Headline

Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.

Pembelajaran OnLine Akibat Menangkal Covid 19 di Indonesia

Devy Stany Walukow, Dosen Universitas Pelita Harapan
21/4/2020 16:15
Pembelajaran OnLine Akibat Menangkal Covid 19 di Indonesia
Devy Stany Walukow, Dosen Universitas Pelita Harapan.(DOK PRIBADI)

Covid-19 sangat menggemparkan dunia, termasuk Indonesia. Dunia ditaklukkan secara global dan serentak. Rasa kepedulian dan kemanusiaan muncul di tiap kawasan, tetapi satu kawasan tidak mampu untuk memberikan bantuan ataupun perhatian ke kawasan lainnya seperti ketika terjadi perang, karena justru negara itu yang harus bergerak cepat untuk membuat langkah yang akan dilakukan oleh negaranya dalam menghadapi Covid 19 ini.

PBB saja melalui WHO-nya hanya mampu memberikan gambaran umum tentang apa yang terjadi dan memutuskan bahwa Covid 19 adalah pandemi, karena menyerang seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali. Bukan hanya persoalan virus sebagai penyakit, tetapi virus ini bahkan menewaskan banyak orang, termasuk tenaga medis. Virus ini sangat cepat menyebar, ibarat permainan domino. Bahkan dunia medis mengalami krisis kekurangan alat pelindung menghindari Covid 19.

Jika sebelumnya di beberapa negara mengatakan untuk orang sehat tidak perlu menggunakan masker, saat ini justru termasuk Indonesia sudah mengharuskan orang sehatpun harus menggunakan masker, terutama yang berada di daerah ibu kota negara dan sekitarnya. Kita saat ini dihadapkan pada bagaimana mengelolah pelayanan untuk keberlangsungan hidup manusia. Karena itu sangat mendesak dan harus segera 'ditahan' dan bahkan berusaha memutuskan mata rantai virus Covid 19 seperti yang dilakukan oleh WHO bekerjasama dengan UNICEF menggunakan suatu aplikasi yang berisi pesan dan panggilan gratis untuk informasi tentang pengetahuan melindungi diri sendiri dari Corona 19, termasuk anjuran untuk melakukan Social Distancing dan Physical Distancing.

Di Indonesia, dunia pendidikan merupakan kelompok yang sangat cepat dan pertama, membuat keputusan memberlakukan pembelajaran secara online sebagai aplikasi dari bentuk Social Distancing. Tindakan dan sikap yang diambil ini perlu diberikan apresiasi. Apalagi masa depan negara berada di tangan tiga generasi dalam perkembangan teknologi disebut (1) generasi Milenial, (2) generasi Z, dan (3) generasi Alpha. Kemajuan teknologi saat ini dengan sangat cepat masuk hingga ke pedesaan, meskipun masih dalam batas-batas tertentu, misalnya media sosial seperti Facebook dengan Facebook Messengernya, dan WhatsApp.

Kondisi ini paling tidak menjadi pegangan Mendikbud ketika memutuskan untuk Study From Home (SFH) atau belajar secara OnLine. Artinya, sekalipun masih sangat sederhana, tetapi kontak langsung dengan orang lain dan orang banyak dalam suatu area terbatas, bisa dihindari. Apalagi pemerintah mengeluarkan kebijakan Social Distancing dan terakhir lebih ke Physical Distancing.

Keterbatasan sarana penunjang pembelajaran OnLine di dunia pendidikan saat ini tidak perlu dipersoalkan karena kondisi dan situasi yang tidak dapat diprediksi terjadi sangat cepat. Bahkan di Amerika Serikat, menurut Mark Lieberman ketika menulis dalam ‘Education Week”, sekalipun e-learning disebut-sebut sebagai alat yang potensial untuk menjaga stabilitas pembelajaran, tetapi tidak semua sekolah siap menawarkan pembelajaran secara vitual, karena tidak semua siswa dibekali untuk belajar OnLine.

Selain itu belum semua distrik di AS telah menyediakan sarana pembejaran OnLine yang dapat digunakan siswa. Dengan demikian dunia pendidikan di Indonesia perlu berbesar hati terkait dengan sistem pembelajaran OnLine yang sudah ditetapkan oleh pemerintah saat ini. Namun demikian, kejadian ini hendaklah menjadi pendorong dan penyemangat dunia pendidikan untuk membuat variasi pembelajaran virtual atau juga bisa berbentuk flipped classroom. Di pedesaan; untuk tataran anak TK, SD, SMP dan SMA menggunakan FB dan WhatsApp dalam memantau anak didiknya belajar dengan mengirimkan video dan gambar ketika si anak sedang belajar atau mengerjakan Take Home. Sedangkan di perkotaan; lebih banyak menggunakan WhatsApp dan Line.

