Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
SUHU politik nasional sudah terasa panas meski Pemilu 2024 baru akan dilaksanakan sekitar dua tahun lagi. Sebagian besar partai politik dan relawan sudah mengambil ancang-ancang dan manuver untuk memenangi Pemilu 2024. Tak terkecuali para figur yang merasa mampu untuk berkompetisi pada pemilu nanti.
Di balik manuver politik itu semua yang tak kalah menariknya adalah perebutan untuk mendapat golden ticket yang dimiliki oleh PDIP. Dengan perolehan kursi di DPR sebesar 21%, PDIP sudah bisa mencalonkan kadernya atau siapapun untuk ikut bersaing di pencapresan 2024 tanpa harus menantikan mitra koalisi. Hal itu diatur dalam Undang-Undang No 7 tahun 2017 tentang Pemilu.
Golden ticket itu tentunya masih dipegang oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. Setidaknya, ada dua nama yang berpeluang meraih tiket itu, yakni Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Ketua DPR Puan Maharani, yang juga merupakan anak kandung Megawati.
Kedua 'calon kandidat' itu berkeinginan tiket emas tersebut bisa dijadikan kendaraan politik untuk pencalonan presiden. Sebagai kader PDIP Ganjar, tentu berhak merasa pantas untuk dicalonkan oleh partainya. Demikian juga Puan yang setelah malang-melintang di birokrasi pemerintahan sebagai Menko Bidang PMK dan Ketua DPR semakin percaya diri bisa memimpin negeri ini.
Tidak ada yang salah dengan ambisi politik kedua politisi itu. Konstitusi negara juga menyebutkan adalah hak seseorang untuk memilih dan dipilih, tentu dalam hal ini sebagai kepala negara.
Yang menjadi soal ialah PDIP punya mekanisme internal tersendiri dalam menentukan siapa yang hendak dimajukan dalam kontestasi Capres. Sesua amanat partai, keputusan tersebut mutlak ada di tangan Ketua Umum Megawati.
Hal ini juga sering diingatkan oleh petinggi-petinggi partai berlambang banteng moncong putih itu di setiap kesempatan saat ditanyakan kenapa ada resistensi dengan gerakan-gerakan politik yang dilakukan oleh Ganjar akhir-akhir ini?
Menurut Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto, untuk persiapan Pilpres 2024 sudah ada arahan dari Ketua Umum kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Arahannya, sebagai keluarga besar yang menyatukan diri dalam partai dengan sejarah panjang dan cita-cita besar untuk Indonesia semua kader PDIP harus berdisiplin. Jangan grusa-grusu.
Namun seperti tanpa hirau, Ganjar di mata petinggi partau terus melakukan gerakan politik populis. Sepak terjang Ganjar itu hasilnya cukup lumayan, namun bagaikan kerikil tajam bagi PDIP.
Hasil survei dari beberapa lembaga tentang elektabilitas beberapa tokoh politik atau individu yang dianggap pantas menduduki kursi Presiden di Pemilu 2024 nanti, Ganjar selalu berada di urutan tiga besar . Sebut saja hasil survei Poltracking Indonesia dirilis pada Juni 2022 yang menunjukkan tingkat keterpilihan Ganjar tertinggi dan mengalahkan elektabilitas Prabowo Subianto (Gerindra).
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda menyebut dalam simulasi 18 nama capres eletabilitas Ganjar sebesar 24,8%, Prabowo 21,2% dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan 15,5%. Di urutan berikutnya seperti Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Menteri Pariwisata Sandiaga Uno jauh tertinggal dengan perolehan di bawah 3%.
Demikian juga survei yang dilakukan oleh SMRC, elektabilitas Ganjar mengungguli Prabowo dan Anies. Direktur Riset SMRC Deni Irvani mengungkapkan, dalam simulasi pilihan tertutup terhadap tiga nama itu Ganjar mendapat dukungan cukup unggul jauh dengan nilai 30,3%.
Tentu saja penilaian-penilaian dari beberapa lembaga survei tersebut ke depannya sangat mungkin berubah sesuai dinamika politik dan isue-isue yang akan dimunculkan dan berkembang di masyarakat.
Nama Puan Maharani memang belum signifikan nilai elektabilitasnya di survei tersebut. Namun beberapa survei lain juga menunjukkan elektabilitas Puan terus naik dalam bursa Pilpres 2024. Seperti dalam survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Independen.
Pakar komunikasi politik dari Universitas Pelita Harapan Emrus Sihombing menilai naiknya elektabilitas Puan karena berhasil mempresentasikan suara masyarakat luas. Dia menyarankan Puan memang harus bekerja keras lagi untuk masuk dalam jajaran figur dengan elektabilitas yang memadai.
Keberadaan Ganjar di kancah perpolitikan nasional saat ini harus diakui karena faktor dukungan dari Presiden Joko Widodo. Di beberapa kesempatan Jokowi seperti memberikan karpet merah bagi Ganjar untuk menyosialisasikan diri di tengah masyarakat. Hingga relawan yang selama ini dikenal pendukung fanatik Jokowi yakni Projo juga seperti direstui Jokowi untuk menggerahkan anggotanya dalam memosisikan Ganjar sebagai capres yang akan diusung nanti. Hal itu tidak tampak dilakukan Jokowi ke kader PDIP lainnya.
Bahkan posko-posko pemenangan untuk Ganjar telah terbentuk hingga ke daerah-daerah. Pun Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi dengan terus terang mengatakan untuk saat ini Ganjar merupakan figur yang pantas dan tepat dicalonkan sebagai capres.
Baca juga: Soal Hubungan PDIP-Jokowi, Masinton: Baik-Baik Saja Jangan Digoreng
Agresivitas Ganjar dan pendukungnya (Ganjaris) dalam upaya pencapresan di Pemilu 2024 itu tentu saja mengundang reaksi keras dari kader dan petinggi PDIP. Dalam kacamata mereka, sosok Puan lebih pantas mendapatkan golden ticket dari Megawati. Ganjar pun dinilai kemlinthi, arogan dalam berpolitik.
Dari sini muncullah isu perpecahan antara Presiden Jokowi dan Megawati. Jokowi diasosiasikan berposisi mendorong upaya pencalonan Ganjar melalu golden ticket tadi. Di sisi lain nama Puan Maharani seperti diabaikan.
Isu perpecahan semakin santer di saat dalam beberapa momentum penting Megawati tidak menghadiri undangan Jokowi. Demikian juga karena Jokowi dalam sambutannya pada Rakernas V Projo memberikan kode terkait dukungannya kepada Ganjar pada Pemilu 2024. Meski diimbuhi kalimat ojo kesusu (jangan tergesa-gesa).
Hal ini juga dibenarkan oleh Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia Yunarto Wijaya yang melihat di acara itu merupakan awal mula secara terbuka Jokowi mengarahkan dukungannya ke Ganjar. Sikap jokowi itu beralasan karena Ganjar selalu masuk dalam radar survei teratas capres 2024, yang merupakan satu-satunya bakal capres -yang namanya sering disebut oleh beberapa lembaga survei--hadir di Rakernas Projo tersebut.
Angin segar yang didapat Ganjar itu tentu tidak disambut positif oleh kader-kader PDIP lainnya yang masih menginginkan Puan maju di kompetisi Capres 2024. Buktinya tidak sedikit kader PDIP yang memojokan posisi Ganjar dengan mengkritik gerakan politiknya saat ini dan menilai negatif kinerjanya sebagai Gubernur Jawa Tengah ke ranah publik.
Puan Maharani oleh kader PDIP dinilai lebih pantas untuk maju di Capres 2024 dan dianggap sudah matang dalam berpolitik. "Dengan prestasi yang dijalani saat ini Mbak Puan lebih pantas untuk maju sebagai capres, kata kader PDIP Trimedya Panjaitan. Dia pun menanyakan apa prestasi Ganjar selama memimpin Jawa Tengah.
Saling sikut antara kader PDIP dan Ganjaris yang kian keras di ranah publik itu tentu saja akan tidak menguntungkan bagi posisi politik PDIP. Hingga akhirnya Jokowi dan Megawati meredamnya dengan menunjukkan kemeseraan mereka pada beberapa kesempatan. Seperti saat pelantikan Dewan Pengarah dan Kepala BPIP untuk masa jabatan 2022-2027 pada 7 Juli lalu.
Hal itu dipertegas dengan kehadiran Jokowi saat peresmian Masjid At-Taufik di sekolah partai DPP PDIP, Lenteng Agung pada Rabu 8 juni 2022. Di kesempatan itu, Megawati mengaku sangat senang karena Jokowi menyempatkan hadir.
Perkembangan sikap dari Jokowi dan Megawati itu sekaligus mengubur anggapan banyak pihak tentang keretakan hubungan mereka. Namun juga tidak bisa disalahkan jika masyarakat terlanjur punya anggapan bahwa keretakan hubungan keduanya akan tetap ada, mengingat hingga saat ini belum ada kepastian siapa sosok yang akan digadang PDIP untuk maju sebagai Capres 2024. Meski secara tradisi PDIP dalam proses pencapresan selalu memunculkan nama pada masa akhir pendaftaran pasangan capres-cawapres.
Berbagai pertunjukkan politik yang ditampilkan oleh fenomena politik Ganjar dan Jokowi dan disikapi oleh elite PDIP tersebut ibarat drama satu babak dan akan ada edisi berikutnya. Meminjam Dramaturgi dari Erving Goffman, (1959), peristiwa dramatik adalah panggung depan suasana aktual yang dialami dan dipresentasikan hubungan politik antara Ganjar dan Jokowi dengan suasana kebatinan di tubuh PDIP yang tampak.
Di panggung depan itu terdapat setting dan personal front, yang selanjutnya memunculkan penampilan (appearance) dan gaya (manner).
Padahal dalam panggung itu sendiri ada panggung belakang (back stage) yang akan mereka jalani berikutnya. Di panggung depan Ganjar telah memainkan perannya demikian juga para elite PDIP.
Namun, ketika Ganjar sebagai kader PDIP masih terikat dengan ketentuan organisasi partai yang sulit untuk dihindarinya. DI situ peran sentral Megawati di PDIP akan sangat menentukan sekali dalam perjalanan politik Ganjar ke depan. Atau jika dia memaksakan panggun depan pilihannya hanya satu dia harus melepaskan diri dari jubah kepartaiannya. Hal itu juga dipertegas oleh politisi PDIP Masinton Pasaribu yang menantang Ganjar untuk maju sebagai capres 2024 dari partai lain.
Untuk memahami agresivitas Ganjar dalam mempromosikan diri sebagai capres 2024 tidak ada salahnya melakukan kilas balik pada peristiwa serupa pada 2014 saat Jokowi hendak maju sebagai capres yang saat itu Megawati juga diminta oleh para pendukungnya untuk mencalonkan diri sebagai capres. Siapa tahu pola ini diharapkan berhasil oleh Ganjaris.
Namun, ada yang dilupakan oleh Ganjaris bahwa suasana politik saat 2014 berbeda dengan saat ini dimana waktu itu Megawati sejak awal seperti legowo jika Jokowi yang akan dimajukan sebagai capres dari PDIP.
Berbagai alasan mendukungnya. Jokowi waktu itu dari berbagai survei, elektabilitasnya sangat tinggi di atas 40% dan lawan politik yang dihadapinya relatif tidak seketat seperti saat ini.
Di pihak lain saat ini, Puan yang dinilai sudah matang dalam berpolitik sayang untuk dilepas begitu saja oleh PDIP untuk mendapatkan golden ticket tadi. Belum lagi PDIP tentu juga sudah harus memikirkan masa depan partai dalam waktu dekat ini.
Pelaksanaan Pemilu 2024 memang masih lama, sebut saja rivalitas Ganjaris dan kader PDIP yang tampak di permukaan akhir-akhir ini sebagai pemanasan untuk memasuki tahun politik ini. Yang perlu mendapat perhatian Ganjar agar mengingat bahwa ketua umum partainya lebih tegas tidak merestuinya untuk maju di Pilpres 2024. Setidaknya, hingga saat ini. Dudu titi mongsone (waktunya tidak tepat).
Sebaliknya, figur Puan bagi sejumlah kalangan harus diperjuangkan untuk bisa menjadi Capres 2024 yang diusung PDIP dengan cara apapun. Wis titi mongsone (sudah waktunya) karena juga ada panggilan kepentingan partai dan panggilan sejarah yang lebih besar yakni melanggengkan trah Soekarno. Megawati tentu tahu soal itu dan tidak ingin kecolongan.
Kita ikuti saja episode perpolitikan nasional berikutnya. Di balik dinamika politik saat ini kita hanya mengingatkan para elite politik untuk tidak melupakan kepentingan masyarakat luas yang sekarang tengah gundah dengan harga-harga kebutuhan pokok yang terus melambung.
Kasus nebeng jet pribadi ini seharusnya dijadikan pintu masuk bagi KPK untuk mengungkap dugaan-dugaan penyalahgunaan wewenang atau trade of influence lainnya yang mungkin diterima Kaesang
Masalahnya, bukan kali ini saja pejabat di Kementerian Keuangan bergelimang harta yang tak sesuai profil penghasilannya.
Sebetulnya, kami paham bahwa Megawati memiliki maksud yang baik. Jika diperhatikan lebih seksama Megawati juga tidak keberatan dengan adanya pengajian.
Namun untuk saat ini, LaNyalla lebih baik ikut memikirkan dulu dan bertindak negarawan, bagaimana agar perpolitikan nasional saat ini berjalan kondusif
Masyarakat Desa Narukan saat menghadapi pilkades mengaku menemukan pihak tertentu yang ingin menyuap mereka agar mencoblos lawan Gus Umar.
Artinya, Prabowo bisa mencatat sejarah baru bagi Indonesia karena merupakan kali keempat ia menjadi calon presiden.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved