Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Kekeringan, Petani Padi di Bandung Beralih Tanam Palawija

Depi Gunawan
14/8/2023 18:20
Kekeringan, Petani Padi di Bandung Beralih Tanam Palawija
Petani di Desa Cangkorah, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung bercocok tanam palawija di bantaran Waduk Saguling, Senin (14/8).(MI/Depi Gunawan)

MUSIM panas yang terjadi berkepanjangan membuat para petani harus melakukan berbagai terobosan. Salah satunya  seperti dilakukan petani di Desa Cangkorah, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat yang beralih dari menanam padi menjadi bercocok tanam palawija seperti mentimun, umbi-umbian, hingga sayuran.

Hal ini dilakukan agar mereka tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebab jika harus tetap memaksakan menanam padi, tanaman tidak ada pasokan air dan lahannya retak-retak sehingga padi sulit dibudidayakan.

Petani beralih lokasi tani ke bantaran Waduk Saguling dengan memanfaatkan kondisi permukaan waduk yang surut antara 10-15 meter. Lahan di sana cukup gembur dan dekat dengan sumber air sehingga memudahkan penyiraman tanaman palawija.

Baca juga: Hari Tanpa Hujan, BMKG Ingatkan Potensi Karhutla

"Sawah sudah tidak bisa ditanam padi, kering dan retak-retak jadi saya pindah ke dekat waduk Saguling karena airnya surut. Selain itu dekat sumber air kalau mau menyiram," kata Onang Hidayat ,66, salah seorang petani asal Kampung Seke Bangbara, Desa Cangkorah, Senin (14/8).

Di pinggir waduk Saguling, Onang menanam mentimun dan jagung. Dirinya berharap dua tanaman itu laku dijual dan bisa dipakai membeli beras.

"Saya terpaksa pindah ke bantaran waduk karena butuh penghasilan. Sawah tidak bisa diandalkan lagi. Biasanya satu tahun dua kali panen, tahun ini cuma sekali tanam padi," terang Onang.

Meski begitu, bercocok di pinggir waduk bukan tanpa resiko. Pergantian musim yang sulit diprediksi tak jarang membuat tanamannya tak bisa dipanen. Apalagi saat musim tiba-tiba berganti hujan sehingga permukaan waduk naik.

"Bertani di sini untung-untungan. Kalau bagus lumayan hasilnya. Tapi kalau cuaca hujan lagi permukaan waduk naik dan semua tanaman terendam dan tidak bisa dipanen. Ini resiko," ucapnya.

Berdasarkan data Desa Cangkorah tercatat ada 40 lahan sawah mengalami kekeringan sejak 2 bulan terakhir. Para petani yang tak bisa lagi mengolah sawah sebagian beralih profesi menjadi buruh serabutan, berdagang, hingga mengkonversi lahan tani bantaran waduk.

Kasi Pemerintahan Desa Cangkorah, Wawan Rohman mengakui konversi lahan tani ke pinggir waduk imbas sawah kering menjadi pilihan paling banyak dipilih warganya. Sedikitnya, ada sekitar 500 petani yang memanfaatkan lahan bantaran waduk untuk bertahan menghidupi kebutuhan sehari-hari.

"Petani di bantaran Waduk Saguling karena sawahnya kering lumayan banyak ada 500 orang. Tersebar di RW 02, 06, 05, 07, dan 08, 09, 10, 11, dan RW 16. Rata-rata tanam sayuran, umbi-umbian, dan tanaman lain yang cepat panen," jelasnya. (DG/A-1)

 

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Maulana
Berita Lainnya