Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
Pakar politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ridho Al Hamdi menilai pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tentang harapan menjadi bangsa besar yang kokoh, berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi tidak sejalan dengan laku yang dilakukannya khususnya pada tahun politik ini.
"Artinya begini presiden kita sering sekali bertolak belakang antara laku dan perkataan. Padahal sejak awal ini merupakan presidennya rakyat tapi kita lihat saja yang terjadi sekarang," ujarnya, saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu (24/6).
Menurutnya sikap dan pikiran Jokowi saat ini tidak lagi hanya betasal dari pikirannya tapi sudah dipengaruhi oleh banyak pihak. Sehingga kebijakan yang dilahirkan tidak sesuai dengan harapan yang disampaikan.
Baca juga : Jokowi Hadiri Bulan Bung Karno
Selain itu keinginannya untuk tidak menjadi bangsa yang terpecah belah justru berpotensi melahirkan perpecahan. Salah satunya yang menjadi gejala adalah sikap Joko Widodo sebagai kepala negara yang ikut cawe-cawe dan ingin menjadi king maker.
Baca juga : Perayaan Puncak Bung Karno, Jokowi Ajak Bangsa Indonesia Tidak Terpecah belah
"Dulu dia sebagai presiden yang dicintai rakyat sekarang dicintai konglomerat. Dengan sikap seperti ini maka potensi perpecahan itu bisa terjadi,” ungkapnya.
Sedangkan menurut anggota Fraksi Partai Demokrat Santoso menuturkan pidato yang disampaikan Jokowi merupakan harapan atau keinginan semua rakyat Indonesia. Sehingga yang harus dikedepankan adalah kesesuaian antara harapan dan upaya mewujudkannya.
"Memang itu keinginan standar seluruh rakyat Indonesia. Jika ada persepsi tidak sesuai dengan yang dia lakukan selama kepemimpinannya itu wajar saja karena kita tidam bisa melarang penilaian publik," ungkapnya.
Dia mencontohkan pernyataan Jokowi yang berubah-ubah tentang cawe-cawe politik. Hal ini kontradiktif dengan harapan yang disampaikannya dalam pidato hari ini.
"Mungkin jelang akhir kepemimpinan bahwa banyak yang beliau lakukan itu belum selesai, akhirnya mengajak semua elemen bangsa untuk seperti yang dia sampaikan. Semoga yang dia sampaikan ini konsisten," tukasnya. (Z-8)
"Selain menjadi wahana edukasi budaya, pagelaran ini juga sekaligus menjadi khaul, sebagai bentuk doa dan penghormatan kita kepada Bung Karno,"
Festival Mustika Rasa juga menjadi momentum untuk memperkenalkan kembali resep-resep tradisional Nusantara secara lebih luas kepada masyarakat.
SEBANYAK 550 foto hasil jepretan Mohammad Guntur Soekarnoputra dipamerkan di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta Pusat. Berlangsung 7 – 13 Juni 2025.
Karya foto Guntur dan lukisan Syandria dijual selama pameran berlangsung. Hasilnya untuk membantu kalangan wartawan, artis, musisi, politisi serta lainnya yang membutuhkan
Guntur Soekarno, putra sulung Soekarno menghadirkan rangkaian peringatan Bulan Bung Karno selama bulan Juni 2025 dengan menggelar pameran foto bertajuk Gelegar Foto Nusantara (GFN)
Beragam lomba akan digelar Pemerintah Provinsi Bali selama bulan Juni untuk mengenang dan menularkan ajaran Bapak Proklamator yang juga Presiden Pertama RI Ir Soekarno (Bung Karno).
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved