Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Pohon Pisang, Saksi Bisu Tragedi 30 September 1965

Thalatie K Yani
04/2/2025 09:39
Pohon Pisang, Saksi Bisu Tragedi 30 September 1965
Pohon pisang yang tampak biasa ternyata menyimpan kisah tragis dalam sejarah Indonesia, terutama terkait peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI).(Tangkapan layar Tiktok)

POHON pisang mungkin terlihat sebagai tumbuhan biasa yang sering dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Di balik kesederhanaannya, pohon pisang menyimpan kisah tragis dalam sejarah bangsa, terutama terkait dengan peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI). 

Keberadaan pohon pisang dalam tragedi ini sering dikaitkan dengan berbagai peristiwa kekerasan yang terjadi di berbagai daerah, termasuk di Yogyakarta dan Jakarta.

Pohon Pisang dan Peristiwa G30S/PKI

Sejarah mencatat pada malam kelam 30 September hingga 1 Oktober 1965, terjadi serangkaian penculikan dan pembunuhan terhadap para jenderal TNI AD yang kemudian dikenal sebagai Pahlawan Revolusi. Beberapa laporan menyebutkan jenazah para korban sempat disembunyikan di sekitar pohon pisang sebelum akhirnya dibuang ke sumur Lubang Buaya.

Selain di Jakarta, cerita serupa juga muncul di Yogyakarta. Beberapa saksi mata menyebutkan bahwa ada korban yang dieksekusi di bawah pohon pisang sebelum akhirnya dikuburkan secara massal. Kisah ini semakin menambah kengerian akan peristiwa tersebut, menjadikan pohon pisang sebagai saksi bisu kekejaman yang terjadi pada saat itu.

Makna Simbolis Pohon Pisang dalam Peristiwa 1965

Pohon pisang tidak hanya menjadi saksi dari tragedi berdarah ini, tetapi juga memiliki makna simbolis dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam budaya Jawa, misalnya, pohon pisang sering dikaitkan dengan perlambang kesuburan dan kehidupan. Namun, dalam konteks tragedi 1965, pohon pisang justru menjadi simbol kematian dan kekejaman yang sulit dilupakan.

Keberadaan pohon pisang yang tumbuh liar di berbagai tempat menjadi alasan mengapa ia kerap dijadikan sebagai lokasi eksekusi pada masa itu. Pohon pisang memiliki daun yang lebar, batang yang lunak, dan tumbuh bergerombol, sehingga dapat dengan mudah menyembunyikan sesuatu di sekitarnya. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa pohon ini sering dikaitkan dengan berbagai peristiwa tragis di masa lalu.

Pohon Pisang dalam Ingatan Kolektif Masyarakat

Bagi masyarakat yang hidup pada masa itu, pohon pisang bukan sekadar tanaman biasa. Ia menjadi bagian dari ingatan kolektif yang mengingatkan mereka pada malam mencekam yang mengubah sejarah Indonesia. Banyak cerita turun-temurun yang menyebutkan bahwa di beberapa tempat, pohon pisang menjadi penanda lokasi pembantaian massal, terutama di daerah-daerah yang menjadi basis peristiwa pembersihan pasca-G30S/PKI.

Beberapa literatur dan saksi sejarah juga mengisahkan di desa-desa tertentu, ada area yang ditumbuhi pohon pisang secara tidak biasa, diyakini sebagai bekas tempat eksekusi massal tahun 1965-1966. Hal ini membuat sebagian masyarakat memiliki kepercayaan dan mitos tersendiri terhadap pohon pisang yang tumbuh di lokasi-lokasi tertentu.

Pelajaran dari Sejarah

Sebagai bangsa yang besar, Indonesia memiliki sejarah panjang yang penuh dengan peristiwa kelam dan pembelajaran. Peristiwa G30S/PKI merupakan salah satu tragedi yang menyisakan luka mendalam bagi banyak keluarga dan generasi setelahnya. 

Pohon pisang yang menjadi saksi bisu dari berbagai kekejaman masa itu mengingatkan kita akan pentingnya memahami sejarah dengan objektif dan menjadikannya sebagai bahan refleksi untuk masa depan yang lebih baik.

Meskipun pohon pisang hanyalah tumbuhan biasa, kisah-kisah yang menyertainya dalam konteks tragedi 1965 menjadikannya lebih dari sekadar tanaman. Ia adalah bagian dari narasi sejarah yang tidak boleh dilupakan, sebagai pengingat bahwa tragedi serupa tidak boleh terulang kembali di masa depan. (Berbagai sumber/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya