Headline

Setnov telah mendapat remisi 28 bulan 15 hari.

Cara PT Vale Sulap Limbah Nikel Jadi Harta Karun Miliaran Rupiah

Lina Herlina
19/8/2025 18:56
Cara PT Vale Sulap Limbah Nikel Jadi Harta Karun Miliaran Rupiah
Ilustrasi(MI/Lina Herlina)

DARI yang awalnya dibuang kini menjadi investasi fantastis. PT Vale Indonesia Tbk mengubah paradigma industri tambang dengan proyek revolusioner Sorowako Limonite Ore.

Bayangkan jika sampah di rumah anda tiba-tiba berubah menjadi harta karun senilai miliaran rupiah. Itulah yang sedang dilakukan PT Vale Indonesia melalui proyek Sorowako Limonite Ore (Sorlim) senilai US$1,86 miliar atau sekitar Rp29,25 triliun.

"Proyek Sorlim memiliki tujuan yang sangat mulia, meningkatkan nilai tambah dari sesuatu yang sebelumnya dibuang menjadi produk bernilai tinggi," ungkap Head of Sorowako Limonite Project Suharpiyu Wijaya.

Pria yang telah malang melintang di dunia pertambangan selama hampir dua dekade ini mengaku merasa sangat beruntung bisa memimpin proyek bersejarah ini.

"Saya merasa sangat bersyukur ketika diminta Pak Muh. Asril, Chief Project Officer PT Vale untuk memimpin proyek ini. Dalam perjalanan yang cukup cepat, dari Project Services selama 9 bulan, kemudian procurement sekitar 11 bulan, hingga akhirnya dipercayakan memimpin proyek Sorowako Limonite sejak setengah tahun lalu," kenangnya.

Yang membuat Suharpiyu semakin bersemangat adalah dukungan luar biasa yang dia terima. "Tujuan yang mulia ini membuat saya merasa lebih ringan dalam bekerja. Orang-orang mudah sekali memberikan bantuan ketika mereka tahu tujuan kita mulia," jelasnya sambil tersenyum.

Meski mengakui tantangan proyek ini jauh lebih kompleks dibanding pengalaman 19 tahunnya di pabrik, Suharpiyu justru melihatnya sebagai peluang pembelajaran.

"Kalau di proyek, deviasinya sangat besar karena antara teknis dan nonteknis itu berimbang. Kadang kita tidak bisa prediksi ujungnya seperti apa, tapi dengan melihat tujuan yang baik ini, saya tetap semangat melanjutkannya," aku Suharpiyu.

Proses Pengolahan

Selama ini, bijih nikel berkadar rendah atau limonite dengan kandungan nikel di bawah 1,5% hanya berakhir di tempat pembuangan. Kini, melalui teknologi canggih High Pressure Acid Leaching (HPAL), material yang dulu dianggap sampah ini disulap menjadi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), komponen vital untuk industri baterai kendaraan listrik.

Suharpiyu menjelaskan dengan detail filosofi di balik proyek ini. "Proyek Sorlim bisa memberikan efek yang lebih baik dari sisi perusahaan, negara, dan tentunya komunitas yang ada di sekitar proyek. Secara teknologi mining-nya tetap sama karena dalam satu lokasi, tapi untuk proses dari limonite menjadi produk bernilai tambah, kita menggunakan teknologi dari partner kita," jelasnya.

Dia menekankan bahwa PT Vale tidak sendirian dalam menjalankan proyek ambisius ini. "Tugasan saya di boundary adalah dari sisi mining, penambangan, penyiapan lahan, sampai limonite siap diberikan ke partner untuk diproses lebih lanjut. Ini membuktikan kita memiliki kemampuan good mining practice, dan di sisi lain mencari partner yang memiliki teknologi untuk memproses yang sebelumnya kita buang ke disposal," urai Suharpiyu.

Selain itu, Proyek Sorlim mendukung rencana pencapaian netralitas karbon pada 2050. "Teknologi pengolahan bijih limonite ini diharapkan memberikan dampak positif bagi lingkungan, ekonomi lokal, dan konservasi mineral secara berkelanjutan," ungkap Manager of Construction Sorowako Limonite Ore Project Ridwan Banda.

Proyek ambisius ini tidak sekadar soal keuntungan. PT Vale menerapkan pendekatan berkelanjutan dengan melibatkan 90% tenaga kerja lokal dari Luwu Timur dan bekerja sama dengan lima kontraktor daerah.

"Kami tidak hanya berproduksi, tetapi juga memastikan ekosistem lingkungan tetap terjaga bahkan diperbaiki," tegas Suharpiyu.

Komitmen lingkungan ini bukan sekadar slogan. Suharpiyu dengan bangga menceritakan upaya komprehensif yang telah dimulai bahkan sebelum penambangan berlangsung.

"Kami tidak pernah melupakan keberadaan komunitas di sekitar tambang. Sorowako Limonite tidak bisa lepas dari Sorowako existing karena memang satu lokasi. Kami memperkuat program-program yang sudah ada, tapi dengan pendekatan berbeda untuk memberikan nilai tambah kepada komunitas," tukasnya.

Salah satu program unggulan yang dia banggakan adalah restorasi mangrove dan transplantasi terumbu karang. "Ini sebenarnya baseline study yang akan kami gunakan untuk aktivitas berikutnya. Kami menyiapkan ekosistem yang siap bilamana terjadi pasca-tambang, memastikan semua ekosistem yang awalnya baik bisa dikembalikan bahkan menjadi lebih baik dari kondisi awal," lanjutnya.

Dengan penuh keyakinan, Suharpiyu menegaskan konsistensi perusahaan terhadap lingkungan. "Teman-teman bisa lihat konsistensi dan persistensi kami terhadap pemanfaatan lahan dan keberlanjutan lingkungan sebagai tujuan utama, selain berproduksi menghasilkan nikel," tukasnya di hadapan sejumlah jurnalis akhir Juli lalu.

Saat ini, proyek Sorlim tengah menyelesaikan fase konstruksi dengan melibatkan lima kontraktor lokal dan memberdayakan sekitar 90% tenaga kerja dari Luwu Timur. Selain itu, PT Vale juga membangun fasilitas pemilahan limbah (waste segregation) untuk mendukung operasi ramah lingkungan.

Dengan investasi raksasa dan teknologi terdepan, PT Vale menargetkan proyek Sorlim rampung pada 2027. Fasilitas pengolahan akan berlokasi di pesisir Balantang, Malili, yang akan menjadi pelabuhan ekspor produk bernilai tambah tinggi.

Timeline ini bukan sekadar target ambisius, tapi Proyek Sorowako Limonite memang secara umum berdurasi dua tahun. Keberadaan proyek ini tidak bisa dipisahkan dari Sorowako existing, sehingga setiap aktivitas selalu bersinggungan.

"Kami selalu berkoordinasi, tidak pernah putus komunikasi dengan Sorowako existing, baik dari sisi mining maupun tim operasional," seru Suharpiyu.

Kunci keberhasilan proyek ini, menurutnya, terletak pada persiapan matang sejak awal. "Untuk kesiapan 2027, kami harus siapkan dari sekarang sebelum diserahkan ke operasi. Bukan seperti serahkan dulu baru siapkan. Kami yakin bahwa apa yang menjadi target dari tiap proyek dan setiap instruksi bisa memenuhi kebutuhan perusahaan dan menjaga keberlanjutan."

Proyek Sorlim ini menjadi lebih menarik ketika memahami potensi besar industri nikel Indonesia yang belum dioptimalkan. Prof. Adi Maulana, ahli geologi Universitas Hasanuddin, mengungkap fakta, jika di dalam bijih nikel Indonesia tersimpan 'harta karun' berupa logam tanah jarang yang nilainya jauh melampaui nikel itu sendiri.

Wakil Rektor IV Unhas itu pun sempat menyebutkan, jika pengelolaan tambang nikel di Indonesia, termasuk Sulsel, belum maksimal. Masih banyak potensi kandungan mineral lain yang ikut terjual atau terbuang. "Kandungan scandium mencapai 200-400 ppm, kobalt 0,005-0,001%, senyawa besi 18-30%, bahkan ada beberapa daerah tambang nikel yang memiliki kandungan platinum," paparnya sembari menunjukkan data penelitiannya.

Prestasi penelitiannya ini ternyata sudah diakui internasional. "Hasil penelitian ini dijadikan referensi oleh beberapa ilmuwan asing untuk melakukan pencarian atau eksplorasi jenis logam tanah jarang di Australia, Amerika Selatan, dan Tiongkok," ungkapnya dengan bangga.

Menurutnya, pengelolaan nikel di Sulsel saat ini hanya sampai nikel matte dengan kadar 9%-13%, bukan bijih nikel murni. "Teknologi pengolahan sekarang sudah agak bagus karena sudah diolah di smelter, sebelumnya kan dikirim langsung. Tapi masih banyak material logam lain yang ikut terjual tanpa dihitung nilainya," sebutnya.

Guru Besar Fakultas Teknik Unhas ini menjelaskan mineral yang kini menjadi buruan adalah logam tanah jarang. Di antaranya unsur scandium, neodymium, dan dysprosium, bisa diperoleh dari produk samping hasil smelter nikel berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL). Di mana produk utama smelter HPAL ini bisa berupa Mixed-Hydroxide Precipitate (MHP), dan Mixed-Sulphide Precipitate (MSP) yang merupakan salah satu komponen untuk baterai.

Cadangan bijih nikel limonit di Indonesia yang bisa diolah dengan smelter HPAL ini mencapai 359 juta ton. Termasuk di Sulsel. Dari proyek smelter HPAL tersebut diperkirakan dapat menghasilkan 1.324 ton scandium, salah satu unsur logam tanah jarang.

Itu sudah akan dilakukan perusahaan tambang bagian dari MIND ID ini. Wakil Presiden Direktur dan Chief Operation and Infrastructure Officer PT Vale Abu Ashar menegaskan, proyek PT Vale tidak hanya berorientasi pada keuntungan bisnis, tetapi juga mengedepankan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan

Raih Penghargaan

Di usianya yang ke-57 tahun, komitmen kuat PT Vale terhadap keberlanjutan dibuktikan dengan diraihnya penghargaan PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2024. Penghargaan ini menempatkan PT Vale sebagai pelopor industri tambang berkelanjutan dan katalis perubahan global menuju masa depan yang hijau dan inklusif.

Proyek Sorlim bukan hanya tentang mengolah nikel, tetapi tentang memposisikan Indonesia sebagai pemain utama dalam transisi energi global. Dengan cadangan bijih nikel limonit mencapai 359 juta ton dan potensi menghasilkan 1.324 ton scandium, Indonesia memiliki kartu truf untuk melepaskan diri dari ketergantungan impor logam strategis.

Saatnya Indonesia tidak hanya menjadi pemasok bahan mentah, tetapi pemimpin industri pengolahan mineral berkelanjutan. (LN/E-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri yuliani
Berita Lainnya