Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca di IKN

Ihfa Firdausya
19/6/2024 20:05
BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca di IKN
Pekerja menyelesaikan pembangunan di Kawasan Inti Pusat Pemerintahan (KIPP) Ibu Kota Nusantara (IKN).(ANTARA/RIVAN AWAL LINGGA)

BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaksanakan kegiatan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Operasi ini dilakukan untuk mengurangi intensitas hujan di wilayah pembangunan IKN, Kalimantan Timur.

"OMC untuk menunjang percepatan pembangunan infrastuktur seperti pembangunan Bandar Udara VVIP IKN dan jalan tol," kata Kepala BMKG Dwikorita dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (19/6).

Dwikorita menambahkan, berdasarkan hasil analisis prediksi curah hujan bulan Juni 2024, wilayah Kalimantan Timur khususnya wilayah IKN pada kategori menengah, dengan curah hujan bulanan berkisar antara 200 mm sampai 300 milimeter. Maka dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur, OMC bertujuan untuk memecah awan supaya meminimalisir terjadinya hujan yang dimaksimalkan antara 13-23 Juni 2024.

Baca juga : Jokowi Janjikan Waktu Tempuh ke IKN Semakin Singkat Mulai Agustus 2024

Plt Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menambahkan hingga Rabu (19/6) telah dilaksanakan total enam hari kegiatan OMC. Dalam kurun waktu tersebut telah dilaksanakan sepuluh sorti penerbangan penyemaian awan dengan total 21 jam 25 menit penerbangan.

"Total bahan semai yang telah digunakan untuk OMC adalah 8 ton NaCI powder dari total yang telah disiapkan sebanyak 16 ton," kata Seto.

Selama kegiatan OMC berlangsung, penyemaian awan dilakukan pada daerah yang berpotensi menyebabkan hujan di area pembangunan infrastruktur penunjang IKN (Bandara VVIP IKN dan Jalan Tol).

Baca juga : Jalan Tol IKN Segmen Kariangau-Sp Tempadung Terus Dibangun

Pemilihan wilayah penyemaian awan setiap harinya diprioritaskan pada daerah upwind (arah datangnya angin masa udara) dengan tujuan agar awan hujan tidak masuk ke daerah target, yaitu area dilaksanakannya kegiatan pembangunan. Daerah seeding yang telah dilakukan meliputi Selat Makasar, Kabupaten Kutai Kartanegara dan Kabupaten Paser.

Pelaksanaan OMC didukung oleh armada pesawat Casa 212-400 dengan registrasi A-2114 milik Skadron 4 TNI AU. "Kami berharap OMC akan memberikan dampak dan manfaat bagi masyarakat luas serta memitigasi risiko bencana yang terjadi," pungkasnya.

Selain itu, BMKG juga menggelar OMC serentak di lima provinsi di wilayah Indonesia. Kelima provinsi tersebut ialah Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah.

Baca juga : Di Tahun 2023, Emisi dari Karhutla Turun 69,75 Persen Dibanding Tahun 2019

"OMC ini dilakukan dalam rangka bentuk antisipasi bencana kekeringan dan Karhutla," kata Dwikorita.

Jadwal pelaksanaan OMC di Riau dilaksanakan pada 14 Juni-3 Juli 2024, Jambi 20 Juni-1 Juli 2024, Sumatra Selatan 3 Juli-12 Juli 2024, Kalimantan Barat 25 Juni-5 Juli 2024, dan Kalimantan Tengah tahap 5 Juli-15 Juli 2024.

Berdasarkan hasil analisis dan monitoring BMKG, pada Juli hingga September pada provinsi target OMC diperkirakan mengalami kekeringan dan rawan terjadi Karhutla. Oleh karen itu, OMC bertujuan untuk mengurangi dampak risiko yang dapat terjadi dan dapat menganggu kehidupan masyarakat.

Baca juga : Ogan Komering Ilir Makin Membara, Modifikasi Cuaca Diintensifkan

Menurut Dwikorita, OMC dilakukan untuk pembasahan lahan gambut untuk antisipasi dan mitigasi bencana Karhutla. "Selain itu untuk mengisi kubah-kubah air yang berada di lahan gambut sehingga mencegah lahan gambut kering dan mudah terbakar karena telah dibasahi oleh hujan," ujarnya.

Di sisi lain, Plt Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG Tri Handoko Seto menjelaskan berdasarkan pantauan Sipongi, secara kumulatif dua hari terakhir di provinsi terkait target sudah mulai terdeteksi hotspot dengan derajat kepercayaan menengah hingga tinggi atau 2-3 titik per hari.

Oleh karena itu, menurut Seto, pembasahan lahan gambut tersebut dilakukan sebelum daerah terdampak memasuki puncak musim kemarau. OMC juga ditujukan untuk menekan potensi lonjakan hotspot dan potensi luasan area gambut yang terbakar. (Z-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya