Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
BUAT saya, pertandingan terbaik selama dua minggu pertama perhelatan Piala Dunia 2018 di Rusia ialah pertandingan penyisihan Grup G antara Inggris versus Panama, Minggu (24/6). Tidak cuma menarik, pertandingan itu sangat menggelitik.
Bukan. Bukan karena hasil akhirnya yang berkesudahan 6-1 untuk kemenangan the Three Lions, tim yang entah kenapa selalu saya jagokan setiap turnamen besar antarnegara. Bukan pula karena hattrick Harry Kane yang membawa striker Tottenham Hotspur itu menjadi top scorer sementara dengan 5 gol yang mengungguli kapten Portugal, Cristiano Ronaldo.
Saya justru tergelitik dengan atmosfer keceriaan yang tetap ditampilkan pemain, pelatih, ofisial tim, dan terutama suporter Panama, sekalipun di lapangan mereka terus ditekan habis oleh permainan tim Inggris yang malam itu harus diakui cukup mengundang decak kagum.
Puncaknya, ketika Panama mampu mencetak gol balasan melalui sebuah skema set piece yang dieksekusi dengan amat cantik oleh Felipe Baloy di menit ke-78. Gol itu, meskipun merupakan gol perdana Panama di sepanjang sejarah Piala Dunia, sejatinya tak berarti apa-apa karena di 62 menit pertama Panama sudah kebobolan enam gol.
Akan tetapi, mereka tak peduli. Baloy dan kawan-kawan merayakan gol itu layaknya gol yang membuat mereka meraih kemenangan di sebuah pertandingan mahapenting. Di pinggir lapangan, alih-alih memasang muka tegang, pelatih Panama, Hernan Dario Gomez, pun terus menampakkan tawa lepas.
Beban teramat berat seakan baru saja diangkat dari pundaknya, malam itu. Ia dan timnya tahu diri, setelah tertinggal lima gol di babak pertama, tugas mereka hanyalah 'bermain untuk menghentikan mereka (Inggris) mencetak lebih banyak gol'. Setidaknya begitulah yang dikatakan Gomez saat konferensi pers seusai pertandingan, masih dengan raut muka yang tenang dan ceria.
Di tribune penonton, suporter tim Marea Roja (Gelombang Merah), julukan timnas Panama, tak kalah heboh. Mereka berteriak, tertawa, melompat, saling berpelukan, seolah baru saja menyaksikan tim kebanggaan mereka memenangi Piala Dunia. Tim mereka kalah, tapi tetap bergembira.
Bagi saya, mungkin juga Anda, yang hari ini lebih kerap disuguhi permainan bola yang pragmatis, oportunis, individualis, yang lebih mementingkan bisnis ketimbang asyiknya permainan, bahkan terkadang meminggirkan sportivitas, momen itu terlalu indah untuk dilewatkan.
Pada momen itulah sepak bola sebagai permainan kegembiraan betul-betul tergambar. Apa yang ditunjukkan Panama mengingatkan saya ke masa kecil dulu ketika kami menganggap sepak bola ialah permainan yang paling menyenangkan. Mungkin sekarang terdengar agak lebay, tapi sungguh, dulu kami bermain untuk bersenang-senang, demi mendapat kebahagiaan.
Kini, sepak bola berubah kian rumit, tak lagi sesederhana sepak bola anak-anak. Mustahil memang kalau kita menginginkan sepak bola tanpa konflik dan kompetisi, tetapi saat ini unsur-unsur di luar itu justru teramat mendominasi. Bukan cuma bisnis legal yang 'terlibat' dalam sepak bola, kadang-kadang judi, korupsi, politik pun masuk mencampuri urusan cetak-mencetak gol ini.
Kerumitan tersebut salah satunya membawa konsekuensi raibnya kegembiraan sebagai salah satu roh sepak bola. Oleh karena itu, ketika di Rusia kali ini tim Panama tampil membawa napas kegembiraan baru, kita atau setidaknya saya layak menyambutnya dengan suka cita.
Siapa pun juara Piala Dunia 2018 nanti, buat saya pemenangnya ialah Panama. Barangkali, mudah-mudahan, Panama bisa menjadi pembuka jalan untuk mengembalikan sepak bola menjadi permainan yang asyik.
Henrik Ibsen, sastrawan Norwegia, pernah mengatakan 'tanpa sepak bola, dunia tak lagi mengasyikkan'. Nah, kalau sepak bolanya saja sudah tidak asyik, bagaimana kita berharap memiliki dunia yang asyik?
DI kelas sebelumnya, kalian telah belajar tentang teks deskripsi dan ciri-cirinya. Untuk menyegarkan ingatan, mari kita bahas kembali secara singkat.
Teks Eksposisi ditulis berdasarkan data yang diperoleh dan disertakan dengan fakta yang benar-benar terjadi.
Menurut perspektif Islam, perayaan Hari Valentine dianggap haram. Alasan di balik pengharaman ini dapat ditemukan dalam sumber-sumber Islam yang diungkapkan ulama.
SUKARELAWAN Pemuda Mahasiswa Nasional (PMN) Jawa Timur menghelat Diskusi Publik bertema Mengkaji Gaya Kepemimpinan Ganjar Pranowo dari Sudut Pandang Milenial
Penyebab kekalahan Luka Modric dkk tentu bisa dijelaskan dan dijabarkan. Pertahanan Les Blues terlalu kuat, dan Kroasia kerepotan untuk membongkarnya. Itu tak terbantahkan.
Spirit dan kepercayaan diri seperti itulah yang mesti dimiliki bangsa ini, di bidang apapun. Jangan pernah merasa minder.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved