Headline

Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.

Fokus

PSG masih ingin menambah jumlah pemain muda.

Hibah dari AS akan Perkuat Alutsista Indonesia

Putri Rosmalia Octaviyani
26/2/2020 15:23
Hibah dari AS akan Perkuat Alutsista Indonesia
Seorang peserta memasuki kendaraan taktis (rantis) dalam pameran alutsista di Kementerian Pertahanan.(Antara/M Risyal Hidayat)

KEMENTERIAN Pertahanan akan menerima hibah 14 drone ScanEagle dan peningkatan performa (upgrade) 3 unit Helikopter Bell 412 dari pemerintah Amerika Serikat (AS).

Pemberian hibah bertujuan memperkuat alat utama sistem senjata (alutsista) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL).

"Kami hadir di Komisi I DPR untuk menyampaikan permohonan persetujuan penerimaan hibah 14 drone Scan Eagle UAV dan upgrade Helikopter Bell 412 dari pemerintah AS," kata Wakil Menteri Pertahanan, Sakti Wahyu Trenggono, saat rapat kerja dengan Komisi I DPR, Rabu (26/2).

Sejak 2014 hingga 2015, pemerintah AS menawarkan program hibah (FMF) kepada TNI. Oleh karena itu, pada 2017 TNI AL mengambil program FMF hibah berupa Unmanned Aerial Vehicle (UAV) dan upgrade helikopter Bell 412.

Baca juga: Jokowi Minta Prabowo Perkuat Industri Alutsista

Sesuai ketentuan, Kementerian Pertahanan membentuk tim pengkaji untuk melakukan penilaian kelayakan barang. Mulai dari aspek teknis, ekonomis, politis, hingga strategis. Dari kajian tersebut, Kementerian Pertahanan memutuskan untuk menerima program hibah.

Drone ScanEagle memiliki nilai US$ 28,3 juta. Armada itu dibutuhkan TNI AL untuk meningkatkan kemampuan ISR maritim dalam menjaga pertahanan negara.

 ScanEagle merupakan bagian ScanEagle Unmanned Aircraft Systems, yang dikembangkan dan dibangun oleh Insitu Inc., anak perusahaan The Boeing Company. UAV didasarkan pada pesawat miniatur robot SeaScan Insitu. yang dikembangkan untuk industri perikanan komersial.

Menurut laman Boeing, drone ScanEagle dapat beroperasi di atas 15.000 kaki (4.572 m) dan bermanuver di medan perang untuk misi yang diperpanjang hingga 20 jam. Drone dengan bobot maksimum tempat pilot diizinkan lepas landas (maximum takeoff weight/MTOW) sebesar 22 kg, digerakkan mesin piston model pusher berdaya 15 hp.

Kecepatan terbang jelajah ScanEagle berada di kisaran 111 km/jam dan kecepatan maksimum 148 km/jam. Batas ketinggian terbang mencapai 5.950 m. ScanEagle sanggup berada di udara dengan lama terbang (endurance) lebih dari 24 jam. ScanEagle akan digunakan untuk melaksanakan patroli maritim dan integrasi ISR (intelijen, pengawasan, dan pengintaian).

Baca juga: Legislator Harap PT Len Industri Buat Alutsista Mandiri

Sementara itu, upgrade peralatan Helikopter Bell 412 dengan nilai US$ 6,3, juga dibutuhkan TNI AL untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan tugas. Sekaligus, meningkatkan kemampuan pertahanan negara.

"Nantinya, drone ScanEagle akan digunakan TNI AL untuk kepentingan khusus. Kita hanya keluar dana sekitar Rp 10 miliar untuk mengintegrasikan dan memastikan keamanan data dari peralatan ini dengan alutsista lainnya. Nanti PT LEN yang bertugas untuk mengintegrasikan," paparnya.

Di kawasan Asia Tenggara-Pasifik, drone ScanEagle sudah dioperasikan Angkatan Laut Singapura. Pengguna lainnya, Angkatan Laut dan Angkatan Darat Australia. Bahkan, ScanEagle milik militer Australia sudah teruji perang (battle proven) di Irak.

Menanggapi permintaan dari Kementerian Pertahanan, Komisi I DPR RI secara prinsip menyetujui keinginan dari pemerintah untuk mendapatkan hibah dari pemerintah AS. Namun, parlemen mengingatkan Kementerian Pertahanan untuk mengedepankan kehati-hatian dan kerahasiaan data. Serta, tidak membebani APBN dalam setiap penerimaan hibah dari negara lain.(OL-

 

 

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya