Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
SEJAK saya duduk di bangku sekolah sampai kemudian menjadi guru, kasus korupsi selalu terjadi di negeri ini. Di berbagai platform media massa, kasus korupsi selalu ada dan tak henti-hentinya menjadi trending topik setiap tahunnya. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melalui laman resminya telah mempublikasikan laporan kasus korupsi dengan transparan kepada masyarakat. Bahkan, statistiknya pun ada di laman tersebut. Sejumlah nama pejabat tingkat daerah bahkan pusat tersandung jeratan korupsi. Apa yang sebenarnya terjadi dengan sejumlah pemimpin kita?
Menjadi pemimpin di negeri ini bukanlah perkara mudah. Setiap orang harus menjadi pribadi pemimpin dulu sebelum memimpin banyak orang. Dalam buku national best seller berjudul Kubik Leadership: Solusi Esensial Meraih Sukses dan Hidup Mulia yang ditulis oleh Poniman dkk. (2014) menyatakan bahwa kepemimpinan dalam kubik leadership adalah kemampuan untuk menentukan ke mana hidup akan kita arahkan, apa-apa saja yang ingin kita lakukan dalam hidup ini, dan jalan mana yang harus kita tempuh untuk mencapainya. Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan dimulai dari diri sendiri dan untuk mendapatkan jiwa-jiwa pemimpin dibutuhkan sebuah proses yang panjang sehingga menjadi karakter.
Sebenarnya, kapan karakter orang dewasa yang sekarang menjadi pemimpin di negeri ini dibentuk? Jawabannya ialah ketika mereka menempuh pendidikan di sekolah. Lalu, bagaimana menyelamatkan calon pemimpin-pemimpin masa depan Indonesia. Jawabannya masih sama, yaitu ketika mereka menempuh pendidikan di sekolah. Sekolah tidak hanya sebagai wadah bagi siswa untuk memperoleh ilmu saja. Namun, sekolah seharusnya dapat membentuk karakter siswa yang nantinya melekat dan akan digunakan pada kehidupan di masyarakat. Ada beberapa hal dan kegiatan yang seharusnya ditanamkan pada diri anak di sekolah untuk membentuk karakter;
Pertama, ajarkan berbagi dan peduli pada siswa. Kepedulian yang terus dipupuk akan menumbuhkan rasa simpati dam empati siswa. Simpati dan empati memang harus dibentuk sejak dini. Sekolah sebagai tempat mencari ilmu semestinya juga harus mewadahi siswa agar dapat memunculkan simpati dan empati. Hal ini dapat diwujudkan dengan membuat program sekolah, seperti program-program sosial. Program inilah diharapkan dapat memberi pengalaman berharga siswa.
Kedua, ajarkan kejujuran pada diri siswa. Kebohongan kecil dapat memicu kebohongan yang besar. Kalimat tersebut tidaklah salah. Kebohongan itu akan terus berlanjut. Tidak ada kebohongan demi kebaikan. Sekolah bisa mengajarkan nilai-nilai kejujuran yang di integrasikan pada pembelajaran. Misalnya, saat mata pelajaran bahasa Indonesia membuat karya tulis, guru bisa memberikan topik yang berkaitan dengan pendidikan anti korupsi. Dengan demikian siswa akan berusaha memahami dan mencari tentang nilai-nilai anti korupsi.
Ketiga, ajarkan keikhlasan pada diri siswa. Semua manusia akan rusak, kecuali orang yang berilmu. Orang yang berilmu pun akan rusak, kecuali orang yang beramal. Orang yang beramal pun akan rusak kecuali yang ikhlas. Begitulah penggalan kalimat dari Imam Al-Ghazali. Untuk menjadi pemimpin yang baik harus mengedepankan keikhlasan. Sebab, negeri ini sudah banyak orang yang pintar tetapi masih sedikit orang yang ikhlas. Siswa harus diajarkan ikhlas menerima kegagalan terhadap pencapaian yang tidak sesuai harapan. Guru dan orang tua dapat memberi dorongan untuk mendukung semangat siswa.
Keikhlasan haruslah diajarkan sejak kecil. Baik ikhlas dalam memberi maupun dalam membantu sesama. Jika anak sudah terbiasa ikhlas sedari ia kecil, hal sederhana tersebut akan tumbuh menjadi keikhlasan yang besar di kemudian hari. Anak-anak kita sejatinya merupakan pemimpin masa depan. Kelak mereka yang akan menempati kursi-kursi kepemimpinan di negeri ini. Pembentukan karakter dapat dilakukan sejak dini. Peran orang tua, guru, dan lingkungan yang mendukung sangat dibutuhkan anak. Berilah sedikit ruang mereka berekspresi namun tetap ajarkan kebaikan. Lewat kejujuran, keikhlasan, berbagi, dan kepedulian yang dibingkai keteladanan dalam pendidikan, anak nantinya akan dapat menjadi pemimpin yang jujur dan baik. Untuk saat ini mereka mungkin masih memakai seragam. Namun, di masa depan mereka adalah pemimpin dan harapan bangsa.
Kenapa mereka berani mengusutnya? Apakah memang penegak hukum sudah kembali ke jalur yang semestinya dalam menegakkan hukum.
Itulah pertaruhan penegakan hukum di negeri ini. Hukum yang wajahnya penuh jelaga. Hukum yang katanya sama untuk semua tapi faktanya beda-beda tergantung siapa yang berpunya dan berkuasa.
Kenapa Mega melakukan blunder seperti itu? Akankah langkahnya justru akan menjadi bumerang?
Maukah KPK mengoptimalkan momentum ini untuk meninggalkan legacy yang baik?
KPK telah menetapkan lima tersangka baru dalam kasus dugaan korupsi proyek Bandung Smart City.
Strategi penanggulangan korupsi dimulai dari memupuk nilai integritas.
Raden Ajeng Kartini, seorang Pahlawan Nasional Indonesia, memperjuangkan hak pendidikan, kesetaraan gender, dan hak-hak perempuan di masa penjajahan Belanda.
Agar anak-anak lebih semangat belajar, Bunda bisa memanfaatkan konten video pembelajaran yang dikemas menarik. Dengan cara itu, proses belajar menjadi lebih menyenangkan.
Hingga saat ini, melalui penjualan pakaian yang diproduksi oleh One Fine Sky bersama para dreamers atau kolaborator, telah berhasil mendonasikan 22.557 seragam
Program kuliah online bisa menjadi alternatif cara bagi para pekerja untuk meraih gelar sarjana. Seperti apa prosesnya?
Sedang memilih sekolah untuk si kecil? Idealnya, lokasinya jangan terlalu jauh dari rumah untuk mencegah kelelahan anak maupun orang tua.
Di tengah kondisi rakyat Indonesia yang membutuhkan protein untuk mengatasi stunting, potensi kekayaan harus dimanfaatkan optimal.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved