Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
TUJUAN pembangunan dapat tercapai dengan melibatkan dialektika antarinstitusi, partai politik, dan pemerintah daerah. Partai politik harus mampu mengedepankan budaya berpikir kritis dan menghadirkan kebaruan berbasis keilmuan dalam proses pembangunan.
Hal itu diungkapkan Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat saat membuka acara Bimbingan Teknis bertema Sinergisitas Partai Politik dalam Pembangunan Daerah di Solo, Jawa Tengah, Jumat (19/5) malam. Hadir pada acara tersebut para bakal calon legislatif kabupaten/kota dan provinsi se-Jawa Tengah dari Partai NasDem dan pengurus DPW Partai NasDem Jawa Tengah sebagai peserta bimbingan teknis. Hadir pula Dr. Zulkifli, S.Pt., M.M (Ahli Perencanaan Daerah) dan Ahmad Baidhowi AR (Ketua DPP Partai NasDem Bidang Kaderisasi dan Pendidikan Politik) sebagai narasumber.
Pada kesempatan itu, Lestari mengungkapkan bahwa telah terjadi perubahan pandangan terkait konsep partai politik dari waktu ke waktu. Pada 1770, Edmund Burke sebagai seorang filsuf sekaligus ekonom, ungkap Rerie, sapaan akrab Lestari, merumuskan bahwa partai politik ialah kelompok beranggotakan laki-laki dan perempuan yang bersatu atas dasar gagasan politik yang sama untuk memajukan kepentingan nasional.
Baca juga: Harkitnas Momentum Bangkit Bersama Wujudkan Indonesia Lebih Baik
Kelompok tersebut, masih mengutip pendapat Edmund Burke, memiliki nilai, minat, dan latar belakang pemikiran searah yang mengakomodasi perbedaan dan persamaan untuk berjalan bersama menuju satu tujuan. Namun, tambah Rerie yang juga legislator dari Dapil II Jawa Tengah itu, pada awal abad XX, memasuki abad modern, konsep partai politik bergeser menjadi organisasi elite dengan seperangkat sistem politik yang kompleks.
Padahal, tegas Rerie, dalam konteks pembangunan daerah, partai politik juga harus mengakomodasi kepentingan nasional yang direalisasikan, selain dalam bentuk pembangunan fisik, juga sumber daya manusia. Karenanya, tambah dia, partai politik juga harus mampu menjadi institusi pengasah nalar politik melalui pembelajaran berbasis visi dan ideologi, mengedepankan budaya berpikir kritis, menyajikan kebaruan berbasis pengetahuan ilmiah. Selain itu, tegas Rerie, partai politik juga harus menjadi wadah kesadaran sosial akan kepentingan nasional dengan mengedepankan masyarakat sebagai pemilik kedaulatan atas negeri ini. (RO/Z-2)
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) se-Jawa Barat menangani 131 dugaan pelanggaran pemilu. Jumlah pelanggaran diduga akan terus meningkat menjelang pelaksanaan pemilu 2024.
Kesepakatan koalisi ditandai dengan pembacaan deklarasi dari masing-masing pimpinan parpol.
Tata kelola organisasi partai politik dibenahi melalui aturan dan standar modern. Kaderisasi harus berjalan melalui tahapan secara berkelanjutan, kontrol atas potensi penyimpangan
PRESIDEN Joko Widodo merespons pertanyaan awak media mengenai restu yang diberikan bagi putra bungsunya Kaesang Pangarep, yang disebut-sebut berpotensi maju dalam Pilkada 2024.
KOALISI Indonesia Maju (KIM) sejak awal telah berkomitmen untuk tetap bersatu dalam pilpres dan pilkada. Komitmen ini semakin kuat saat pilpres usai dan berhasil menjadikan Prabowo Subianto
TEMUAN terkait dugaan adanya ribuan petugas pantarlih yang terafiliasi partai politik dinilai akan mendegradasi kepercayaan publik terhadap penyelenggaraan Pilkada 2024.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved