Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
AKSI teror bom bunuh diri yang menyasar Katedral Makassar, mengundang keprihatinan DPP Lembaga Dakhwah Islam Indonesia (LDII). Aksi yang melukai sembilan jemaat dan menewaskan pelaku, menurut Ketua Umum DPP LDII Chriswanto Santoso, merupakan serangan terhadap kemanusiaan, karena dilakukan pada saat bangsa Indonesia tengah menghadapi pandemi Covid-19.
“Kami warga LDII mengutuk peristiwa tersebut, karena bukan hanya aksi teror bermotif ideologi tapi juga merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan. Serangan saat pandemi, tentu dilakukan oleh mereka yang mengabaikan perikemanusiaan,” tegas Chriswanto Santoso.
Chriswanto mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk bersabar diri dan tak terprovokasi,
"Tak satupun ajaran agama di Indonesia ini yang mengajarkan kekerasan terhadap umat beragama lainnya. Bahkan kekerasan tak pernah menyelsaikan masalah, bila dibalas dengan kekerasan. Luka yang ditimbulkan sangat dalam seperti kerusuhan antaragama yang pernah terjadi di Indonesia.
“Masyarakat harus bersabar dan tenang, dan menyerahkan kasus ini kepada aparat keamanan yang menangani tindak terorisme,” imbuh Chriswanto Santoso.
Chriswanto menyebut, serangan terorisme yang menyasar ke rumah-rumah ibadah, bisa menimbulkan rasa antipati terhadap agama lain. Sikap tersebut bisa memicu terganggunya modal sosial bangsa berupa kerukunan, kekompakan, persatuan dan kesatuan antarumat beragama,
“Modal sosial merupakan penopang pembangunan bangsa, bila hal tersebut terganggu, terganggu pula kehidupan berbangsa dan bernegara,” imbuh Chriswanto.
Baca juga : MUI: Bom Bunuh Diri dalam Kondisi Damai Haram dan Tidak Syahid
Keretakan bangsa akan menimbulkan efek berantai, yang mengakibatkan runtuhnya sendi-sendi berbangsa dan bernegara. Bila hal itu terjadi, punahlah negara dan bangsa Indonesia. Inilah yang disasar para pelaku teror,
“Mereka memaksakan ideologinya, agar negeri ini menjadi yang mereka inginkan, jauh dari Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI,” tegasnya.
Chriswanto mengimbau agar aparat keamanan mengusut tuntas kasus serangan bom bunuh diri itu. Membongkar jaringan mereka, merupakan hal yang penting untuk menghentikan aksi teror,
“Menyelesaikan masalah ini menjadi harapan seluruh rakyat Indonesia, karena pelaku telah melukai perasaan bangsa Indonesia yang tengah menghadapi pandemi Covid-19,” imbuh Chriswanto.
Ia juga meminta berbagai pihak, terutama para tokoh-tokoh agama untuk meningkatkan komunikasi serta menjaga kerukunan umat, “Para tokoh agama agar dapat menenangkan pengikutnya, agar suasana ketertiban dan keamanan terus terpelihara,” ujarnya.
Menurut Chriswanto, aksi terorisme tersebut jangan dikaitkan dengan agama. Sebab, tak tada agama yang mengajarkan tindakan kekerasan. Sebaliknya, ajaran agama yang penting adalah hubungan yang baik antar manusia dan antar umat beragama,
“Islam dan agama-agama lain yang ada di Indonesia saling mencintai dan menghargai antar sesama,” pungkasnya. (RO/OL-7)
PRESIDEN Prancis Emmanuel Macron baru-baru ini menuai kecaman dari umat muslim di dunia karena mengaitkan Islam dengan terorisme.
SELASA, 17 November lalu, dua anggota kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur tewas di tangan Satuan Tugas Tinombala.
DI tengah aksi teror, warga selalu jadi korban. Di Sulawesi Tengah, yang terbaru ialah pembunuhan empat warga dan pembakaran enam rumah di lokasi transmigrasi Levono,
Wilayah Poso identik dengan serangkaian konflik yang berujung pada kericuhan.
TERORIS merupakan ancaman serius yang setiap saat dapat membahayakan keselamatan bangsa dan Negara serta kepentingan nasional.
NAMANYA Muhammad Basri. Sehari-hari, ia dipanggil Bagong. Pria asal Poso, Sulawesi Tengah, itu juga dikenal sebagai tangan kanan Santoso
Pada Minggu (1/9), Paus Fransiskus memilih Uskup Agung Jakarta Monsignor Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo menjadi satu di antara 13 Kardinal.
Ditanya mengenai makanan kesukaan, Kardinal yang juga penulis buku Ecclesiological Implications of the Lucan Last Supper Narrative itu bercerita tidak memiliki kegemaran tertentu.
PESAN Damai dari Abu Dhabi. Demikian judul Editorial Media Indonesia pada Kamis (7/2). Judul ini mengungkapkan secara tepat substansi perjumpaan dua pemimpin agama dunia, yakni Imam Besar Al Azhar, Syekh Ahmed al-Tayeb dan Pemimpin Gereja Katolik Roma, Paus Fransiskus.
Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) 2019
Alasan tidak ditabuh lagi karena usia dan untuk menjaga bedug tetap awet mengingat nilai sejarah dan nasionalisme yang tersimpan dari pembuatan bedug tersebut.
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono, mengatakan, ada beberapa laporan terhadap UAS yang masih akan dipelajari.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved