TINGGINYA intensitas hujan dalam sepekan terakhir dan banjir kiriman dari hulu Sungai Rampah mengakibatkan belasan ribu rumah di delapan kecamatan di Serdang Bedagai, Sumatra Utara, terendam. Akibat banjir tersebut, aktivitas warga di dua kecamatan nyaris lumpuh total karena ketinggian air dalam rumah warga setinggi 80 sentimeter hingga satu meter.
Banjir pada Desember ini, menurut korban banjir, merupakan terparah sejak 1979. Hal ini ditandai dengan debit air yang sudah merendam jalan lintas Sumatra Medan-Tebing Tinggi. Pihak kepolisian pun terpaksa turun untuk mengatur arus lalu lintas agar tidak macet.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Serdang Bedagai hingga Senin (12/12), rumah warga yang terendam banjir sebanyak 13 ribu meliputi 190 keluarga. Korban menyebar di delapan kecamatan yakni Sei Rampah, Perbaungan, Dolok Masihul, Tebing Tinggi, Teluk Mengkudu, Sei Bamban, Tanjung Beringin, dan Bandar Khalifah.
Banjir itu paling parah melanda Sei Rampah dan Tanjung Beringin dengan ketinggian air dalam rumah warga rata-rata antara 80 hingga 100 sentimeter. Selain merendam belasan ribu rumah dan jalan lintas Sumatra, banjir juga melanda beberapa jalan provinsi dan fasilitas umum perkantoran di Sei Rampah.
Di Dusun Tiga Desa Sei Rampah, saat ini hampir semua warganya sudah mengungsi karena ketinggian air dalam rumah mengakibatkan mereka tidak dapat beraktivitas. Jika ada yang beraktivitas, itu pun hanya di siang hari untuk melihat sebagian harta benda yang ditinggal di rumah.
Menurut korban banjir, Gema Nasution, saat ini warga sudah mengungsi ke lokasi posko pengungsian yang disediakan pemerintah dan malam hari mereka harus menjaga rumah. "Sudah pada mengungsi semua, karena ketinggian air semakin parah dan rumah warga yang terendam banjir semakin merata," ujar Gema.
Kondisi banjir terparah juga terjadi di Kecamatan Tanjung Beringin. Berdasarkan konfirmasi dengan Camat Tanjung Beringin, saat ini warganya terisolasi karena jalan utama maupun jalan alternatif tidak dapat dilalui oleh kendaraan terutama roda dua. Akibatnya, sebagian besar warga memilih mengungsi, baik di tenda-tenda pengungsian, menyewa rumah, maupun mengungsi di rumah kerabatnya. (OL-14)