Minggu 05 Februari 2023, 20:56 WIB

Panen Petani Sragen Bermasalah, Anjlok 50%

Widjajadi | Nusantara
Panen Petani Sragen Bermasalah, Anjlok 50%

MI/WIDJAJADI
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan ( KTNA ) Sragen, Suratno

 

KALANGAN petani di kabupaten Sragen, Jawa Tengah, mengaku sangat gelisah menyambut panen raya padi musim tanam ( MT) I dengan luas total 43 ribu hektare. Panen akan berlangsung sekitar 3 bulan, mulai akhir Februari nanti.  
 
Menurut Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan ( KTNA ) Sragen, Suratno, panen raya MT I itu diperkirakan tidak maksimal atau hanya sekitar 50%, seperti yang terjadi pada musim tanam sebelumnya.
 
Penyebab utamanya karena faktor cuaca dengan curah hujan tinggi, serangan hama dan juga penyakit yang menyergap tanaman padi selama masa pemeliharaan. Ancaman paling parah ialah hama rumput kerdil, yang membuat pertumbuhan padi tidak normal,
 
"Teman teman petani sudah berjuang maksimal untuk menanggulangi. Tetapi dari panen sporadis yang sudah terjadi di wilayah Sambirejo atau daerah lain, hanya sekitar 50% yang bisa dipanen," ujar Suratno kepada Media Indonesia.
 
Ia menuturkan, temannya yang panen padi seluas 1 hektare di Sambirejo, hanya mampu menyelamatkan tidak lebih 50%. Jika panen normal satu    hektare bisa menghasilkan 80 sak gabah, maka pada panen ini hanya menghasilkan 39 sak gabah.
 
Situasi panen tidak maksimal itu diperkirakan merata. Seperti yang dialami petani Tangkil, Sragen bernama Sudarjo. "Setengah hektare hanya dapat 28 sak, dari kondisi normal yang bisa mencapai rata-rata 46 sak gabah," tukas dia.
 
Meski tengkulak memberikan harga bagus untuk gabah kering panen, yakni Rp6.500 per kilogram, petani tetap rugi, karena hasil panen tidak masimal.
 
"Petani lebih senang dapat harga gabah Rp5.100, namun panen dalam kondisi normal. Itu sudah untung, ketimbang dapat harga di atas Rp6.000 tetapi panen susut 50%," imbuh Suratno.
 
Pada saat sama, para penebas atau tengkulak tidak bergairah lagi    melakukan pembelian gabah panenan petani, karena situasi panen yang mengarah hasil tidak maksimal.
 
Banyak penebas karena situasi pertanian MT I yang kurang baik ini, yang beralih menawarkan jasa perontokan saja.  "Ya karena menebas tidak seimbang, tidak maksimal," pungkas Suratno. (N-2)
 

 

 

 

   

 

 

 
 
 

 

Baca Juga

Ist

Literasi Digital, Para Siswa di Jeneponto Ikut Belajar Asyik dengan Google Classroom

👤Media Indonesia 🕔Selasa 30 Mei 2023, 20:24 WIB
Ruang digital sering kali memberikan kebebasan dan kemandirian, sehingga pergaulan langsung yang terkontrol juga sangat...
Dok. Annabelle Aesthetics

Amabelle Aesthetics Targetkan Pimpin Pasar Klinik Kecantikan di Jawa Barat

👤Ghani Nurcahyadi 🕔Selasa 30 Mei 2023, 20:06 WIB
CEO Amabelle Asthetic Clinic Caecillia Purnama mengungkapkan sejak awal berdiri pada 2012, pihaknya sudah berkomitmen untuk dapat membangun...
Dok pribadi

Ayep Zaki Kirim 13 Unit Mesin Produksi Sukabumi ke Berbagai Daerah

👤Media Indonesia 🕔Selasa 30 Mei 2023, 19:45 WIB
Ayep Zaki mengirim 13 unit mesin produksi pembuatan tempe ke Sumatera, Kalimantan, dan...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya