Fenomena Remaja Bunuh Diri di Semarang Diduga Masalah Komunikasi

Akhmad Safuan
12/10/2023 10:40
Fenomena Remaja Bunuh Diri di Semarang Diduga Masalah Komunikasi
Fenomena bunuh diri di Semarang dinilai Dosen Psikologi di Semarang Probowatie Tjondronegoro sebagai masalah komunikasi.(Medcom.id)

DUA Hari berturut Kota Semarang dikejutkan dengan kasus bunuh diri dua mahasiswi perguruan tinggi. Mereka meninggallkan surat wasiat untuk keluarga. 

Kasus bunuh diri pertama terjadi di swalayan di Jalan Pemuda, Kota Semarang, Selasa (10/10). Korban diketahui bernama NJW, 20, tercatat sebagai seorang mahasiswi sebuah perguruan tinggi negeri ditemukan tewas, setelah meloncat dari lantai empat gedung parkir swalayan tersebut.

Di tempat parkir lantai empat, polisi menemukan tas berisi surat identitas dani surat wasiat untuk keluarga yang ditinggal korban tercatat sebagai warga Kalipancur, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang tersebut. "Kita langsung datang ke lokasi untuk melakukan olah TKP dan evakuasi korban," ujar Kepala Polsek Semarang Tengah Kompol Indra Romantika.

Baca juga: Jadi Korban Intimidasi sejak Kecil, YouTuber Asal Korsel Ini Meninggal Dunia

Kasus kedua, di sebuah rumah kos di Bulusan, Tembalang, Kota Semarang. Seorang mahasiswi dari universitas swasta EN, 24, asal Kalimantan ditemukan tewas oleh teman lelakinya saat datang berkunjung Rabu (11/10) malam.

Alfa, teman korban, datang ke kos tersebut sekitar pukul 20.30 WIB mencoba mengetok pintu tanpa jawaban. Ia pun meminjam kunci cadangan ke pemilik kos, namun setelah dibuka korban sudah tewas. Di dalam kamar ditemukan surat wasiat untuk keluarga dan temannya.

Baca juga: Siswa SMP 132 Terjatuh dari Gedung Lantai 4, FSGI Minta Disdik Evaluasi Sekolah

Sebelumnya seorang pelajar perempuan kelas 2 SMA,  dapat diselamatkan ketika mencoba melakukan aksi bunuh diri di sebuah perlintasan rel kereta api, Selasa (10/10) sekitar pukul 01.30 WIB. "Untung bisa diselamatkan dengan dibujuk pedagang angkringan di sekitar lokasi kejadian," ujar seorang warga.

Fenomena bunuh diri tersebut menurut Dosen Psikologi di Semarang Probowatie Tjondronegoro karena komunikasi yang tidak lancar antara korban dan orang sekitarnya. Kedua mahasiswi itu diduga mengakhiri nyawa mereka karena merasa buntu dari masalah yang dihadapinya. 

Mahasiswa, kata Probowatie, dihadapkan pada permasalahan ekspektasi yang tidak sesuai dengan realita. Kondisi itu memicu perasaan depresi dan dorongan melakukan bunuh diri. "Kunci dari permasalahan para remaja ini ialah komunikasi," tambahnya.

Para remaja, menurut Probowatie, bisa mengungkapkan permasalahan mereka dengan berbicara dengan kawan sebaya atau orang tua. Pasalnya bercerita dapat mengurangi beban dan menyampaikan keluhan maupun kekecewaan para remaja ini.

"Dalam komunikasi harus menghilangkan aspek penghakiman untuk menitikberatkan solusi atas permasalahan yang dihadapi mahasiswa," ujar Probowatie Tjondronegoro.

Dosen psikologi Siswanto mengatakan berkomitmen memberikan pendampingan pada mahasiswa dalam menghadapi permasalahan terkait psikologi dan hukum. (Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya