Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
DIHANTAM derasnya aliran air sungai dan hujan lebat yang mengguyur kawasan Pantura Jawa Tengah, jembatan penghubung Desa Pojok-Desa Tarub, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan ambruk dan hanyut. Warga kedua desa terpaksa memutar cukup jauh untuk dapat saling mengunjungi.
Pemantauan Media Indonesia, Sabtu (18/1), hujan deras yang mengguyur kawasan Pantura masih berlangsung, bahkan hujan lebat sebelumnya mengakibatkan peningkatan volume air di sejumlah sungai. Warga Kabupaten Grobogan khawatir kembali datangnya bencana banjir terutama di daerah aliran sungai besar seperti Tuntang, Lusi dan Jragung.
Sebuah jembatan penghubung Desa Pojok-Desa Tarub, Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan, Jumat (17/1), malam ambruk dan hanyut lantaran tidak kuat menahan beban derasnya air sungai yang mengalir ditambah tumpukan barang pohon dan bambu. "Saya mendengar suara gemuruh, saya kira truk melintas tetapi ternyata jembatan roboh dan hanyut," ujar Susilowati, warga Desa Tarub.
Jalan menuju jembatan penghubung Desa Pojok dan Tarub, lanjut Susilowati, saat ini ditutup agar warga tidak melintas. Di samping sudah tidak ada jembatan penghubung juga dikhawatirkan keselamatan warga karena nekat menyeberangi sungai yang terkadang arusnya sangat deras saat hujan di bagian hulu. Karena itu, untuk sementara warga kedua desa harus memutar untuk berhubungan.
Darminto warga Desa Pojok, Kecamatan Tawangharjo, Grobogan mengungkapkan malam itu di tengah hujan lebat mengguyur daerah ini aliran sungai yang menjadi pembatas dua desa mengalir cukup deras. Di jembatan penghubung tersebut terlihat volume air cukup tinggi sehingga warga khawatir akan meluber hingga membanjiri desa.
Bersama sejumlah warga lain, ungkap Darminto, kemudian berinisiatif menyingkirkan sampah berupa batang pohon dan bambu yang terhalang oleh pilar jembatan. Namun baru membersihkan bagian tepi, tiba-tiba jembatan sudah ambruk dan hanyut terbawa derasnya air bersama sampah yang terhalang pilar jembatan. "Kami hanya bisa melongo di pinggir jembatan menyaksikan itu tanpa berani mendekat," imbuhnya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Grobogan Wahyu Tri Darmawanto mengatakan dalam peristiwa jembatan penghubung antara dua desa yang hanyut tersebut tidak ada korban jiwa. Namun untuk sementara warga kedua desa sementara memutar cukup jauh menggunakan jalur dan jembatan lainnya.
Pemerintah Kabupaten Grobogan, menurut Wahyu Tri Darmawanto, telah menggelar rapat koordinasi bersama instansi terkait untuk mengantisipasi bencana hidrometeorologi dengan mitigasi, karena berdasarkan prakiraan cuaca BMKG, Grobogan masuk puncak musim penghujan pada Januari hingga Februari mendatang,
Berdasarkan rapat koordinasi itu, ungkap Wahyu Tri Darmawanto, DPUPR Grobogan telah melakukan normaliasi dan penguatan tanggul sungai-sungai yang menjadi kewenangannya. Dinas Kesehatan juga menyiagakan tim PSC 119. Selain itu, Puskesmas juga diminta agar siaga membantu dalam penanganan korban bencana.
Sedangkan Dinas Sosial Grobogan, lanjut Wahyu Tri Darmawanto, menyiagakan logistik berupa makanan, sarana prasarana dapur umum dan SDM pendukung. "Kami dari BPBD Grobogan sendiri siaga bencana 24 jam serta peralatan sarana prasarana pendukung penanganan kedaruratan, juga berkoordinasi dengan BBWS Pemali Juana untuk inventarisasi tanggul dan sungai yang menjadi kewenangannya,” tambahnya. (N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved