Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
SEJUMLAH organisasi Islam telah mengeluarkan beberapa fatwa bagi masyarakat untuk menghadapi pandemi virus korona (covid-19). Rais Syuriah PCINU Australia, Nadirsyah Hosen, mengatakan diperlukan ijtihad jama’i atau kerja sama dalam menghadapi masalah pandemi ini. Demikian disampaikan Gus Nadir, panggilan Nadirsyah Hosen, dalam acara diskusi Zona Ngopi yang digelar pada Sabtu (25/4) secara daring.
Ijtihad jama’i ialah ijtihad yang dilakukan bersama-sama atau bermusyawarah terhadap suatu masalah. “Pasalnya, wabah covid-19 bukan hanya terkait masalah kesehatan, melainkan juga berdampak pada sektor lain, seperti ekonomi, komunikasi, dan teknologi,” jelas Gus Nadir yang mengajar di Monash University, Australia.
Nadirsyah menuturkan, dalam menetapkan fatwa, para ulama perlu mendengar pandangan dari pakar yang ahli di bidangnya. Alquran sangat menghargai orang berakal, orang berilmu, Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.
“Persoalan ini kan lintas disiplin, jadi tidak bisa dipecahkan lewat kitab tafsir ataupun kitab hadis. Kita harus tahu bahwa mana wilayah para ulama memberikan fatwa, mana wilayah dokter atau ahli kesehatan masyarakat yang harus memberikan pandangan,” lanjutnya.
Kerja sama lintas disiplin, terang Gus Nadir, harus dilakukan agar masyarakat tidak mendapatkan informasi yang salah. “Tidak bisa lagi ulama mengatakan seolah-olah kami yang paling tahu atau dari pihak kedokteran mengatakan ulama ini kolot, konservatif. Sebelum ulama memberikan fatwa, bolehkah salat Jumat di ganti dengan salat zuhur, itu kan harus mendengar dari dokter, apa beda covid-19 dengan demam berdarah, apa bedanya dengan flu biasa, masa penyebarannya seperti apa,” tuturnya. Gus Nadir menambahkan jika ulama dan pakar berjalan sendiri-sendiri, aturan yang dikeluarkan tidak akan tepat sasaran.
Selain itu, dibutuhkan rasionalitas untuk menghadapi pandemi covid-19. Seperti diketahui sebelumnya, banyak pihak yang menyebut wabah ini merupakan azab, bahkan tentara Allah. Menurut Gus Nadir, jika seseorang memiliki hati yang bersih, dia tidak akan berpikiran demikian. “Kalau orang yang sangat bersih hatinya dan dekat dengan Allah setiap saat, (pandemi) itu dianggap sebuah sinyal dari Tuhan, merasa teguran untuk pribadi,” terangnya.
Kemudian, dia menilai masyarakat perlu memperbaiki konsep beribadah. Selama ini konsep beribadah yang beredar di masyarakat hanya untuk menyembah Allah. Jika tidak berani salat berjemaah di masjid, kita dianggap lebih takut pada covid-19 daripada kepada Tuhan. Padahal, sebenarnya beribadah ialah untuk diri sendiri.
“Kita yang butuh ibadah. Karena itu, menyembahnya tetap kepada Allah, tapi benefit-nya untuk ibadah tetap pada kita. Jadi, buat apa kita ibadah kalau kita tidak mendatangkan rasa bahagia, rasa kenyamanan, dan keamanan untuk orang-orang yang kita cintai,” ujarnya.
“Tuhan tidak butuh ibadah kita. Jika seluruh penduduk di dunia ini beriman, tidak akan menambah kemuliaan Tuhan. Sebaliknya, kalau satu bumi ini tidak salat, juga tidak akan menurunkan kemuliaan Tuhan,” imbuhnya.
Di samping itu, ibadah bukan hanya berupa ritual salat yang kita lakukan setiap hari, melainkan juga ada kegiatan lain yang dinilai sebagai ibadah, seperti bekerja dan membantu sesama. “Beragama itu aspeknya banyak, tidak hanya dinilai dari persoalan ibadah murni,” terangnya.
Nadirsyah menuturkan kita harus tetap positif dalam menghadapi persoalan covid-19 karena tidak ada hal sia-sia yang Allah ciptakan.
“Tidak ada Allah menciptakan itu dengan sia-sia. Jangan menganggap bahwa virus ini juga tidak punya sisi positif, pasti juga ada sisi positifnya. Karena itu, kita di tengah-tengah saja. Misalnya, virus ini memang membuat kita lebih dekat pada Allah, satu sisi juga disikapi dengan rasional,” tandasnya. (H-3)
Nimbus berada pada kategori VUM, artinya sedang diamati karena lonjakan kasus di beberapa wilayah, namun belum menunjukkan bukti membahayakan secara signifikan.
KEPALA Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan Ishaq Iskanda, Sabtu (21/6) mengatakan Tim Terpadu Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan (Sulsel) menemukan satu kasus suspek Covid-19.
Peneliti temukan antibodi mini dari llama yang efektif melawan berbagai varian SARS-CoV, termasuk Covid-19.
HASIL swab antigen 11 jemaah Haji yang mengalami sakit pada saat tiba di Asrama Haji Sukolilo Surabaya, menunjukkan hasil negatif covid-19
jemaah haji Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap gejala penyakit pascahaji. Terlebih, saat ini ada kenaikan kasus Covid-19.
Untuk mewaspadai penyebaran covid-19, bagi jamaah yang sedang batuk-pilek sejak di Tanah Suci hingga pulang ke Indonesia, jangan lupa pakai masker.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved