Dirjen Kemendag Jadi Tersangka Dugaan Korupsi Ekspor CPO, Faisal Basri : Maling Teriak Maling 

Insi Nantika Jelita
19/4/2022 20:40

EKONOM senior Faisal Basri memberikan komentar terkait penetapan tersangka Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Pedagangan Indrasari Wisnu Wardhana oleh Kejaksaan Agung (Kejagung) atas kasus dugaan korupsi terkait pemberian fasilitas ekspor crude palm oil (CPO). 

"Ini namanya maling teriak maling," cuitnya dalam akun Twitter @FaisalBasri, Selasa (19/4). 

Ungkapan tersebut merujuk pada pernyataan Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi yang sempat berjanji akan mengungkap tersangka mafia minyak goreng, Senin (21/3). Ternyata, salah satu tersangka yang ditetapkan Kejagung merupakan anak buahnya. 

Pada Rapat Kerja Komisi VI DPR secara virtual, Kamis (17/3), Lutfi juga menyinggung keberadaan mafia rakus yang diduga menimbun minyak goreng dan mengirimkan ke luar negeri. 

Dia mengatakan besaran pungutan ekspor dan bea keluar dari Indonesia yang tinggi menjadi celah para mafia beraksi. Pungutan ekspor dan bea keluar minyak sawit di Indonesia dipatok US$375 per ton, jauh lebih mahal dibanding Malaysia dengan dikisaran US$100 per ton. 

Kemudian, dalam blog yang ditulis Faisal Basri berjudul 'Ulah Pemerintahlah yang Membuat Harga Minyak Goreng Melonjak' pada (3/2), dia menuding polemik stok pangan itu disebabkan pemerintah sendiri yang dianggap tak becus menangani permasalahan harga dan stok minyak goreng. 

Baca juga : Ini Profil Dirjen Kemendag Tersangka Kasus Korupsi Minyak Goreng

"Kebijakan efektif ditentukan oleh kepiawaian pemerintah mendiagnosis penyebab kenaikan harga. Pasar tidak bisa dikomando secara serampangan. Ternyata ekspor bukan biang keladi kenaikan harga. Walaupun harga minyak sawit dunia melonjak," tulisnya. 

Faisal mencatat, volume ekspor CPO dan turunannya hanya naik tipis dari 34 juta ton di 2020 menjadi 34,2 juta ton di 2021. Kenaikan tipis volume ekspor ini walaupun terjadi lonjakan harga beriringan dengan penurunan produksi CPO dari 47,03 juta ton di 2020 menjadi 46,89 juta ton di tahun berikutnya. 

"Mengapa harga minyak goreng melonjak padahal produksi dan ekspor CPO yang menjadi bahan baku utama minyak goreng hanya turun sangat tipis? Ada faktor terpenting yang lepas dari perhatian pemerintah yakni pergeseran besar dalam konsumsi CPO di dalam negeri," sebutnya. 

Konsumsi CPO untuk biodiesel dikatakan naik tajam dari 5,83 juta ton di 2019 menjadi 7,23 juta ton di 2020 atau kenaikan sebesar 24%. Sebaliknya, konsumsi CPO untuk industri pangan turun dari 9,86 juta ton di menjadi 8,42 juta ton di tahun berikutnya. 

Pola konsumsi CPO dalam negeri seperti itu disampaikan Faisal Basri, terus berlanjut di 2021 dan diperkirakan porsi untuk biodiesel akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan porsi CPO dalam biodiesel lewat program B30. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya