Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KONTINGEN Indonesia belum mampu mewujudkan keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi juara dua dalam ajang olahraga dua tahunan itu. Target diberikan setelah tim Merah Putih menempati peringkat kelima di SEA Games 2017 Malaysia, dengan raihan 38 medali emas, 63 perak, dan 90 perunggu.
Anggota Komisi X DPR RI, Yoyok Sukawi, mengatakan jika capaian Indonesia di SEA Games 2019 sudah baik lantaran mampu naik satu peringkat jika dibandingkan dengan saat bertarung di SEA Games 2017 Malaysia.
"Dengan target runner-up memang harus ada gebrakan besar secara nasional, tidak hanya slogan, namun harus program nyata dan memerlukan biaya cukup besar," tutur Yoyok kepada Media Indonesia, kemarin.
Namun, ia menggarisbawahi bahwa pemerintah harus lebih berkonsentrasi melakukan pembinaan atlet pada cabor unggulan. Hal itu supaya pembinaan atlet lebih merata baik di tingkat pusat, daerah (provinsi), dan kabupaten/kota.
Selain itu, Yoyok ingin para pemangku olahraga Indonesia, seperti Kemenpora, KOI, dan KONI, segera melakukan inventarisasi atlet dan target untuk Olimpiade. Ia pun ingin para stakeholders olahraga ini segera menyiapkan langkah-langkah konkret untuk mewujudan target tersebut.
"Langkah konkret Komisi X tentu sesuai tupoksi kita, kita akan dukung dengan anggar-an APBN untuk Kemenpora, KONI, dan KOI. Tapi harus jelas usulan program-programnya, harus jelas dan bisa dihitung," tutur Yoyok yang aktif membina tim sepak bola PSIS Semarang itu.
Kebersamaan
Sementara itu, mantan atlet bulu tangkis Indonesia, Icuk Sugiarto merasa prihatin dengan kesiapan kontingen Indonesia di ajang SEA Games 2019. Bukan soal prestasi, melainkan persiapan jelang pertandingan yang disoroti mantan atlet tunggal putra terbaik Indonesia pada masanya.
Icuk mengatakan bahwa para atlet Indonesia kurang bisa merasakan atmosfer SEA Games kali ini. Pasalnya, keberangkatan yang berbeda dan juga persiapan jelang pertandingan dirasa kurang maksimal.
"Saya ikut prihatin dengan ajang SEA Games kali ini. Dari semua perhelatan SEA Games, baru kali ini saya lihat kontingen Indonesia kurang persiapan untuk bertanding. Kalau saya masih di posisi atlet, saya juga pasti marah. Kita tidak bisa menyalahkan atlet yang enam sampai delapan bulan lebih telah berlatih," ungkapnya kepada Media Indonesia, kemarin.
Terkait dengan kenaikan jumlah medali, Ketua Asosiasi Profesor Keolahragaan Indonesia, Djoko Pekik Irianto menilai seharusnya KOI telah memperhitungkan target dengan lebih tepat.
Revisi yang dilakukan KOI dari 45 emas menjadi 60 emas itu tak akan mampu membawa Indonesia berada di peringkat kedua.
Jika Presiden Jokowi meminta peringkat kedua, seha-rusnya diterjemahkan dengan target raihan emas minimal 16% dari 530 nomor pertandingan yang dipertandingkan. Artinya, target awal seharusnya ada di angka 85 medali emas.
"Saya kira menerjemahkan targetnya salah. Karena semua harus butuh data," ujar Djoko kepada Media Indonesia, kemarin.
Sehingga, kenaikan jumlah raihan medali emas dari target menjadi 72 emas Indonesia nyatanya hanya mampu berada di peringkat keempat. (Des/R-2)
Keputusan untuk absen di ajang SEA Games 2025 diambil Agus Prayogo karena merasa Indonesia mempunyai atlet-atlet potensial dan memerlukan proses regenerasi.
Saat ini, para atlet atletik masih berlatih di Pangalengan, Jawa Barat meskipun dengan pembiayaan secara mandiri.
PB PASI kini telah menyiapkan rencana jangka panjang salah satunya dengan mengirim Lalu Muhammad Zohri untuk menjalani pelatihan nasional (pelatnas) di Amerika Serikat.
Dari 10 atlet yang berlaga, Papua Athletics Center berhasil meraih total tujuh medali, terdiri dari dua emas, dua perak, dan tiga perunggu.
Kemenpora berkomitmen untuk terus memperkuat cabang-cabang olahraga yang memerlukan pusat pelatihan khusus dengan target berprestasi dalam Olimpiade mendatang.
Sepak bola bukan satu-satunya prioritas pembangunan olahraga nasional, mengingat cabang olahraga lain juga penting.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved