.
Setelah berbuka, Asrorun melaksanakan ibadah salat tarawih berjamaah di Masjid Nabawi. Ia menuturkan jamaah salat tarawih memenuhi seluruh kapasitas masjid. Ia memperkirakan ada satu juta jamaah yang melaksanakan tarawih di Nabawi. Asrorun menjadi salah satu jamaah yang tidak bisa masuk ke dalam karena masjid telah dipadati jamaah. Akhirnya ia salat di halaman masjid.
“Jamaah tarawih mala mini memenuhi masjid secara maksimal. Masjid Nabawi yang kapasitasnya satu juta jamaah telah penuh. Dan saat daya tampung penuh, petugas mengharahkan ke lantai rooftop. Saya termasuk yang terhalang masuk dan akhirnya salat di halaman masjid,”
Terasa suasana syahdu yang diungkapkan Asrorun ketika menjalani Ramadan di Madinah. Ia mengatakan ada andil dari masyarakat Madinah untuk menyesuaikan kegiatan mereka agar syiar dan adzan yang berkumandang dari Masjid bisa dinikmati.
“Di sana digunakan pengeras suara dengan jangkauan yang luas. Masyarakat sekitar menyesuaikan, bukan meminta untuk dikecilkan. Para pedagang tutup sementara. Tidak ada restoran yang ngotot minta buka dengan alasan ada orang yang tidak puasa,” pungkasnya. (H-3)