Di tingkat SMP dan SMA, sebagian besar menggunakan Google Class Room. Bahkan Google Class Room, juga digunakan oleh sebagian Dosen di Perguruan Tinggi. Akan tetapi bagi Perguruan Tinggi yang memang sudah memiliki perangkat edutect yang mumpuni, handal dan bahkan memiliki satu link yang dikenal dengan Microsoft Office 365, pembelajaran online tidak menjadi masalah.

Pada umumnya Perguruan Tinggi yang demikian, sekalipun perkuliahan OnSite atau bersifat Synchronous tetapi sarana perkuliahan yang OnLine atau Asynchronous tetap disediakan. Bahkan Perguruan Tinggi tersebut mengharuskan setiap dosen menggunakan sarana moodle atau e-learning tersebut. Dosen diberi pelatihan bukan hanya teknis menggunakan perangkat teknologi tersebut, tetapi juga termasuk teknis menyusun RPS dan materi yang Asynchronous, di mana bahasa jelas, tegas, terukur, mudah dimengerti oleh pembaca, memiliki rubrik, dan lain-lain. Selain itu juga menggunakan video melalui Stream yang tersedia dalam Microsoft Office 365. Ketika ada presentasi kelompok, dosen menggunakan Microsoft Team atau Zoom sehingga kelas berjalan seperti OnSite meskipun sifatnya SFH atau OnLine. Dalam hal tugas, ada ruang yang disediakan seperti forum, assignment, atau jurnal, dll. Untuk memantau keberhasilan dalam proses belajar, dalam satu semester paling tidak ada 4 kuis yang disediakan, di luar UTS dan UAS.

Keberagaman kesiapan sarana dan mental bagi pembelajaran OnLine di Indonesia bervariatif. Dengan demikian pembelajaran jarak jauh (OnLine) saat ini, tidak etis jika kita mengharuskan untuk mengadakan evaluasi yang tersistem berskala nasional. Bahkan evaluasi dosen di Perguruan Tinggi yang belum siap dengan pembelajaran OnLine pun perlu mengevaluasi alat ukur evaluasi dan hasil yang diperoleh. Justru yang paling penting bagi dunia pendidikan adalah pentingnya menunjukkan keberlangsungan proses pembelajaran. Karena Perguruan Tinggi yang sudah tersedia fasilitasnya pun tidak menjamin mutu pembelajaran OnLine karena ada dosen jarang bahkan tidak pernah menggunakannya. Hal ini ditegaskan oleh Keith Krueger; CEO Consortium for School Networking (CoSN) di Washington DC, bahwa sekalipun memiliki sumber daya sarana untuk e-learning, tetapi tidak berarti berhasil melaksanakannya jika sumber daya manusia tidak diberikan pelatihan untuk itu.

Tetapi bagi Perguruan Tinggi yang sudah siap semua aspek sumber dayanya, hendaknya menjadikan pembelajaran OnLine ini sebagai bentuk pelayanan. Sebab jika tidak dilakukan dengan 'hati', akibatnya hasil dari proses ini adalah 'robot robot manusia' yang dikendalikan oleh teknologi semu, bukan oleh akal budi pekerti.

Hal ini mulai disadari oleh Perguruan Tinggi yang siap sumber dayanya, dengan mengantisipasi melalui pemberian form kuesioner online untuk menjelaskan proses pembelajaran OnLine sebagai evaluasi proses pembelajaran sebagai sistem. Dengan demikian bagi insan yang bergelut di dunia pendidikan, marilah kita bersama-sama bersatu tekad untuk menjalankan proses pembelajaran OnLine secara bertanggung-jawab, bijak dalam mengambil keputusan, dan yang paling penting, selalu bersama dengan anak didik dalam memahami keberadaannya sebagai makhluk yang punya jiwa, harap, dan asa. Karena tantangan pembelajaran OnLine yang tidak bertatap muka secara langsung adalah cenderung mengevaluasi dengan menitik-beratkan pada penguatan hasil yang mengabaikan rasa.

Jadi sekalipun ada moodle, e-learning, insan pendidik sebagai kunci keberhasilan proses pembelajaran perlu memperlengkapi dengan menggunakan aplikasi seperti WhatsApp atau Line yang cepat informasinya untuk menyapa anak didiknya seperti selayaknya di dalam kelas meskipun dalam dunia virtual. Sehingga ikatan rasa anak didik dan juga pendidik sendiri terkelolah secara baik. Untuk itu ke depan pembelajaran OnLine atau Daring (Dalam Jaringan) di Indonesia masih perlu mendapat perhatian dan perlu ditingkatkan agar mampu bersaing dalam lajunya globalisasi informasi dan teknologi dewasa ini. (OL-10)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya