Headline
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.
Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.
MULAI merenggangnya hubungan Partai Demokrat dengan koalisi Prabowo Subianto dan sejumlah manuver kunjungan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) maupun pernyataan dari Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) belakangan ini mulai menunjukkan adanya shifting dari Partai Demokrat.
Peneliti komunikasi politik Universitas Telkom Dedi Kurnia Syah menilai dengan adanya kunjungan AHY ke Jokowi dan Megawati saat lebaran kemarin menunjukkan bahwa Demokrat sejak awal tidak sejalan dengan koalisi kubu Prabowo.
"Membaca aktifitas dan statemen SBY sejauh ini, lebih banyak bertolak belakang dengan apa yang sedang dijalankan Prabowo, mulai dari menolak model kampanye Prabowo dengan shalat subuh berjamaah, hingga klarifikasi kesan Prabowo terkait ibu Ani. Sekarang dengan harmoni pertemuan AHY - Megawati, tentu itu cukup menjelaskan SBY berada di seberang Prabowo secara etika politik," jelas Dedi dalam keterangan tertuisnya Jumat (7/6)
Baca juga: AHY-Ibas Temui Megawati, Pramono: Warna Baru Politik
Dedi pun menilai meski kunjungan AHY ke kediaman Megawati kemarin dalam momentum lebaran, namun pertemuan tersebut disinyalir berdampak politis dan tidak bisa dipisahkan dari aktifitas politik.
"Pertemuan dua klan politik, meskipun tidak secara teknis berurusan dengan politik, ia tetap saja bermuatan politis, karena komunikasi politik itu dinamis, tidak saja apa yang terlihat, tetapi memuat apa yang menjadi impact atau tujuan tersembunyi," terangnya.
Dalam kesempatan berbeda Wakil Sekertaris Jendral Partai Demokrat Andi Arief dalam cuitannya melalui akun twitternya @AndiArief, Jumat (7/6), menuturkan sejak awal tanda kekalahan Prabowo sudah ada dengan memaksakan Sandiaga Uno sebagai calon cawapres. Partai Demokrat tidak bersikap subjektif atas masukannya karena masukan tersebut berdasarkan hasil survei.
Namun menurutnya Prabowo keras kepala dan justru meninggalkan Demokrat. Pada akhirnya apa yang ditakutkan Demokrat terbukti pada hasil rekapitulasi pemilu 2019 oleh KPU.
Meski begitu Andi menyatakan Partainya tetap berupaya memberikan sejumlah langkah kongret untuk menenagkan koalisi Prabowo-Sandiaga. Akan tetapi hal tersebut tidak digubris oleh pihak koalisi Prabowo-Sandiaga.
"Meski tidak yakin akan kemenangan 02, namun Partai Demokrat, SBY dan AHY tetap berupaya mencari jalan yang benar agar 02 menang. Berkali-kali pertemuan mengusulkan sesuatu yang positif namun selalu ditolak oleh 02. Kawan yang baik adalah yang mengajarkan hal benar," sambung Andi.
Anehnya, lanjut dia, Partai Demokrat yang justru dituding sebagai biang kekalahan.
"Pasangan 02 deklarasi capres cawapres tanpa melibatkan Partai Demokrat, SBY dan AHY. Artinya, merasa kuat dan punya perhitungan sendiri untuk menang. Dalam kenyataannya kalah terpuruk, malah menyalahkan Partai Demokrat, SBY dan AHY. Ngambek pada kekuatan yang tidak dilibatkan."
Pilpres 2019 menurut Andi memberi pelajaran bahwa faktor uang tidak menjadi jaminan menang kompetisi.
"Pelajaran buat semua yang akan ikut capres dan cawapres, agar memperhatikan survey sebagai alat bantu kemanangan. Punya uang banyak namun survey tidak berpeluang dalam level pilpres jangan memaksakan diri," kata Andi. (OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved