Headline
Hakim mestinya menjatuhkan vonis maksimal.
Talenta penerjemah dan agen sastra sebagai promotor ke penerbit global masih sangat sedikit.
BANJIR masih merendam sejumlah desa di beberapa kecamatan di Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Siswa terpaksa berangkat dan pulang sekolah menaiki perahu karena ketinggian banjir masih mencapai 50-100 centimeter merendam jalan dan rumah warga.
Pemantauan Media Indonesia Senin (26/5) ratusan siswa sekolah dari mulai tingkat SD, SMP hingga SMA di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak sejak pagi telah bersiap di depan rumah yang masih dikepung banjir, mereka menunggu ratusan aparat kepolisian dari Polres Demak dan Polda Jawa Tengah menggunakan perahu karet datang menjemput dan membawa mereka hingga sampai di gerbang desa
Rutinitas
Pemandangan anak sekolah diantar dan dijemput perahu karet Polres Demak dan Polda Jawa Tengah tersebut menjadi rutinitas sejak kawasan tersebut terendam banjir.
Bahkan sebelumnya seperti dialami warga Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung pulang dan pergi berangkat kerja atau sekolah sudah terbiasa menggunakan perahu. Penyebabnya, banjir rob yang sudah berlangsung bertahun-tahun merendam kampung mereka hingga ketinggian 1,2-1,5 meter.
"Sekarang banjir akibat cuaca ekstrem dan sungai meluap serta rob semakin parah, karena banjir semakin tinggi dan meluas hingga seperti kami warga desa lain keluar masuk desa menggunakan perahu," ujar Sholikin,56, warga Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Demak.
Hal serupa juga diungkapkan Wandi,45, warga Bedono, Kecamatan Sayung, Demak. Dia mengatakan sejak cuaca ekstrem hingga air sungai meluap ditambah rob, banjir merendam seluruh desa di kecamatan ini dengan ketinggian 50-120 centimeter. Akibatnya, warga mengalami kesulitan transportasi dan terpaksa menggunakan perahu untuk mobilisasi. "Keluar masuk desa dengan perahu," imbuhnya.
Kerahkan puluhan petugas
Kepala Polres Demak Ajun Komisaris Besar Ari Cahya Nugraha mengatakan menghadapi banjir dan kesulitan warga terutama anak sekolah, pihaknya mengerahkan puluhan petugas dari Satuan Samapta dan anggota Polsek Sayung untuk membantu antarjemput siswa dan mengevakuasi warga ke tempat yang lebih aman jika diperlukan.
"Layanan antar jemput menggunakan 4 perahu karet tersebut, merupakan bentuk tanggap darurat terhadap dampak banjir yang menghambat akses pendidikan dan membantu mobilitas siswa yang terdampak banjir," kata Ari.
Direktur Polairud Polda Jawa Tengah Kombes Hariadi mengatakan juga telah menurunkan 4 perahu karet bersama belasan petugas guna membantu warga terutama agak sekolah berangkat dan pulang sekolah karena banjir masih merendam di kawasan ini. "Kegiatan kemanusiaan semacam ini merupakan bentuk kehadiran Polri dalam membantu masyarakat," tambahnya.
Polisi hadir bukan hanya untuk penegakan hukum di wilayah perairan, ungkap Hariadi, melainkan juga untuk menjawab kebutuhan kemanusiaan, akses pendidikan merupakan faktor yang penting terutama untuk anak-anak yang terdampak banjir di Kecamatan Sayung, sehingga tetap bisa mengakses pendidikan meski dalam situasi sulit seperti saat ini. (E-2)
Warga korban banjir mulai terserang sejumlah penyakit seperti demam, diare, gatal-gatal, batuk, pilek dan flu akibat terlalu lama berkubang dengan air.
Ribuan warga di 11 desa di lima kecamatan di Kabupaten Demak masih bertahan di rumah masing-masing, meskipun banjir akibat jebolnya empat titik tanggul Sungai Tuntang semakin meluas.
PENANGANAN bencana banjir di Kabupaten Demak dan Grobogan masih terus dilakukan.
Banjir di Kabupaten Demak semakin meninggi dan meluas, setelah tanggul Sungai Tuntang jebol bertambah dari sebelumnya dua titik menjadi empat titik.
Banjir yang melanda sejumlah desa di Kabupaten Demak dan Grobogan masih tinggi disebabkan jebolnya tanggul dan meluapnya Sungai Tuntang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved