Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
“Our moral responsibility is not to stop the future, but to shape it… to channel our destiny in humane directions and to ease the trauma of transition.” – Alvin Toffler
ALFIN Toffler (4 Oktober 1928- 27 Juni 2016), sang futurolog besar penulis buku trilogi; Future Shock (1970), Third Wave (1980), dan Powershift: Knowledge, Wealth, and Violence at the Edge of the 21st Century (1990) tentu saja tidak pernah menyebut pandemi covid-19 sebagai sebuah disrupsi yang mempercepat kebutuhan transformasi digital. Namun, ramalannya tentang perkembangan sistem teknologi informasi mengubah tatanan sosial masyarakat tetap benar adanya.
Dalam sebuah artikel pendek yang diterbitkan BBC.com, sebulan setelah meninggalnya Toffl er, Courtney Subramaniam menulis tentang masingmasing empat ramalan Toffler yang terbukti maupun yang meleset. Salah satu ramalan Toffler yang terbukti menurut Subramaniam ialah kebangkitan era internet dan TV kabel.
Tentang hal ini, Toffler dalam Future Shock (1970) menyatakan, “Kemajuan sistem teknologi dan informasi memungkinkan banyak pekerjaan dalam masyarakat dapat diselesaikan di rumah melalui koneksi telekomunikasi-komputer.”
Sungguh sulit membayangkan dan mungkin menalar pernyataan ini saat ditulis di 1970-an. Namun, demikianlah adanya; kemajuan teknologi internet memungkinkan banyak aktivitas manusia dilakukan dengan mobilitas fisik yang cenderung terbatas. Sebuah masa saat informasi dan data menjadi kekuatan baru yang dianggap lebih penting daripada faktor tenaga kerja dan proses manufaktur dalam skema ekonomi berbasis pengetahuan pascaabad industri. Transformasi digital menjadi faktor determinan dalam banyak ranah perubahan sosial, termasuk pendidikan.
Revolusi industri 4.0
Kebutuhan dan kesadaran pentingnya transformasi digital di ranah pendidikan, setidaknya dapat dilacak hingga satu dasawarsa lalu, terutama terkait dengan gagasan Revolusi Industri 4.0. Gagasan Revolusi Industri 4.0 —yang menekankan pada teknologi otomatisasi dan siber— menyaratkan respons perubahan dalam pendidikan; serangkaian proses pembelajaran yang mampu memenuhi kebutuhan masa depan yang dianggap jauh lebih cepat rentan, tak pasti, rumit dan membingungkan.
Literasi dan keterampilan digital menjadi salah satu keniscayaan yang harus dipenuhi dalam proses pendidikan. Namun, dalam praktiknya— setidaknya dalam kasus Indonesia— derajat kecepatan respons yang dilakukan lembaga pendidikan tidaklah sebaik yang dibayangkan. Transformasi digital dalam pendidikan masih menjadi sebuah kemewahan yang tak mudah didapat bagi banyak lembaga pendidikan.
Sebagian karena faktor-faktor teknis terkait kemampuan menyediakan infrastruktur dan teknologi yang mendukung proses transformasi. Namun faktor lain yang lebih penting ialah terkait persepsi, kemampuan dan keluwesan mental dalam merespons perubahan itu sendiri. Akibatnya, tranformasi digital hanya terjadi di sebagian kecil lembaga pendidikan pada semua tingkatan. Sampai pandemi covid-19 terjadi dan membuka banyak fakta tentang kapasitas transformasi digital lembaga pendidikan yang masih lemah, sekaligus menyediakan momentum bahwa transformasi digital ialah sebuah keharusan yang diperlukan.
Saat proses pembelajaran dan layanan pendidikan konvensional (tatap muka/pertemuan fisik) menjadi tak mungkin, kapasitas lembaga pendidikan untuk melakukan tranformasi digital dalam pembelajaran menjadi vital. Proses pembelajaran— terutama secara daring—akan sangat tergantung pada kapasitas digital lembaga pendidikan. Banyak lembaga pendidikan pada saat pandemi covid-19 sebenarnya lebih melakukan apa yang disebut sebagai emergency remote teaching, proses pembelajaran jarak jauh darurat yang dilakukan terpaksa untuk menjamin layanan pendidikan. Bukan sebuah skema yang memang disiapkan, setidaknya sebagai bagian dari kebutuhan merespons kebutuhan Revolusi Industri 4.0 (atau bagian pemenuhan keterampilan yang diperlukan untuk abad ke-21).
Tantangan dan peluang
Pandemi covid-19 ialah peluang besar bagi dimulainya proses transformasi digital yang serius dalam sistem pendidikan. Meminjam istilah evolusi biologis, James DeVaney, dkk. dalam sebuah tulisan yang dimuat dalam Harvard Business Review (Mei 2020) Higher Ed Needs a Long-Term Plan for Virtual Learning, menyatakan; perubahan sistem pendidikan terjadi melalui punctuated equilibrium (keseimbangan bersela); perubahan relatif lambat dalam waktu yang panjang yang kadang diselingi adaptasi cepat. Pandemi covid-19 adalah punctuation moment, saat penting yang memaksa para pelaku pendidikan untuk segera melakukan berbagai adaptasi proses belajar mengajar berbasis teknologi, inovasi dan kolaborasi.
Transformasi digital akan dihadapkan pada beberapa tantangan sekaligus juga peluang dalam proses untuk mewujudkannya. Tantangan terbesar datang dari persepsi dan bangun mental lembaga dan para pelaku pendidikan terhadap perubahan yang dihadapi. Tidak semua lembaga maupun individu dalam bidang pendidikan melihat perubahan— terutama yang extraordinary/luar biasa seperti pandemi covid-19— sebagai situasi yang juga menuntut respons yang sama sekali berbeda bahkan luar biasa. Padahal sebagai sebuah bentuk disrupsi, covid-19 merupakan situasi yang tak terelakkan (inevitable), harus dilakukan dan dihadapi (non-voluntarily) dan berpeluang besar untuk tak kembali pada situasi sebelumnya (irreversible).
Pada titik ini, kemampuan beradaptasi melakukan transformasi digital menjadi sebuah keharusan yang tak terelakkan. Pada titik ini kapasitas kepemimpinan manajemen lembaga pendidikan bisa menjadi kunci. Diperlukan keteguhan dan keberanian yang bulat dari manajemen lembaga pendidikan untuk menginisiasi perubahan melalui serangkaian kebijakan yang memungkinkan lingkungan positif bagi peluang transformasi digital terjadi.
Saat inisiatif menjadi bagian budaya lembaga, hambatan mental untuk berubah tidak memiliki kesempatan untuk menghambat tranformasi digital. Pada saat yang sama, kreativitas akan menjadi mula berbagai inovasi pendidikan.
Tantangan lain berupa kesiapan kelembagaan terutama dari sisi kemampuan finansial dan teknis terkait pemenuhan infrastruktur digital untuk melakukan transformasi.
Pada titik ini, kolaborasi dan kemauan untuk membangun jaringan kelembagaan memainkan peranan penting. Secara digital berbagai konten dan media pembelajaran tersedia bahkan secara gratis. Kerja sama dengan penyedia jasa platform digital dalam pendidikan sangatlah dimungkinkan.
Komitmen pemerintah memungkinkan transformasi digital juga bisa dilihat dari gagasan ‘merdeka belajar/kampus merdeka’ atau peluang untuk melakukan reorientasi anggaran—penggunaan dana BOS misalnya untuk pendidikan dasar dan menengah—yang memungkinkan tranformasi digital dalam beberapa skala penerapan dapat dilakukan.
Transformasi digital jelas mustahil terjadi dalam satu malam. Tetapi, bahkan dalam skala terkecil ia adalah pilihan yang paling mungkin dilakukan dalam merespons perubahan cepat yang terjadi. Ia perlu direncanakan dengan baik dan dipraktikkan segera sebagai respons tantangan masa depan. Transformasi digital harus segera dipastikan terjadi. Jika tidak, lembaga pendidikan hanya akan gagap dengan perubahan, mengalami gegar masa depan dan tentu saja; ketinggalan.
Jadi tutor online sukses! Panduan lengkap mengajar pelajaran sekolah, tips menarik siswa, dan raih penghasilan tambahan dari rumah. Pelajari caranya!
Tersedia layanan design & build, sebuah solusi lengkap dari awal hingga akhir bagi bunda yang ingin mewujudkan berbagai ide kreatifnya.
Program kuliah online bisa menjadi alternatif cara bagi para pekerja untuk meraih gelar sarjana. Seperti apa prosesnya?
Sebagai salah satu penyelenggara pendidikan vokasi, LKP juga dituntut untuk bisa menyesuaikan diri dan terus bertransformasi
Peluang edutech tetap ada namun membutuhkan perhitungan bisnis cermat.
Prod1gy menjanjikan para pengajar mendapatkan penghasilan tambahan dengan terkoneksi dengan banyak murid.
Studi terbaru mengungkapkan vaksinasi anak mengalami stagnasi dan kemunduran dalam dua dekade terakhir.
Diary, merek perawatan kulit (skin care) asal Bekasi, sukses menembus pasar Vietnam dan Jepang berkat inovasi produk, strategi digital, dan semangat pantang menyerah.
Produksi masker ini. bersamaan dengan produk lain seperti kopi, keripik udang dan coklat lokal membawa Worcas mendapatkan perhatian pasar domestik internasional.
Tahun 2020, sepasang peneliti India mengklaim lockdown global selama pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan suhu permukaan bulan.
Jumlah wisman yang datang langsung ke Bali pada Januari-November 2023 sebanyak 5.782.260 kunjungan, sementara pada periode yang sama tahun 2019 sebanyak 5.722.807 kunjungan.
KETUA Satgas Covid-19 PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Erlina Burhan mengungkapkan bahwa human metapneumovirus atau HMPV tidak berpotensi menjadi pandemi seperti yang terjadi pada covid-19.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved