Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Sendimentasi Sungai Barito Capai 400 Ton Per Hari

Denny Susanto
04/1/2025 16:15
Sendimentasi Sungai Barito Capai 400 Ton Per Hari
Sebuah tongkang melaju di Sungai Barito, Kalimantan Selatan.(MI/Denny Susanto)

 

KEMENTERIAN Lingkungan Hidup RI mencatat tingkat sendimentasi di alur Sungai Barito yang membentang di Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah mencapai 400 metrik ton per hari.

Hal ini dikemukakan Menteri LH, Hanif Faisol Nurofiq, saat meninjau pembangunan proyek jembatan Pulau Laut di Kotabaru bersama Gubernur Kalsel, Muhidin beberapa waktu lalu. “Sungai Barito yang menghubungkan pelabuhan di Banjarmasin itu telah terlaporkan mengalami sendimentasi hampir 400 meter per kubik per hari. Sementara pengerukan yang dikerjakan PT Ambapers hanya mampu 100 ton per hari," tuturnya.

Kondisi ini mempengaruhi arus lalu lintas pelayaran dan efektivitas Pelabuhan Trisakti Banjarmasin. "Ini juga berpengaruh pada perekonomian daerah," kata Hanif.

Karena itu Kementerian LH mendukung pembangunan dan pengembangan kawasan pelabuhan alternatif di wilayah Kabupaten Kotabaru dan Tanah Bumbu, yang memiliki kedalaman alur pelayaran mencapai 20 meter. Termasuk pembangunan jembatan Pulau Laut serta Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mekar Putih serta penunjang Ibu Kota Negara di Kalimantan Timur.

Pengerukan alur Sungai Barito di Kalsel sudah dimulai sejak 2003 silam guna memperlancar arus lalu lintas pelayaran. Waktu itu Sungai Barito hanya memiliki kedalaman 5-6 meter dan terus mengalami pendangkalan, sehingga pelayaran bergantung kondisi pasang sungai. Pengerukan dilakukan konsorsium PT Ambang Barito Nusa Persada (Ambapers).

Sungai-sungai di Kalsel terutama Sungai Barito dan Sungai Martapura menghadapi berbagai permasalahan di antaranya sendimentasi, limbah domestik, limbah pertambangan, limbah pertanian dan perkebunan, hilangnya resapan air dan alih fungsi lahan, sanititasi (MCK) dan jamban tepi sungai, sampah, pencemaran logam berat dan maraknya permukiman kumuh di sepanjang DAS. Kondisi ini berpengaruh pada terus menurunnya kualitas air Sungai Martapura.

Wali Kota Banjarmasin, Ibnu Sina, Sabtu (4/1) mengatakan Sungai Martapura ini merupakan ekosistem lintas kabupaten kota. Dari panjang kurang lebih 95 kilometer, hanya 25% di wilayah Kota Banjarmasin pada bagian hilir.

Untuk itu pihaknya berharap, sinergi semua pihak demi mewujudkan Sungai Martapura yang lebih bersih dan sehat. Hal ini sesuai hasil Kongres Sungai ke 3 tahun 2017, bahwa satu kesatuan ekologis yang tidak bisa dipisahkan ialah Sungai Martapura. Jadi penanganannya harus lintas kabupaten dan kota melalui Program Sungai Martapura Asri. (N-2)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Heryadi
Berita Lainnya