Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Gebrakan Generasi Milenail di Pemerintahan Dinanti Publik

Golda Eksa
26/11/2019 18:51
Gebrakan Generasi Milenail di Pemerintahan Dinanti Publik
Staf khusus Presiden Joko Widodo dari kalangan geneasi milenial(Antara/Wahyu Putro A)

GENERASI milenial, khususnya mereka yang berada di pemerintahan, diharapkan dapat melakukan pelbagai perubahan. Terobosan, inovasi, cara berpikir out of the box, dan non-linear, merupakan lompatan yang sangat dibutuhkan publik.

Hal itu dikemukakan tenaga ahli utama Kantor Staf Presiden (KSP) Rawanda W Tuturoong disela-sela diskusi Pembangunan Indonesia pada Periode Kedua Jokowi di Mata Generasi Milenial, di Jakarta, Selasa (26/11).

Diskusi juga menghadirkan beberapa narasumber, seperti politikus muda Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Mikhail Gorbachev Dom, Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Haris Pertama, dan pengamat politik Hasan Nasbi.

Rawanda mengingatkan agar generasi muda tidak menghabiskan energi untuk bertengkar. Para pemuda juga penting meningkatkan optimisme ketimbang pesimisme ketika melaksanakan sebuah gagasan.

"Pemuda harus memperbanyak studi dan gagasan supaya nantinya perubahan bisa lebih cepat. Intinya, semua orang yang berhasil dalam perubahan pasti di awal mengalami hal yang sama," kata dia.

Baca juga : Generasi Milenial Muslim Penting untuk Ikut Jaga Perdamaian Dunia

Mikhail menilai di setiap era pasti memiliki feedback untuk membuat sesuatu menjadi baru. Umpan balik tersebut di dalam sebuah zaman, terang dia, biasanya diberikan oleh kelompok pemuda.

"Sama seperti saat ini, feedback itu diberikan oleh pemuda. Bedanya adalah pemuda di 2019 secara populasi besar. Kita tahu milenial, seperti yang disebut orang marketing misalnya, dapat mengubah nyaris segala sesuatu," ujarnya.

Menurut dia, di dalam kamus marketing, milenial menjadi sesuatu yang baru. Contohnya, pariwisata domestik yang berkembang lantaran pemuda kerap berwisata di selama negeri. Begitupula dengan dunia perdagangan yang banyak melibatkan generasi tersebut.

"Tidak ada yang mengenal milenial selain milenial itu sendiri. Pak Jokowi sepertinya menangkap betul apa itu. Akhirnya, dia meminta teman-teman milenial yang terbaik dan tentunya sesuai dengan jumlahnya dari latar belakang berbeda, itu bagus," kata dia.

Dengan realitas tersebut, sambung dia, artinya kepala negara adalah orang yang mau belajar serta ingin melihat dari dekat apa saja kebutuhan-kebutuhan generasi milenial.

Hasan Nasbi memandang dalam politik pasti selalu ada keterwakilan, seperti perempuan, primordial, dan milenial. Hal itu dilakukan supaya tetap menjaga keseimbangan.

"Persoalannya ialah kekurangan anak muda cuma satu, yaitu pengalaman. Mereka berlebih energi, kreatifitas, pikiran out of the box. Sehingga ini merupakan energi yang luar biasa kalau misalnya penempatannya tepat oleh negara," pungkasnya. (OL-7)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ghani Nurcahyadi
Berita Lainnya