Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Mengintip Tradisi Sesaji Kepala Kerbau Malam Satu Suro di Gunung Merapi

J.Iwan Purwoko
07/7/2024 14:20
Mengintip Tradisi Sesaji Kepala Kerbau Malam Satu Suro di Gunung Merapi
Tradisi sesaji kepala kerbau dalam peringatan malam tanggal satu di Bulan Suro di Gunung Merapi.(Dok. Metro TV)

WARGA lereng Gunung Merapi di Boyolali, Jawa Tengah, Sabtu malam (6/7/2024), menggelar tradisi peringatan malam tanggal satu di Bulan Suro dalam penanggalan Tahun Jawa, atau tanggal 1 Muharam Tahun Hijriah. Tradisi malam satu suro di lereng timur Gunung Merapi ini ditandai dengan persembahan atau sesaji kepala kerbau, yang akan dilarung atau dilempar ke puncak kubah atau kawah Gunung Merapi.

Berada di ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut (MDPL), upacara tradisi larung sesaji kepala kerbau diawali dengan arak-arakan warga berpakaian adat Jawa. Selain sesaji kepala kerbau, tradisi yang tepatnya berlangsung di Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah ini juga menyajikan beragam hasil bumi untuk diarak menuju puncak acara.

Hasil bumi yang disajikan dalam bentuk gunungan, antara lain nasi jagung, sayur mayur, buah-buahan, dan aneka makanan lokal yang terbuat dari hasil pertanian di lereng timur Gunung Merapi ini. Tradisi yang terlah berlangsung sejak tahun 1991 ini dikemas sebagai salah satu destinasi wisata oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali.

Baca juga : Merti Lobe-Lobe, Cara Warga Lereng Merapi Jaga Keseimbangan Alam 

Segenap pejabat dan jajaran di Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompimda) Kabupaten Boyolali tampak hadir mengikuti upacara.

Salah seorang tetua adat warga lereng Merapi di Desa Lencoh, Paiman Hadi Margono menjelaskan, tradisi sesaji atau sedekah kepala kerbau memang dilaksanakan pada malam tanggal satu di Bulan Suro dalam penanggalan Tahun Jawa, atau tanggal 1 Muharam Tahun Hijriah. Tradisi ini merupakan ungkapan syukur warga lereng Merapi, atas hasil pertanian yang melimpah dan telah terbukti mampu menghidupi warga sejauh ini.

Sesaji kepala kerbau juga bermakna sebagai simbol tolak balak atau bencana. Dengan sesaji kepala kerbau yang nantinya dilarung atau dilempar ke puncak kubah atau kawah Gunung Merapi, diharapkan bisa menjauhkan warga yang tinggal di lereng gunung dari ancaman bahaya erupsi atau letusan Gunung Merapi.

Setelah dilakukan upacara ritual, sesaji kepala kerbau dibawa ke puncak gunung oleh sebanyak 10 warga yang telah dipilih. Sementara, sesaji hasil pertanian lainnya dibagikan ke ribuan warga yang hadir di lokasi upacara tradisi berlangsung.
 

(Z-9)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Putri Rosmalia
Berita Lainnya