Headline
Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.
Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.
PEMERINTAH Kabupaten Garut, Jawa Barat, melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir dan longsor selama 14 hari mulai Senin (30/6) hingga Minggu (13/7) di 67 desa/kelurahan yang tersebar di 23 kecamatan. Penetapan tanggap darurat bencana tersebut menyebabkan 524 Kepala Keluarga atau 910 jiwa terdampak.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Aan Anwar Saefulloh mengatakan, hujan deras yang terjadi beberapa hari ini telah menyebabkan banjir bandang yang membawa tanah longsor dan menimpa satu keluarga di Kampung Kiararambai, Desa Girimukti, Kecamatan Cisewu dan 4 orang meninggal. Bencana lain akibat luapan aliran Sungai Cimanuk merendam 6 kampung dengan jumlah 269 rumah terdampak.
"Penetapan status tanggap darurat bencana dilakukan mempertimbangkan adanya 4 orang meninggal diterjang banjir bandang yang membawa tanah longsor di Kecamatan Cisewu dan ini menjadi salah satu pertimbangan. Bencana lain longsor di beberapa titik lokasi di 67 desa/kelurahan tersebar di 23 kecamatan hingga menyebabkan 524 Kepala Keluarga (KK) atau 910 jiwa terdampak," katanya, Senin (30/6).
Ia mengatakan, intensitas hujan tinggi yang terjadi di wilayahnya menyebabkan bencana hidrometeorologi berupa banjir, longsor dan pergerakan tanah tersebar di 67 lokasi hingga kesiapsiagaan tersebut harus lebih tingkatkan terutama berkaitan kewaspadaan. Dengan penetapan tanggap darurat, pemerintah daerah menyiapkan diri untuk tanggap terhadap bencana yang terjadi di beberapa wilayah di Kabupaten Garut.
"Untuk status tanggap darurat bencana banjir, longsor dan pergerakan tanah antara lain di Kecamatan Nanyuresmi, Sukaresmi, Cibatu, Cisewu, Garut Kota, Karangpawitan, Sucinaraja, Leuwigoong, Pangatikan, Pasirwangi, Samarang, Tarogong Kidul, Wanaraja, Tarogong Kaler, Bayongbong, Pameungpeuk, Cisurupan, Banjarwangi, Cilawu, Cikajang, Pamulihan, Cigedung, Pendeuy dan Limbangan," ujarnya.
Menurutnya, penetapan status tanggap darurat banjir, longsor dan pergerakan tanah selama 14 hari mulai Senin (30/6) hingga Minggu (13/7) lantaran berdasarkan informasi dari Badan Metreologi dan Geofisika (BMKG) hujan akan kembali turun dengan intensitas tinggi. Bencana tersebut telah menimbulkan kerusakan terutama rumah, infrastruktur, irigasi dan fasilitas umum.
"Kami mengimbau agar masyarakat untuk selalu waspada terutama cuaca ekstrem dapat menimbulkan banjir, longsor, pohon tumbang, pergerakan tanah. Kesiapsiagaan harus direspons semua pihak termasuk camat, kades, dan masyarakat supaya bencana yang terjadi tidak menimbulkan kerugian dan Unit Pelaksana Tugas Dinas (UPTD), diminta selalu bersiaga," pungkasnya. (E-2)
Penanganan bencana saat ini difokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar warga terdampak, seperti logistik makanan dan pakaian, serta pemulihan infrastruktur.
DISASTER Risk Reduction Center Universitas Indonesia (DRRC UI) dan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) berkolaborasi dalam upaya penanggulangan kebakaran dan tanggap darurat.
Salah satu penanganan darurat bencana yang bisa menjadi pembelajaran terkait kepemimpinan dalam fungsi komando adalah penanganan Tanggap Darurat Bencana di Sukabumi.
Masa tanggap darurat bencana di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, akan berakhir pada Rabu (17/12). Pemkab Cianjur belum memastikan tanggap darurat tersebut bakal diperpanjang atau tidak.
Beberapa faktor pertimbangan itu di antaranya curah hujan yang masih cukup tinggi. Kondisi itu dikhawatirkan akan memicu bencana susulan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved