Polisi Siapkan Pita Merah-putih untuk Pewarta Peliput Demonstrasi

Ferdian Ananda Majni
02/5/2019 20:22
Polisi Siapkan Pita Merah-putih untuk Pewarta Peliput Demonstrasi
Karopenmas Divisi Humas Brigjen Pol Dedi Prasetyo(ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto)

GUNA antisipasi tindakan kekerasan terhadap jurnalis dalam peliputan demontrasi, Karopenmas Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengatakan, pihaknya berencana menyiapkan identitas khusus untuk mengenali pewarta yang sedang bertugas.

“Kalau rekan-rekan media tidak menggunakan lambang pers, rompi atau tanda yang mencolok kami akan siapkan pita merah-putih,” kata Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Kamis (2/5).

Menurutnya, pita merah-putih nantinya akan menjadi peralatan wajib yang harus disematkan kepada pewarta dalam setiap peliputannya. Sehingga petugas yang menjalankan tugasnya juga bisa membedakan pihak-pihak yang terlibat dalam demontrasi.

“Kepada seluruh anggota Polri yang terlibat dalam pengamanan unjuk rasa, agar mengetahui pengguna pita merah-putih bahwa itu adalah rekan media,” sebutnya.

Baca juga: Pewarta Foto Dapat Intimidasi dan Kekerasan dari Polisi

Untuk menindaklanjutinya, Polri juga akan berkoordinasi dengan organisasi profesi jurnalis yang ada, seperti Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) dan lainya terkait identitas khusus tersebut.

"Identitas pers keduanya tidak terlihat dan korban mengenakan baju warna hitam," lanjut Dedi menanggapi dugaan penganiayaan terhadap dua pewarta foto di Bandung.

Sebelumnya, 2 pewarta foto diduga mendapat intimidasi dan kekerasan dari oknum polisi saat meliput kericuhan massa tidak dikenal yang diamankan oleh polisi di sekitar JalanDipatiukur, Kota Bandung, Rabu.

Peristiwa itu dialami pewarta Tempo, Prima Mulia dan jurnalis lepas Iqbal Kusumadireza (Reza). Kekerasan tersebut terjadi setelah mereka pindah lokasi untuk mengabadikan gambar yang lain. Ketika itu Reza tiba-tiba dipiting oleh seorang anggota polisi yang meminta Reza untuk menghapus foto.

"Sebelum kamera diambil juga udah ditendang-tendang. Saya mempertahankan kamera saya. Sambil bilang saya jurnalis," kata Reza.

Berbeda dari Reza, Prima tidak mendapat kekerasan fisik dari polisi. Prima hanya mendapat intimidasi dari sejumlah polisi berpakaian preman dan foto-foto yang ada di kameranya akan dihapus.

"Saya ditangkap tiga orang polisi berpakaian preman sambil ngancam dan minta gambar dihapus. Dari situ Saya liat Reza mengalami kekerasan fisik dan didorong sampai jatuh. Semua file foto dihapus," kata Prima.

Kapolrestabes Bandung, Kombes Irman Sugema mengatakan peristiwa dugaan intimidasi dan penganiayaan tersebut adalah kesalahpahaman. Ia menduga saat itu Prima dan Reza tidak memakai identitas.

Saat kejadian, polisi memang tengah mengamankan sekelompok remaja yang melakukan aksi vandalisme dan penganiayaan. Sehingga terjadi keributan dan aksi kejar-kejaran.

"Mereka tidak menunjukkan identitas kan, soalnya mereka (sekelompok remaja) ada juga yang mengambil gambar. Jadi kita tidak tau mana yang jurnalis atau bukan," kata Irman.

Sementara itu, Prima memastikan dirinya saat itu memakai identitas pewarta. Sama hal nya dengan Reza, ia juga mengeluarkan identitas saat diminta oleh oknum polisi tersebut.

"Identitas jelas saya sudah kalungkan di leher. Dari awal sebelum rusuh malah sudah bareng sama polisi baju preman dan Tim Prabu," pungkasnya. (OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya