Headline
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
Nyanyi Bareng Jakarta (NBJ) terinspirasi dari komunitas serupa di luar negeri yang mewadahi orang bernyanyi bersama tanpa saling kenal.
WAKIL Presiden Jusuf Kalla menegaskan bahwa tuduhan dari pihak pendukung Prabowo-Sandiaga bahwa Ketua KPPS yang banyak meninggal karena diracun sebagai tuduhan yang berlebihan. Pihak BPN menyerukan adanya visum kepada para korban meninggal untuk menyelidiki hal tersebut.
"(Visum) itu terserah keluarganya, visum kan harus izin keluarga. Tuduhan bahwa mereka diracun itu berlebihan," tutur Jusuf Kalla saat ditemui di Kantor Wakil Presiden di Jakarta, Senin (13/5).
Jusuf Kalla pun menjelaskan tuduhan tersebut tidak berdasar, khususnya dalam hal motif perbuatan jika memang benar diracun. Dirinya menilai tidak ada motif yang jelas untuk meracun para ketua KPPS.
"Motif nya apa ? Mau dapat suara ? Bagaimana mungkin, tidak begitu. Segala sesuatu harus kita periksa motifnya dan memang tidak ketemu motifnya," tutur Jusuf Kalla.
Baca juga: Kemenkes Sebut tidak Ada KPPS Diracun
Kementerian Kesehatan menurut Jusuf Kalla sudah mengevaluasi dan mengatakan yang wafat dikategorikan sekitar 13 penyakit. Para korban yang wafat kita hargai karena bekerja tanpa henti lebih dari 24 jam.
Apa yang terjadi saat ini menurut Wapres murni akibat dari kerumitan sistem pemilu kemarin. Hal tersebut menimbulkan kelelahan dari para Ketua KPPS serta situasi seperti bekerja tanpa istirahat dan berada diruang terbuka dan juga karena stress.
Terlebih banyak Ketua KPPS umumnya berada di desa des, yang belum tentu memahami betul sistem pemilu yang rumit. Para Ketua KPPS sangat mungkin untuk merasa kebingungan dengan sistem pemilu sekarang.
Jusuf Kalla juga menegaskan salah satu bentuk pertanggung jawaban negara selain pemberian santunan adalah mencari penyebab dari banyaknya petugas yang menjadi korban. Negara dalam hal ini adalah KPU, Bawaslu dan juga Partai Politik karena pembuatan Undang-Undang Pemilu disepakati di DPR.
"Sejak awal kalau diingat saya selalu mengatakan ini paling rumit di dunia, tetapi saya tidak menyangka korbannya akan begitu besar. Bahwa memang rumit itu kita sudah mengetahuinya sejak awal bahwa itu rumit. Saya katakan ini bisa kerja hingga tengah malm, ternyata sampai pagi," tutur Jusuf Kalla. (OL-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved