Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

Umat Islam Sulit Maju Bila Terperangkap Aktivisme Jalanan

Cahya Mulyana
13/12/2020 17:30
Umat Islam Sulit Maju Bila Terperangkap Aktivisme Jalanan
Sekretaris Pengurus Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti(MI/ROMMY PUIANTO)

MUHAMMADIYAH menilai umat Islam tidak mengalami kekosongan tokoh atau figur anutan. Umat harus dibawa ke ruang pikiran konstruktif dan menjauhkan dari penyelesaian masalah melalui aktivisme jalanan.

"Saya kira tidak benar adanya kekosongan kepemimpinan ummat Islam," ujar Sekretaris Pengurus Pusat Muhammadiyah Abdul Mu'ti kepada Media Indonesia, Minggu (13/12).

Menurut Abdul, panutan umat yang saat ini dibutuhkan bukan yang memecah belah dan melanggar ketentuan hukum yang berlaku. Muslim di Indonesia memerlukan pemimpin yang santun.

"Yang diperlukan sekarang justru pemimpin yang santun, mempersatukan umat, menyelesaikan berbagai masalah secara konstruktif, dan menjadi warga negara yang mematuhi hukum," jelasnya.

Abdul mengatakan pemeluk agama Islam di Tanah Air ini sulit maju dan berkembang bila terperangkap dalam aktivisme jalanan. "Umat tidak akan maju kalau pemimpinnya justeru menyeret umat pada aktivisme jalanan, konfrontasi dengan pihak lain, dan main hakim sendiri," pungkasnya.

Pandangan berbeda muncul dari Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD yang mengaku sepakat dengan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengenai kekosongan figur atau pemimpin anutan di kalangan umat Islam . Akibatnya, sosok seperti M Rizieq Shihab (MRS) naik ke permukaan perhatian masyarakat.

"Dua pekan lalu saya di-interview oleh satu televisi tentang pernyataan Pak JK bahwa fenomena MRS disebabkan terjadi kekosongan pemimpin Islam. Maka saya jawab, di ILC (Indonesia Lawyer Club) dulu saya sudah bilang begitu. Jadi saya setuju dengan Pak JK, terjadi kekosongan peran tokoh dan organisasi Islam, bukan pemimpin formal," paparnya dalam akun media sosialnya @mohmahfudmd, Minggu (13/12).

Menurut Mahfud, kekosongan tokoh agama khususnya Islam terjadi sejak 2016. Ketika itu, ia memaparkan fenomena tersebut di ILC saat muncul aksi besar 411 dan 212.

"Umat yang ikut membanjiri demo itu bukan karena pengikut FPI (Front Pembela Islam) atau MRS tetapi karena numpang protes melalui orang yang berani ber-nahi munkar (mengkritisi keburukan). Mengapa? Karena saat itu tokoh-tokoh dan ormas Islam lebih banyak beramar makruf (mengajak kebaikan)," terangnya.

Mahfud menjelaskan MRS muncul dan menjadi pusat perhatian berkat karakternya yang fokus mengkritisi persoalan yang dianggap bersebrangan. "Saya tak pernah mengatakan kekosongan pemimpin formal di Indonesia melainkan melemahnya peran nahi munkar ormas dan parpol Islam," pungkasnya. (P-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya