Headline

Pengibaran bendera One Piece sebagai bagian dari kreativitas.

Fokus

Isu parkir berkaitan dengan lalu lintas dan ketertiban kota.

Eramas Komit Tegakkan Hukum

Puji Santoso
20/6/2018 09:53
Eramas Komit Tegakkan Hukum
Pasangan cagub-cawagub Sumut nomor urut satu Edy Rahmayadi (kiri)-Musa Rajekshah (kedua kiri) menyampaikan program disaksikan pasangan nomor urut dua Djarot Saiful Hidayat (kedua kanan)-Sihar Sitorus (kanan) pada Debat Publik Kedua Pilgub Sumut, di Medan,(ANTARA/Irsan Mulyadi)

KOMISI Pemilihan Umum (KPU) Sumatra Utara telah menggelar debat pamungkas, kemarin. Kedua pasangan calon, yakni Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (Eramas) dan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus (Djoss) telah menyampaikan pandangan dan janji demi memenangi hati rakyat.

Debat publik ketiga kali ini mengangkat tema penegakan hukum dan HAM. Pasangan Eramas nomor urut satu didukung PKS, PAN, Gerindra, Golkar, NasDem, dan Hanura. Pasangan Djoss nomor urut dua didukung PDIP dan PPP.

Suasana debat kali ini berlangsung cukup panas. Kedua calon kepala daerah bahkan terlibat saling sindir. Misalnya, saat Edy dan Djarot menjawab pertanyaan tentang kiat melindungi nelayan mengingat Sumatra Utara memiliki wilayah pesisir laut yang panjang.

Edy sempat mengkritik Djarot karena dinilai terlalu berkutat pada persoalan pendidikan bagi nelayan. Padahal, kata Edy, fokus debat kali ini ialah mengenai penegakan hukum. “Tegakkan hukum. Kalau ada kapal besar yang tidak di ZEE (zona ekonomi eksklusif), hukum (harus) tegak,” cetus Edy.

Atas kritik Edy tersebut, Djarot kemudian menanggapi kembali bahwa debat ketiga kali ini tidak melulu persoalan hukum, tetapi juga hak asasi manusia (HAM).

“Pak Edy, topik (debat) kita itu hukum dan HAM. Kami akan memenuhi hak asasi nelayan, pendidikan yang baik, kesehatan, lingkungan yang baik, permukiman yang baik. Oleh karena itu, kesejahteraan ini untuk memenuhi hak asasi nelayan. Jadi, ini bukan hanya persoalan hukum. Bapak mungkin lupa,” balas mantan Gubernur DKI Jakarta itu.

Saling kritik sudah terjadi sebelumnya ketika para calon diperhadapkan pada pertanyaan terkait reformasi agraria. Djarot secara tidak langsung mempersoalkan sikap Edy ketika masih menjabat sebagai Panglima Kodam 1/Bukit Barisan pada 2015.

Dengan mengacu pada berita yang telah viral di media sosial, Edy terlihat memarahi pendemo terkait sengketa lahan di Desa Perkebunan Ramunia Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang. Edy bahkan menarik baju salah seorang pendemo.

“Memang kalau kita berbicara yang urgen ialah Ramunia. Kalau bukan orang Sumut, tak tahu itu Ramunia. Ramunia itu tanah Kodam, tanah negara. Kalau ada yang ingin memiliki (minta) ke negara bukan ke Kodam. Sayangnya, ada orang yang merasa sok tahu,” ujar Edy menjawab sindiran Djarot.

Terukur
Pengamat komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing mengatakan dukungan masyarakat akan semakin terbuka bila program yang dijanjikan jelas dan terukur.

“Masyarakat rasional itu biasanya melihat apakah hasil perdebatan itu mampu membuat perubahan yang menyejahterakan masyarakat. Itu yang mereka pilih,” kata Emrus saat dihubungi Medcom.id di Jakarta, kemarin.

Berdasarkan hasil survei Indo Barometer seusai debat jilid kedua, responden menilai penampilan pasangan Djoss lebih menarik (58,8%), lebih jelas berbicara dan mudah dipahami (76,5%), serta lebih memahami dan menguasai masalah Sumut (76,5%).

“Jadikan keunggulan sebagai motivasi untuk lebih mendekati rakyat dengan program yang terukur,” cetus Emrus . (P-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya