Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
PRAKTIK kehidupan muslim di Bali selama ini nyaman berakulturasi dengan budaya lokal Bali. Akulturasi ini bisa berjalan dengan menerapkan dasar adat berpangku syara', syara bersandar Kitabullah.
"Umat beragama sama-sama tidak ada yang merasa terganggu dan diganggu. Semuanya nyaman dan saling toleransi," ujar budayawan Muslim asal Buleleng, Ketut Muhammad Suharto, dalam Ngaji Budaya yang digelar Kementerian Agama melalui Direktorat Penerangan Agama Islam, di Kota Denpasar, Bali, Rabu (6/3).
Kegiatan yang bertajuk "Budaya dan Pilar Moderasi Beragama" ini diikuti 500 peserta dari Bali yang terdiri berbagai unsur seperti penyuluh agama, majelis taklim, dai, pamong budaya, seniman/budayawan, dan ormas Islam.
Baca juga : Pencatatan Perkawinan dan Ide KUA Inklusi
Pada kegiatan ini, dua tokoh menyampaikan pidato kebudayaan, yakni Guru Besar Pendidikan Islam Universitas PTIQ Jakarta Prof Made Saihu dan budayawan muslim Buleleng Ketut Muhammad Suharto.
Ketut Muhammad Suharto mencontohkan akulturasi itu berjalan baik seperti di kampung halamannya, Pegayaman Singaraja. Ia menyebut, semua adat tradisi yang berkembang di Pegayaman Bali adalah buah hasil filterisasi pakem standar dasar. "Dasarnya adalah Adat Berpangku Syara' Bersandar Kitabullah. Dan muncullah nilai–nilai akulturasi berkembang sampai sekarang," terangnya.
Sementara itu, Prof Saihu mengungkapkan bahwa budaya memengaruhi cara individu memahami dan menerapkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. "Ekspresi budaya mendorong masyarakat meningkatkan kesadaran akan toleransi dan kerukunan yang mendukung terwujudnya moderasi beragama," kata Saihu.
Baca juga : Gelar Ngaji Budaya, Kemenag Dorong Budaya Jadi Pilar Moderasi Beragama
Ia menjelaskan, ada tiga landasan mengapa budaya selama ini sebagai pilar moderasi beragama. Pertama, pengawal toleransi meminimalisir konflik berbasis agama. Kedua, perekat komunitas di masyarakat. Ketiga, budaya dapat mengubah perspektif dan memecah stereotip terkait agama.
"Tantangan modern menuntut bentuk perlindungan dan pelestarian budaya yang baru. Keterlibatan semua pihak diperlukan untuk memperkuat budaya sebagai pilar moderasi beragama," papar penulis buku Merawat Pluralisme Merawat Indonesia.
Dalam kegiatan ini juga dilakukan serah terima buku Ensiklopedia Seni Budaya Islam di Nusantara dari Direktorat Penerangan Agama Islam ke pada Kakanwil Kemenag Provinsi Bali.
Kegiatan ini diawali dengan pertunjukan tari dan seni Islam Rudat (Burdah) dari pelajar MTs Al-Muhajirin Kampung Islam Kepawon, Kota Denpasar dan Tari Hikayat Awi dari Sanggar Seni al-Badar Jembrana, Bali dan Tari seni Burceng dari Seniman Bali. (N-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved