Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Sekali Lancung ke Ujian

Dony Tjiptonugroho Redaktur Bahasa Media Indonesia
01/7/2018 07:00
Sekali Lancung ke Ujian
(MI/ADAM DWI)

TERSEBAB oleh berita analisis strategi Inggris dan Belgia saat kedua tim itu berhadapan di laga terakhir Grup G Piala Dunia 2018, keterkejutan dan rasa prihatin sebagai orang Indonesia muncul. Saya tidak menyangka bahwa ketika membaca berita CNN pada 28 Juni yang berjudul The World Cup match 'both teams might want to lose' akan muncul nama Indonesia. Untuk hal yang memalukan pula.

Berita yang membahas dilema dua tim, Inggris dan Belgia, setelah dipastikan lolos ke babak 16 besar itu memaparkan hal yang mungkin menjadi ironi. Sebuah pertandingan putaran final Piala Dunia yang tidak ingin dimenangi kedua tim yang bertanding. Alasannya sepertinya logis, mencari jalur termudah ke final dan menjadi juara.

Kalau menang di laga terakhir, baik Inggris maupun Belgia akan menjadi juara grup. Status yang biasanya memudahkan perjalanan di fase gugur hingga final itu justru dirasa menyulitkan. Itu disebabkan tim-tim unggulan lain tampil belum sesuai dengan predikat favorit yang disandang. Jadi, kalau menjadi juara grup, baik Inggris maupun Belgia akan melalui jalur yang akan memberikan peluang perjumpaan dengan Brasil di perempat final dan jika lolos dari laga itu, di semifinal pilihan lawan juga tergolong berat, satu dari empat unggulan: Argentina, Portugal, Prancis, atau Uruguay.

Kalau Inggris atau Belgia tidak menjadi juara grup, jalur yang dianggap lebih mudah terbentang di hadapan mereka. Kalau lolos ke perempat final, lawan yang mungkin muncul 'lebih ringan', Swiss atau Swedia. Jika bisa tembus ke semifinal, lawan yang menunggu mulai berat, tuan rumah Rusia atau Spanyol.

Gejala menghindari kemenangan sudah disiratkan pelatih Belgia Roberto Martinez. Ia mengaku prioritasnya lolos ke 16 besar. Setelah itu, menang untuk jadi juara grup bukan prioritasnya.

Sebaliknya, pelatih Inggris Gareth Southgate mengaku ingin menang untuk membangun winning mentality. Itu disebut CNN bisa tampak naif kalau kelak Belgia mulus ke final lewat jalur runner-up grup.

Setelah itu, muncullah bagian yang mengejutkan saya. CNN menyebutkan, meski sulit untuk dibayangkan adanya pelatih yang menginstruksikan anak buahnya untuk kalah, preseden tentang hal itu ada, yakni pertandingan terakhir penyisihan grup di Piala Tiger 1998 antara Indonesia dan Thailand.

Pemenang dari pertandingan itu akan menghadapi tuan rumah Vietnam yang sedang naik daun. Lawan yang dianggap lebih lemah, Singapura, menunggu tim yang kalah dari laga itu. Jadi, kedua tim berusaha untuk kalah.

Ya, peristiwa dua dekade lalu itu diungkit lagi justru oleh media asing ketika membicarakan tim peserta Piala Dunia. Detailnya disebutkan pula. Dalam kedudukan 2-2 dan waktu pertandingan hampir habis, seorang pemain Indonesia, sengaja tidak saya sebut namanya di sini, berbalik arah dan mencetak gol ke gawang sendiri untuk memastikan kekalahan timnya. Pemain itu akhirnya dihukum larangan bermain seumur hidup, sedangkan asosiasi sepak bola Thailand dan Indonesia 'hanya' dihukum denda karena 'melanggar semangat permainan sepak bola'.

Setelah keterkejutan mereda, timbul rasa malu. Artikel itu dipampangkan di situs web yang berarti mulai saat itu bisa viral, kapan pun dan di mana pun dapat diakses orang dan membuat stigma sepak bola Indonesia.

Tulisan itu membuat saya berpaling sejenak dari euforia Piala Dunia dan bertanya-tanya. Apakah insan persepakbolaan Indonesia masih ingat kejadian 1998 itu dan menjadikannya fondasi untuk menumbuhkan mental pemenang? Apakah kompetisi benar-benar didesain untuk memunculkan pesepak bola nasional bermutu internasional yang dapat membuat Indonesia tampil di Piala Dunia, ajang impian pesepak bola di kolong jagat ini?

Saya pikir insan persepakbolaan Indonesia yang berkomentar bahwa dari Piala Dunia ini kita dapat mengambil pelajaran untuk kemajuan sepak bola nasional, perlu merumuskan dan memerinci, sebenarnya apa pelajaran-pelajaran itu. Jangan sampai baru di taraf Asia Tenggara saja terulang skema permainan bertanding untuk kalah.

Lalu, terulang pula tersebutnya tim nasional Indonesia sengaja mengalah dalam sebuah pertandingan di sebuah artikel yang ditulis media asing. Ingat, ingat, sekali lancung ke ujian, seumur hidup sakitnya tuh di gol bunuh diri.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya