Senin 13 Maret 2023, 05:05 WIB

Menjadi Guru

Dwi Wulandary Guru IT SMP Sukma Bangsa Bireuen | Opini
Menjadi Guru

MI/Duta
Ilstrasi MI

 

PERTANYAAN pertama Kaisar Hirohito setelah pengeboman Hiroshima dan Nagasaki ialah "Berapa jumlah guru yang masih hidup?" Pertanyaan itu mengindikasikan betapa Kaisar Hirohito memandang guru sebagai unsur penting dalam kesuksesan suatu bangsa. Dalam budaya Indonesia, guru juga mendapatkan peran yang penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia sehingga guru dijuluki sebagai pahlawan tanpa tanda jasa.

Namun, ironi, kita masih mendengar kisah-kisah sedih guru yang mengajar di pedalaman atau daerah terpencil di Indonesia. Seperti kisah Diana Cristian Da Costa Ati (23), seorang guru penggerak daerah terpencil (GPDT) di Kabupaten Mappi, Papua, mengaku gajinya habis untuk membeli air dan minyak tanah. Kisah sedih lainnya, Hery Cahyadi mengajar di sebuah desa tanpa daratan, yakni Desa Muara Enggelam, Kecamatan Muara Wis, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Ia mengajar di desa tanpa daratan dan sembilan bulan tak digaji (Kompas.com, 25/11/2020).

Pernahkah membayangkan jika kita berada di posisi mereka? Apakah kita tetap akan menjadi guru? Akankah terus berjuang dan tetap menjadi guru dengan segala keterbatasan fasilitas tempat tugas atau keterbatasan anak didik kita? Tentu itu hanya pertanyaan retoris yang hanya bisa dijawab guru.

 

Kondisi nyata

Potret di atas ialah anomali. Saat ini pemerintah berusaha secara terus-menerus memperbaiki kondisi dengan melimpahkan dana untuk pemerataan sarana dan prasarana sekolah di berbagai tempat terpencil, terjauh, dan terluar. Begitu juga guru di daerah terpencil, terjauh, dan terluar mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Tentu masih ada beberapa daerah yang dalam prosesnya belum terjangkau pembangunan, seperti kepulauan Papua, Maluku, Sulawesi, Nias, dan Mentawai.

Tantangan guru saat ini dalam melaksanakan tugasnya ialah bagaimana mengajarkan siswa dengan memperhatikan kondisi psikis dan psikologis para siswa. Bahkan, tidak sedikit saat ini sekolah yang memiliki peserta didik dengan kesulitan belajar khusus dan atau anak berkebutuhan khusus, yaitu mereka yang tergolong luar biasa, baik dalam arti berkelainan, lamban belajar, maupun yang kesulitan belajar. Tidak jarang guru menjumpai anak-anak yang berbeda kondisinya satu sama lain secara kapasitas intelektual, sosial, ekonomi, emosi, maupun perilakunya. Sering juga guru menghadapi siswa yang belum sarapan saat mau memulai belajar (Nasichin 2022:5).

Tentu sebagai seorang guru, kita harus bersikap bijak dalam menghadapi anak-anak yang demikian di dalam kelas. Setiap guru akan menyikapi dengan cara yang berbeda-beda dalam menghadapi anak-anak yang memiliki kesulitan belajar khusus atau anak berkebutuhan khusus tersebut.

 

Praktik baik

Berdasarkan pengalaman saya mengajar di SSB Biereuen, ada beberapa langkah yang dapat kita ambil untuk menghadapi anak-anak yang memiliki kesulitan belajar khusus atau anak berkebutuhan khusus tersebut. Pertama, guru memiliki kemauan yang kuat dalam mendampingi peserta didik. Satu hal yang paling utama dan penting dalam menghadapi peserta didik dengan keterbatasan yang mereka miliki ialah kemauan dari seorang guru untuk mendampingi dan membimbing mereka dalam belajar.

Guru harus ikhlas dan sabar. Dalam hal ini, skala prioritas utama guru untuk peserta didik itu ialah mendampingi dan membimbing mereka, khususnya dalam akhlak dan perilaku yang baik, tidak hanya mengembangkan kognisi mereka.

Kedua, guru harus memiliki keyakinan bahwa setiap peserta didik memiliki kemampuan. Seorang guru harus yakin seyakin-yakinnya bahwa setiap orang itu memiliki kemampuan yang nantinya bisa menjadi modal untuk masa depan mereka. Guru harus melihat setiap peserta didik dengan warna kacamata yang berbeda-beda. Seorang peserta didik lemah di banyak mata pelajaran dan hanya mampu di sebagian kecil mata pelajaran bukanlah tolok ukur pencapaian sukses di masa depan peserta didik tersebut.

