Headline
RI-AS membuat protokol keamanan data lintas negara.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
POHON pisang mungkin terlihat sebagai tumbuhan biasa yang sering dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Di balik kesederhanaannya, pohon pisang menyimpan kisah tragis dalam sejarah bangsa, terutama terkait dengan peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI).
Keberadaan pohon pisang dalam tragedi ini sering dikaitkan dengan berbagai peristiwa kekerasan yang terjadi di berbagai daerah, termasuk di Yogyakarta dan Jakarta.
Sejarah mencatat pada malam kelam 30 September hingga 1 Oktober 1965, terjadi serangkaian penculikan dan pembunuhan terhadap para jenderal TNI AD yang kemudian dikenal sebagai Pahlawan Revolusi. Beberapa laporan menyebutkan jenazah para korban sempat disembunyikan di sekitar pohon pisang sebelum akhirnya dibuang ke sumur Lubang Buaya.
Selain di Jakarta, cerita serupa juga muncul di Yogyakarta. Beberapa saksi mata menyebutkan bahwa ada korban yang dieksekusi di bawah pohon pisang sebelum akhirnya dikuburkan secara massal. Kisah ini semakin menambah kengerian akan peristiwa tersebut, menjadikan pohon pisang sebagai saksi bisu kekejaman yang terjadi pada saat itu.
Pohon pisang tidak hanya menjadi saksi dari tragedi berdarah ini, tetapi juga memiliki makna simbolis dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam budaya Jawa, misalnya, pohon pisang sering dikaitkan dengan perlambang kesuburan dan kehidupan. Namun, dalam konteks tragedi 1965, pohon pisang justru menjadi simbol kematian dan kekejaman yang sulit dilupakan.
Keberadaan pohon pisang yang tumbuh liar di berbagai tempat menjadi alasan mengapa ia kerap dijadikan sebagai lokasi eksekusi pada masa itu. Pohon pisang memiliki daun yang lebar, batang yang lunak, dan tumbuh bergerombol, sehingga dapat dengan mudah menyembunyikan sesuatu di sekitarnya. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa pohon ini sering dikaitkan dengan berbagai peristiwa tragis di masa lalu.
Bagi masyarakat yang hidup pada masa itu, pohon pisang bukan sekadar tanaman biasa. Ia menjadi bagian dari ingatan kolektif yang mengingatkan mereka pada malam mencekam yang mengubah sejarah Indonesia. Banyak cerita turun-temurun yang menyebutkan bahwa di beberapa tempat, pohon pisang menjadi penanda lokasi pembantaian massal, terutama di daerah-daerah yang menjadi basis peristiwa pembersihan pasca-G30S/PKI.
Beberapa literatur dan saksi sejarah juga mengisahkan di desa-desa tertentu, ada area yang ditumbuhi pohon pisang secara tidak biasa, diyakini sebagai bekas tempat eksekusi massal tahun 1965-1966. Hal ini membuat sebagian masyarakat memiliki kepercayaan dan mitos tersendiri terhadap pohon pisang yang tumbuh di lokasi-lokasi tertentu.
Sebagai bangsa yang besar, Indonesia memiliki sejarah panjang yang penuh dengan peristiwa kelam dan pembelajaran. Peristiwa G30S/PKI merupakan salah satu tragedi yang menyisakan luka mendalam bagi banyak keluarga dan generasi setelahnya.
Pohon pisang yang menjadi saksi bisu dari berbagai kekejaman masa itu mengingatkan kita akan pentingnya memahami sejarah dengan objektif dan menjadikannya sebagai bahan refleksi untuk masa depan yang lebih baik.
Meskipun pohon pisang hanyalah tumbuhan biasa, kisah-kisah yang menyertainya dalam konteks tragedi 1965 menjadikannya lebih dari sekadar tanaman. Ia adalah bagian dari narasi sejarah yang tidak boleh dilupakan, sebagai pengingat bahwa tragedi serupa tidak boleh terulang kembali di masa depan. (Berbagai sumber/Z-3)
MENEMUKAN kembali identitas Indonesia, demikian ide penulisan sejarah yang diusung oleh Kementerian Kebudayaan dengan melibatkan 113 sejarawan dan arkeolog.
ANGGA Dwimas Sasongko bersama Visinema Pictures meneruskan ambisinya untuk menggarap film epik tentang Pangeran Diponegoro berjudul Perang Jawa.
PENGENALAN dan pemahaman atas sejarah dan objek bersejarah serta aturannya selayaknya diketahui masyarakat Depok, terutama para pelajar dan guru sejarahnya sebagai stakeholders.
PENELITI senior BRIN Lili Romli menyayangkan pernyataan Menteri Kebudayaan Fadli Zon tentang tidak adanya bukti yang kuat terjadinya pemerkosaan massal pada Mei 1998.
Menurutnya, pengingkaran terhadap peristiwa tersebut adalah bentuk penghapusan jejak sejarah Indonesia.
Proyek penyusunan ulang sejarah Indonesia ini sangat problematik dan potensial digunakan oleh rezim penguasa untuk merekayasa dan membelokkan sejarah sesuai dengan kepentingan rezim.
Pembuatan konten sejarah memang tidak bisa dilakukan sembarangan. Ada riset dan analisa komprehensif agar informasi yang disampaikan tidak salah.
Hari Kesaktian Pancasila, yang diperingati setiap 1 Oktober, merupakan momen nasional untuk mengenang peristiwa G30S/PKI tahun 1965.
Tragedi G30S/PKI menginspirasi banyak film yang mengangkat narasi sejarah tersebut.
PERKUAT persatuan dan kepatuhan setiap warga negara untuk menjalankan amanah konstitusi dalam upaya mewujudkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik.
Museum tentang Pahlawan Revolusi Dipadati Pengunjung
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved