Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Nyata, Kontribusi Kerajaan Demak dan Sultan Trenggana

Medcom.id
04/9/2019 16:04
Nyata, Kontribusi Kerajaan Demak dan Sultan Trenggana
Pendiri Yayasan Dharma Bakti Lestari, Lestari Moerdijat(MI/Haryanto Mega)

PENULIS dari Portugis, Pinto, telah menggambarkan pertempuran kerajaan Demak bersama Pasuruan ke Blambangan, Pacarakan, dan Pamarukan. Dalam pertempuran itu, Sultan Trenggana meninggal.
 
Arkeolog jebolan Universitas Indonesia, Lestari Moerdijat, mengatakan bukti keberadaan kerajaan Demak tidak hanya tertuang dalam tulisan Pinto. Namun juga bukti-bukti peninggalan artefak hingga saat ini masih dapat dilihat.
 
"Kerajaan Demak dan Sultan Trenggana ini nyata. Sosok yang sudah berkontribusi bagi Nusantara," ujar Lestari yang akrab disapa Rerie, Rabu (4/9).

Baca juga: Sultan Trenggana Dalam Jejak Historis

Sebagai Raja Demak, Rerie mengungkapkan, Sultan Trenggana nyata berjuang melawan Portugis. Semangatnya untuk mengeliminasi pengaruh Portugis di tanah Jawa begitu kuat. Caranya, dengan menjalin komunikasi dengan kerajaan-kerajaan di Nusantara.
 
"Kolaborasi dalam membangun hubungan diplomasi dengan beberapa wilayah seperti Banten, Cirebon, Sumatra, dan Kalimantan dilakukan cukup intens. Sultan Trenggana mempunyai semangat melawan Portugis mengikuti jejak-jejak pendahulunya," ungkap pendiri Yayasan Dharma Bakti Lestari itu.

Catatan Portugis tidak hanya mencatat sepak terjang Sultan Trenggana. Keturunan-keturunan kerajaan Demak juga tidak luput dari rekaman tulisan Portugis. Seperti Ratu Kalinyamat.

Dalam buku catatan Portugis, Kalinyamat dideskripsikan sebagai sosok pemimpin perempuan yang pemberani dan berwibawa.
 
"Buku-buku yang mencatat keberadaan Ratu Kalinyamat itu misalnya, HJ de Graaf dan TH G TH Pigeaud, De eersteMoslimseVorstendommen op Java: Studien over de StaatkundigeGeschiedenis van de 15d en 16de eeuw. M.A.P. Meilink-Roelofsz, Asian Trade and European Influence in the Indonesian Archipelago Between 1500 and About 1630," pungkas Rerie. (X-15)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Henri Siagian
Berita Lainnya