Ketiga, guru harus memiliki energi positif untuk mendorong kemajuan peserta didik. Energi positif dapat menjadi sugesti positif pada dirinya dalam mendampingi peserta didik dengan keterbatasan. Dengan demikian, guru juga mampu memberikan energi positif yang dimilikinya tersebut ke peserta didik untuk semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran setiap harinya.

Keempat, guru harus memiliki pengetahuan khusus untuk memahami kondisi peserta didik yang mengalami kesulitan/kendala dalam belajar. Untuk mendukung keberhasilan dalam mendampingi peserta didik dengan keterbatasan, guru harus membekali diri dengan pengetahuan khusus terkait dengan peserta didiknya. Pengalaman memang guru yang paling berharga dalam hidup kita, tetapi untuk menjadi guru yang baik, sekadar pengalaman yang lama tidaklah cukup menjadi modal dalam menghadapi hal-hal yang khusus. Pengetahuan yang tepat sangat dibutuhkan guru untuk melakukan evaluasi terhadap pengalaman yang selama ini sudah ia dapatkan.

Kelima, guru harus memiliki imajinasi mengenai keberhasilan dan kesuksesan peserta didik. Imajinasi tentang keberhasilan peserta didik kita sangat memengaruhi pikiran seorang guru dalam menghadapi mereka setiap harinya. Imajinasi tersebut membantu guru untuk menguatkan dan memotivasi peserta didik mencapai keberhasilan.

Keenam, membuat rencana kesuksesan untuk peserta didik. Kesuksesan seseorang itu berada di genggaman tangan kita sendiri, bukan orang lain. Berbeda untuk peserta didik, sangat penting bagi guru untuk membantu peserta didik bermimpi mencapai kesuksesan yang ingin mereka miliki. Dengan begitu, guru bisa membantu peserta didik untuk membuat rencana kesuksesan mereka. Contohnya, meminta mereka menuliskan mimpi-mimpi yang mereka inginkan di masa depan mereka.

Ketujuh, membantu peserta didik membuat keputusan. Dalam kegiatan belajar, peserta didik tentunya sering merasa tidak percaya diri sehingga bingung dalam menghadapi suatu masalah. Untuk itu, guru harus membantu peserta didik membangun daya kritis mereka. Bagaimana mereka membuat keputusan terhadap masalah yang mereka hadapi. Memberikan solusi terhadap apa yang peserta didik hadapi bukanlah sebuah bentuk bantuan kepada mereka, melainkan memberikan arah atau petunjuk untuk mencapai tujuan mereka merupakan suatu cara agar peserta didik menemukan sendiri solusi dari masalah yang mereka hadapi.

Itulah beberapa hal penting yang harus diperhatikan guru dalam mendampingi dan mendidik anak-anak kita tercinta. Harapannya, seluruh peserta didik di mana pun mereka berada menjadi orang yang sukses bagi dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, lingkungan sekitar, dan kemajuan negara. Guru terbaik mengajar dari hati, bukan hanya dari buku.

Baca Juga

Ist

Dunia Kerja, MBKM, IKU, dan Implikasi Kurikulum 

👤Munzir Busniah, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas 🕔Selasa 21 Maret 2023, 10:49 WIB
MBKM adalah program yang bertujuan mendorong mahasiswa untuk menguasai berbagai keilmuan yang menjadi bekal memasuki dunia kerja sesuai...
Dok. CSIS

Mempertanyakan Subsidi Kendaraan Listrik

👤Deni Friawan Peneliti Departemen Ekonomi, Centre for Strategic and International Studies (CSIS) 🕔Selasa 21 Maret 2023, 05:15 WIB
PEMERINTAH baru saja mengumumkan pemberian subsidi pembelian kendaraan bermotor litrik berbasis baterai (KBLBB). Kebijakan itu bertujuan...
MI/Seno

Anomali Hukum Perppu Pemilu

👤Titi Anggraini Pembina Perludem dan pengajar pemilu Fakultas Hukum Universitas Indonesia 🕔Selasa 21 Maret 2023, 05:00 WIB
Akrobat hukum mencari pembenaran atas tidak adanya persetujuan Perppu Pemilu hanya membuat kita makin tampak bermain-main dengan konstitusi...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

Top Tags

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya