Headline
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.
Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.
MAHASISWA PPG (Program Profesi Guru) Bidang Studi PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar) Universitas Negeri Yogyakarta mengajari anak-anak SD Negeri Jetis 2 Yogyakarta membuat batik jumputan.
Para mahasiswa PPG itu adalah Dona Mifa Prakoso, Rizky Rahmawan, Desthiya Ramadhani, Insan Charwita, Karina Salsabila, Inas Alya Rigisa, Nisrina Arum Yuliyanti, Inayatul Masykuroh dan Herlinda Ayu Safitri.
Ketua Tim Rizky Rahmawan menjelaskan pelatihan batik jumputan ini untuk meningkatkan minat peserta didik terhadap kreativitas melestarikan budaya lingkungan sekitar sekolah.
Baca juga : SURI Pamerkan Batik Sunyi Motif Iluminasi Manuskrip Minangkabau Karya Teman Tuli
"Pelatihan ini akan memberikan manfaat kepada peserta didik untuk meningkatkan jiwa berwirausaha yang berguna sebagai bekal masa depan," ujar Rizky Rahmawan, Jumat (30/8).
Pelatihan membatik, jelasnya, menggunakan bahan dan alat yang sudah dipertimbangkan mudah mendapatkannya dan aman. Bahan yang digunakan antara lain pewarna/wantek, garam, karet, air, baskom, sendok, kain mori dan bahan totebag.
Pemilihan totebag, katanya, karena punya nilai guna yang dapat digunakan sebagai kerajinan tangan, nilai jual, dan berguna untuk melestarikan budaya lingkungan daerah dan seni tradisional peserta didik.
Baca juga : Kuningan Luncurkan Batik Kamuning sebagai Kekayaan Tradisional
Wakil Ketua Tim Dona Mifa Prakoso menyebutkan bahwa tujuan kegiatan ini di antaranya meningkatkan keterampilan pada peserta didik sekaligus melatih tanggung jawab, kemandirian dan kedisiplinan. "Di sisi lain kami mempraktikkan keterampilan untuk berwirausaha dan menghargai nilai leluhur serta seni tradisional,' katanya.
Ia menjelaskan bahan yang diperlukan untuk membuat batik jumputan ini adalah kain, pewarna kain (wantex), garam, air dan waterglass. Alatnya gunting, karet, sendok, wadah pewarna dan ember. "Kami menggunakan teknik shibori dalam pembuatan batik jumputan ini," papar Herlinda.
Caranya ikat kain menggunakan karet dengan kuat agar warnanya tidak tercampur. Motif jumputan akan muncul sesuai jenis lipatan pada kain. Masukkan pada cairan waterglass secara merata agar warna jumputan lebih awet dan tidak mudah luntur. Kain lipatan diberi pewarna wantex.
Baca juga : Perjalanan Batik 50 Meter: dari Solo ke Jakarta, Menuju Puncak di Yogyakarta
Pewarna tersebut sebelumnya sudah diberi garam dengan tujuan untuk memperkuat warna. Motif jumputan akan muncul sesuai dengan warna yang diaplikasikan pada kain. Setelah diberi pewarna, tunggu hingga beberapa jam sampai warna pada kain menyerap dengan baik. Buka karet pada kain, kemudian lebarkan kain yang sudah diberi warna.
Motif jumputan pada kain pun akan terlihat. Kemudian jemur kain tersebut pada tempat yang teduh tidak terpapar langsung cahaya matahari agar warna tidak luntur. Batik jumputan adalah salah satu teknik batik yang menggunakan metode tie-dye atau ikat celup, di mana kain diikat dengan benang dan dicelupkan dalam pewarna sehingga menciptakan pola-pola unik pada kain.
Kegiatan seperti ini biasanya bertujuan untuk mengembangkan kreativitas anak-anak, memperkenalkan mereka pada budaya lokal, dan memberikan mereka keterampilan dasar dalam membuat kerajinan tangan tradisional. Selain itu, kegiatan ini juga dapat menumbuhkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap warisan budaya Indonesia sejak dini. (N-2)
Bangunan ini telah bertransformasi menjadi banyak tempat di antaranya tempat tinggal dokter gigi pertama Indonesia dan sekarang hadir sebagai restoran Bunga Rampai
Melalui program Desa BRILiaN, BRI mendukung pengembangan UMKM Batik Parang Kaliurang di Sleman.
Motif Wakaroros bukan sekadar corak estetis. Ia adalah narasi visual masyarakat Dayak Basap, suku adat yang hidup berdampingan dengan rimba Karst Sangkulirang-Mangkalihat.
Dengan tagline produk “When Art Meets Performance”, laptop ini tidak hanya unggul secara teknologi tetapi juga membawa identitas budaya dalam perangkat modern.
Di tengah derasnya arus modernisasi dan gempuran teknik percetakan dalam industri batik, Aisha Nadia tetap teguh menjaga warisan budaya batik tulis tradisional.
Karya-karya terpilih dari proyek ini bahkan akan ditampilkan dalam catwalk show.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved