Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
AKSI bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan dan serangan di Mabes Polri Jakarta menunjukkan terorisme kini sudah melibatkan kaum milenial. Keterlibatan keluarga diperlukan untuk mencegah anak-anak terjerumus dalam paham radikalisme yang sangat berbahaya.
Hal tersebut mengemuka dalam diskusi 'Membendung Radikalisme di Kalangan Anak Muda' di Hotel Adiwangsa, Solo, Senin (3/5). Diskusi yang digelar PWI Surakarta, Polda Jateng, dan Yayasan Gema Salam ini menghadirkan pembicara mantan narapida terorisme (napiter) yang tergabung dalam Yayasan Gema Salam.
Pengawal gembong teroris Noordin M Top, Joko Suroso alias Joko Padang yang menjadi salah satu pembicara mengatakan idealisme kaum milenial cukup tinggi. Menurutnya, kaum milenial akan memperjuangkan idealisme mereka hingga tercapai.
"Apalagi jika dikaitkan dengan sentimen agama, Kaum milenial akan sangat dimasuki paham radikalisme," katanya.
Ia menyarankan, agar orang tua memperhatikan berbagai aktivitas anak mulai pergaulan, sekolah, masuk dalam komunitas, termasuk tempat ibadah. "Ini penting, karena semua anak bisa menjadi sasaran," ungkapnya.
Menurutnya, siapa saja bisa terpapar paham radikalisme. Jaringan atau sel-sel terorisme dan radikalisme, jelas Joko Padang, bisa memanfaatkan siapa saja. "Mereka menggunakan berbagai momentum, terutama soal isu ketidakadilan dan penindasan untuk menjadi jalan masuk menyebarkan radikalisme," tuturnya.
Lebih jauh, Joko mengatakan, upaya pencegahan agar anak muda tidak terpapar paham radikalisme sangat penting dilakukan. Pasalnya, jika sudah terpapar radikalisme, akan sulit untuk mengatasinya.
"Sebab jika terlambat mengantisipasi, dan anak sudah masuk terkena doktrin paham radikal, sangat sulit keluar. Bahkan anak tidak mengakui orang tua," tandas dia.
Di sisi lain, Dirintelkam Polda Jateng, Kombes Jati Wiyoto Abadi mengatakab diperlukan sinergitas antarpihak dan stakeholder untuk membendung radikalisme dan terorisme di Tanah Air.
"Tugas Polri tidak hanya penegaskan hukum saja, namun juga membangun sinergitas untuk membendung terorisme. Butuh dukungan semua pihak," tandas Jati. (OL-15)
PRESIDEN Prancis Emmanuel Macron baru-baru ini menuai kecaman dari umat muslim di dunia karena mengaitkan Islam dengan terorisme.
SELASA, 17 November lalu, dua anggota kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur tewas di tangan Satuan Tugas Tinombala.
DI tengah aksi teror, warga selalu jadi korban. Di Sulawesi Tengah, yang terbaru ialah pembunuhan empat warga dan pembakaran enam rumah di lokasi transmigrasi Levono,
Wilayah Poso identik dengan serangkaian konflik yang berujung pada kericuhan.
TERORIS merupakan ancaman serius yang setiap saat dapat membahayakan keselamatan bangsa dan Negara serta kepentingan nasional.
NAMANYA Muhammad Basri. Sehari-hari, ia dipanggil Bagong. Pria asal Poso, Sulawesi Tengah, itu juga dikenal sebagai tangan kanan Santoso
FPHW secara tegas menolak berkembangnya organisasi masyarakat yang teridentifikasi dan menganut paham intoleransi, radikalisme dan terorisme.
Pancasila dan khilafah tidak bisa hidup berdampingan di Indonesia. Salah satunya harus dikorbankan.
SOSOK Prof Yudian Wahyudi menjadi salah satu lulusan pesantren yang berhasil di dunia akademik. Dari Pesantren Termas di Pacitan, Jawa Timur.
KARENA Indonesia negara multikultural, munculnya potensi radikalisme menjelang pilkada serentak 9 Desember 2020 masih sangat tinggi.
Paham radikalisme tumbuh subur di masyarakat karena tidak sedikit orang yang baru belajar agama tidak mampu menafsirkan ilmu itu dengan baik.
Kelompok teroris tersebut bahkan telah melakukan penggambaran untuk serangan tersebut.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved