Headline
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.
Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.
LANGKAH Presiden Prabowo Subianto membubarkan Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar atau Satgas Saber Pungli dinilai tepat. Selama ini, kehadiran satgas tersebut justru memunculkan tumpang tindih kewenangan mengingat masih kuatnya ego sektoral antarlembaga.
Peneliti kepolisian dari Institut for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto berpendapat, Satgas Saber Pungli tidak lebih dari satuan penindakan baru. Padahal, kata dia, tidak terjadi integrasi antara pencegahan dengan penindakan.
"Dengan pola seperti ini, pada akhirnya pembentukan satgas tak lebih dari gimik yang tak menyelesaikan masalah secara substansial," katanya kepada Media Indonesia, Jumat (20/6).
Bambang menjelaskan, pungli akan selalu muncul selama sistem yang diterapkan longgar. Biasanya, kata dia, pelaku pungli masyarakat umum maupun aparatur negara. Meskipun persentase pelaku aparat negara kecil, ia menyebut dampaknya justru lebih besar karena melibatkan kewenangan yang diberikan negara.
"Sementara, fokus satgas yang tampak adalah pemberantasan pungli yang dilakukan eksternal apatur pemerintah alias anggota masyarakat," terangnya.
Setelah satgas tersebut dibubarkan, Bambang mengatakan penegakan hukum tindak pidana pungli harus tetap dilakukan. Namun, ia menyinggung tantangan baru yang bakal dihadapi oleh negara dalam melawan praktik pungli, yakni pihak yang mengambil untuk memastikan upaya penindakan pungli.
Apalagi, sebutnya, pungli yang terus terjadi dan sering kali ditutupi secara internal. Menurut Bambang, pembubaran kali ini harus disertai dengan proses evaluasi.
Pembubaran Satgas Saber Pungli ditandai lewat Peraturan Presiden Nomor 49/2025 tentang Pencabutan Peraturan Presiden Nomor 87/2016 tentang Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar. Satgas tersebut dibentuk oleh mantan Presiden Joko Widodo dalam rangka memberantas praktik pungli di tingkat pusat maupun daerah. (H-4)
Airlangga menambahkan, Presiden Prabowo juga mendorong penguatan kemitraan antarnegara Selatan (Global South) dan memperluas pemanfaatan New Development Bank (NDB).
Ia juga menyampaikan rasa prihatin atas kemudahan negara-negara maju mengalokasikan anggaran besar untuk militer.
BRICS menyerukan pembaruan sistem internasional yang dianggap belum mampu mencerminkan realitas geopolitik abad ke-21.
Kehadiran Presiden Prabowo pada KTT BRICS menjadi salah satu langkah penting yang diambil Indonesia dalam menghadapi tantangan geopolitik dan geostrategis global.
Di Brasil, Presiden juga akan mengadakan sejumlah pertemuan bilateral untuk mendorong peningkatan kerja sama dengan berbagai negara di bidang ekonomi, teknologi, pendidikan dan lainnya.
Atas tujuan apa sebenarnya Mendagri memutuskan Sumut menjadi pemilik baru empat pulau itu? Adakah agenda tersembunyi baik ekonomi atau politik?
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved