Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
HIDUP dengan berkelimpahan air bersih patut disyukuri bagi anak-anak di Indonesia. Namun tidak bagi anak-anak warga Dusun Hurabegor, Desa Darat Gunung, Kecamatan Talibura, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Sebab, setiap harinya mereka harus berjalan kaki sejauh 3 kilometer untuk bisa mendapatkan air bersih agar mereka bisa mandi untuk ke sekolah.
Berdasarkan pantauan mediaindonesia.com, Minggu (13/11) para anak-anak ini beramai-ramai pergi ambil air bersih tiap sore. Kebetulan dusun mereka tidak memiliki sumber mata air sehingga sejak lama mereka kesulitan air bersih.
Para anak-anak ditemani orang dewasa beramai-ramai berjalan kaki sambil membawa jerigen menuju ke salah satu mata air yang ada di wilayah Wairbura. Mereka harus menyusuri jalan setapak berbatu dengan menempuh perjalanan sekitar 3 kilometer agar bisa sampai disumber mata air. Padahal, saat ini sudah musim penghujan namun dusun mereka masih kesulitan air dikarenakan dusun mereka tak memiliki sumber mata air.
Sesampainya, di lokasi mata air, anak-anak tidak langsung mengambil air dikarenakan harus istirahat sejenak usai menempuh perjalanan cukup jauh. Upaya memenuhi kebutuhan air bersih memmerlukan perjuangan yang cukup sulit.
Usai istirahat sejenak, merekapun langsung memasuki kedalam kali dengan membawa jerigen yang ukuran 5 liter. Sementara orang tua mereka dengan membawa jerigen 30 liter dan langsung mencelupkan jerigen tersebut kedalam sumber mata air. Air ini yang digunakan untuk keperluan
mandi dan kebutuhan memasak
Maria Nona (45) salah satu orang tua siswa, menuturkan di dusun yang mereka tempati tidak memiliki sumber mata air. Lantaran itu, setiap hari dia dan anaknya harus berjalan kaki untuk mengambil air di Dusun Waribura.
Sesudah ambil air, kata dia, mereka harus menyetop mobil yang melintas meminta tumpangan untu bisa mengangkut air mereka. Itupun kalau ada sopir yang melintas kasihan dengan mereka pasti berhentikan mobilnya agar kami bisa menumpang untuk angkut air yang sudah mereka isi dijerigen tersebut.
"Kalau datang ke mata air. Kami berjalan kaki sekitar 3 kilometer. Sesudah isi air terisi semua dijerigen kami pikul lagi ke jalan besar. Disitu, kami menyetop mobil kijang. Kami minta tolong. Bersyukur kalau ada sopir yang baik hati. Kalau tidak, kami harus berjalan kaki kembali ke rumah dengan pikur air," ujar dia
Ia pun mengaku sebagian anak -anak ke sekolah disini dipastikan terlambat ke sekolah karena setiap pagi hari anak-anak harus mengambil air kemudian pergi ke sekolah.
"Kami disini selama ini warga tidak pernah membeli air dikarenakan harga air ditangki sangat mahal sehingga mau tidak mau harus berjalan kaki demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Anak-anak sekolah juga terlambat ke sekolah karena harus cari air lebih dulu untuk mandi. Jadi setiap pagi dan sore mereka harus cari air bantu orang tua dan air juga digunakan untuk mandi agar bisa ke sekolah," papar dia.
Sekertaris Desa Darat Gunung Ignasius Eki menjelaskan, hingga saat ini Pemerintah Desa Darat Gunung masih berupaya untuk mengatasi kesulitan air bersih di wilayah tersebut. "Iya benar wilayah Hurabegor memang susah dapat air, karena tidak ada mata air disekitar situ," papar dia. (OL-13).
Baca Juga: Polres Berau Kaltim Ungkap Dugaan Tambang Batubara Ilegal
Kursus kepelatihan lisensi D nasional itu diikuti sekitar 30 calon pelatih yang berlangsung 24 sampai 31 Oktober 2021
Setidaknya 12 orang pemudik yang berangkat menggunakan kapal menuju Pulau Sukun, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur terpaksa hilang di perairan laut Lorens, Selasa (18/4).
"Perintah langsung Panglima TNI untuk pengamanan KTT ASEAN. Maka dari itu kita siapkan personel untuk berangkat."
KEMENTERIAN Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) telah memberikan izin pendirian Politeknik Cristo Re Maumere.
Hampir seluruh wilayah kecamatan di Sikka, NTT, mengalami kekeringan yang berujung pada krisis air bersih.
Ia mengaku baru melakukan pertemuan dengan seluruh guru yang ada di sekolah untuk membahas persiapan pembelajaran tatap muka di sekolah.
Cafe Dapur Inches berlokasi di Pantai Harnus kota Lewoleba, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur.
Empat perempuan muda tersebut yakni Yola, asal Kota Kupang, Karmelita asal Kabupaten Nagekeo, Ina, asal Kabupaten Lembata dan Helda asal Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Yuk dukung film Women from Rote Island, film karya sineas Jeremias Nyangoen.
Ada versi untuk anak-anak dengan gerakan lebih mudah, sedangkan untuk lansia meminimalisir risiko cedera
Insan Bumi Mandiri dan ASEAN Foundation memberdayakan masyarakat di wilayah pedalaman, khususnya di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Untuk mendorong daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), Bentoel Group meluncurkan program Bangun Karya.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved