Headline

Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.

Refleksi Kemerdekaan, Bangkitkan Kembali Api Pancasila dari Tebuireng

Abdillah M Marzuqi
25/8/2025 22:01
Refleksi Kemerdekaan, Bangkitkan Kembali Api Pancasila dari Tebuireng
Kepala BPIP Yudian Wahyudi saat Sarasehan Nasional dan Bedah Buku Menggali Api Pancasila di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang(Dok.HO)

KEPALA Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi mengungkapkan pemikiran kemerdekaan Republik Indonesia tidak lepas dari pemikiran besar KH M. Hasyim Asy'ari.

"Beliau bukan hanya seorang ulama kharismatik, bukan hanya pendiri NU, tetapi juga seorang peletak dasar etika kebangsaan yang sampai hari ini tetap relevan", ungkapnya saat Sarasehan Nasional dan Bedah Buku Menggali Api Pancasila di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Sabtu, (23/8).

Kegiatan itu dihelat BPIP dalam rangka refleksi HUT ke-80 Republik Indonesia, juga dibarengi dengan Penandatanganan Kerja Sama antara BPIP dengan Pihak Pondok Pesantren Tebuireng dalam upaya memperkokoh nilai-nilai Pancasila.

Menurutnya, hubbul wathan minal iman atau cinta tanah air adalah bagian dari iman, bukan sekadar ungkapan retorik, tetapi menjadi panduan spiritual sekaligus komitmen politik kebangsaan. Melalui Resolusi Jihad 22 Oktober 1945, KH Hasyim Asyari mewariskan teladan nyata bahwa perjuangan melawan penjajahan bukan hanya urusan politik, tetapi juga jihad fi sabilillah.

"Tanpa resolusi tersebut, mungkin sejarah kemerdekaan Indonesia akan berjalan dengan cara yang berbeda", ujarnya.

Yudian menyebut santri dan pesantren memiliki peran penting sebagai benteng akidah, benteng moral, sekaligus pusat peradaban yang membumikan nilai Pancasila.

"Mari kita jadikan momentum refleksi ini sebagai ikhtiar bersama, agar api perjuangan KH. M. Hasyim Asy’ari terus menyala, membimbing generasi santri, dan menerangi jalan kebangsaan kita", ajaknya.

Piagam Jakarta

Mudir Rektor Ma'had Aly Tebuireng Kiai Achmad Roziq menegaskan jika kontribusi KH Hasyim Asy’ari dan putranya, KH Wahid Hasyim, sangat besar.

"Jiwa besar KH Wahid Hasyim, yang rela mencabut tujuh kata dalam Piagam Jakarta, menjadi bukti nyata pengorbanan demi persatuan bangsa", tegasnya.

Menurutnya tindakan para ulama dan kiai tersebut, menunjukkan bahwa kaum santri menempatkan kepentingan bersama di atas kepentingan golongan dengan nilai-nilai luhurnya.

"Santri Tebuireng meyakini bahwa Pancasila bukanlah sekadar teks, melainkan laku, sebuah praktik yang diamalkan dalam kehidupan sehari-hari," paparnya. (M-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya