Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
BUKAN kebetulan jika perayaan Trisuci Waisak tahun ini diselenggarakan di tengah terjadinya perang dan pandemi. Perang, walau secara geografi bukan terjadi di Indonesia dan disebut-sebut sebagai perang berbau agama tertentu, pada akhirnya merupakan bencana kemanusiaan. Peristiwa yang tidak saja merenggut kerugian harta benda, tapi juga jiwa anak-anak, wanita dan siapa saja. Perang ini telah menjadi perhatian dan magnet kepedulian dunia.
Ditambah lagi harus terjadi saat dunia di tengah pandemi penyakit yang mematikan, covid-19. Virus yang konon hidup di tubuh manusia itu, demi membatasi penyebarannya telah memaksa manusia di seluruh dunia membatasi mobilitas, mengenakan masker dan tidak membentuk kerumunan. Seisi dunia waspada, obatnya belum ditemukan sementara korban terus berjatuhan. Belum bisa disebut mereda, bahkan ada angka kenaikan korban di daerah-daerah tertentu. Untuk membatasi korban sejumlah kegiatan keseharian manusia diatur ulang demi tidak ikut menyebarkan atau menjadi korban yang terkena penyakit ini.
Makna perayaan
Trisuci Waisak adalah perayaan untuk memperingati kelahiran– pencapaian kesadaran Buddha dan meninggalnya Buddha Sakyamuni. Beliau lahir sebagai seorang pangeran dengan nama Siddharta Gautama. Pengalamannya menyaksikan kelahiran, orang tua, orang sakit dan orang meninggal telah mendorong dirinya meninggalkan istana, mencari jawab mengapa manusia harus lahir ke Bumi jika kemudian harus menjadi tua, sakit dan meninggal?
Siapapun, apapun yang telah ia perbuat, apapun yang ia punya, tidak bisa terhindar untuk menjadi tua, sakit dan meninggal. Mungkin saja ada yang meninggal kala bayi, tidak sempat tua. Toh ia tak terhindar untuk meninggal. Kenapa? Buat apa sebetulnya lahir sebagai manusia?
Setelah melewati pembelajaran, pertapaan meditasi bahkan menyiksa diri dengan berhenti makan dan minum, beliau mencapai kesadaran di bawah pohon Bodhi. Demikianlah, Pangeran Siddharta Gautama kemudian dikenal dunia sebagai Buddha Sakyamuni atau orang (dari suku Sakya) yang memiliki kesadaran sempurna. Beliau membabarkan ajaranya selama lebih dari 40 tahun, hingga kemudian meninggal. Ajarannya terus ada, tersebar ke seluruh dunia dan terus dihidupkan serta disebarkan oleh murid-muridnya hingga kini.
Salah satu ajaran yang mampu menjelaskan fenomena yang ia temui ketika masih jadi pangeran, menyaksikan peristiwa kelahiran, orang tua, orang sakit dan orang meninggal adalah konsep maitri karuna. Adalah tugas manusia terlahir di Bumi ini untuk memikirkan dan mewujudkan kebahagiaan manusia lain. Dengan dasar misi ini, kemudian manusia punya kemampuan, menjadi apa, dikenal sebagai siapa.
Anda bisa jadi saat ini pelajar, pejabat pengusaha atau profesional di berbagai bidang, pada akhirnya bergerak atau digerakan untuk memikirkan dan mewujudkan kebahagiaan orang lain. Dalam rangka menunaikan hal tersebutlah, kita semua menikmati kebahagiaan sesungguhnya.
Kebahagiaan seorang dokter adalah mengobati dan menyaksikan pasiennya bisa sembuh. Kebahagiaan seorang pejabat pemerintah adalah terjaminnya kesejahteraan, keadilan dan kemakmuran rakyatnya. Kebahagiaan orang tua adalah melahirkan dan menjadi bagian untuk terwujudnya kebahagiaan sesungguhnya di rumah, dan banyak hal lainnya.
Kebahagiaan sesungguhnya bukan bahagia semu yang melulu muncul sesaat dari harta yang menumpuk atau popularitas yang luas. Satu sisi, kita bisa saja memiliki jabatan yang tinggi, harta berlimpah hingga popularitas luas. Namun adakah kita masih bahagia jika semua itu hilang? Padahal, bagai embun di pagi hari, kebahagiaan karena pemilikan harta, tahta dan popularitas akan tidak ada kuasa untuk menghentikan proses menjadi tua, sakit hingga meninggal. Pada akhirnya kita meninggal harus meninggalkan harta, tahta dan popularistas tersebut.
Sebaliknya, jika kita mengabdikan kehidupan untuk memikirkan dan membahagiakan manusia lain, mungkin saja kita tidak memiliki harta atau tahta berlimpah serta popularitas yang luas. Namun dijamin akan senantiasa dikenang sebagai manusia yang berjasa buat manusia lain dan lingkungan.
Pada pemaknaan inilah, perayaan Trisuci Waisak di tengah pandemi dan perang memiliki arti penting. Perang lebih pada aksi yang meneruskan hawa nafsu manusia untuk berkuasa. Tanpa mau memperhitungkan kebahagiaan manusia lain, berbagai usaha terus dilancarkan demi pengakuan dan penyerahan yang diharapkan. Tidak peduli untuk itu, harta, jiwa harus luluh berantakan. Perayaan Waisak ini justru mengingatkan dan mengajak kita semua untuk memikirkan dan mewujudkan kebahagiaan orang lain, bukan malah merusak atau merenggutnya.
Perayaan Waisak juga jadi momentum yang menyadarkan kita semua, bahwa pandemi bisa terkendali kalau kita memikirkan dan mewjudkan kebahagiaan orang lain. Dengan senantiasa disiplin 5M; menerapkan cuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi dan tidak membentuk kerumunan serta membatasi mobilitas. Walau sudah ada vaksin pandemi tetap berbahaya. Satu satunya cara adalah bagaimana disiplin menerapkan 5M. Karena hanya dengan begitu kita meminimalkan pengaruh virus kepada diri sendiri dan orang lain.
Studi terbaru mengungkapkan vaksinasi anak mengalami stagnasi dan kemunduran dalam dua dekade terakhir.
Diary, merek perawatan kulit (skin care) asal Bekasi, sukses menembus pasar Vietnam dan Jepang berkat inovasi produk, strategi digital, dan semangat pantang menyerah.
Produksi masker ini. bersamaan dengan produk lain seperti kopi, keripik udang dan coklat lokal membawa Worcas mendapatkan perhatian pasar domestik internasional.
Tahun 2020, sepasang peneliti India mengklaim lockdown global selama pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan suhu permukaan bulan.
Jumlah wisman yang datang langsung ke Bali pada Januari-November 2023 sebanyak 5.782.260 kunjungan, sementara pada periode yang sama tahun 2019 sebanyak 5.722.807 kunjungan.
KETUA Satgas Covid-19 PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Erlina Burhan mengungkapkan bahwa human metapneumovirus atau HMPV tidak berpotensi menjadi pandemi seperti yang terjadi pada covid-19.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved