KETUA Umum Solidaritas Pemersatu Bangsa Indonesia (SPBI) Iswadi mengapresiasi terobosan yang dilakukan Kepala BNPT, Komjen Pol.Boy Rafli Amar melalui Soft Opening Kawasan Terpadu Nusantara (KTN) seluas 10 Hektar di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat pada Sabtu (2/7) lalu. Apalagi sebelumnya BNPT juga sukses menggelar soft launching KTN di Turen Jawa Timur dan Sumbawa Nusa Tenggara Barat.
“KTN Garut merupakan bentuk nyata negara hadir untuk mencegah dan melawan radikalisme. Jika program tersebut dapat berjalan dengan baik dan terukur insha Allah akan dapat mengurangi angka terorisme di Indonesia,” ujar Iswadi Senin (4/7).
Baca juga: Deradikalisasi Seiring dengan Kesejahteraan
Iswandi juga mengatakan masalah radikalisme dan terorisme saat ini masih marak, termasuk di Indonesia. Pengaruh radikalisme yang merupakan suatu pemahaman baru yang dibuat oleh pihak tertentu. Ironisnya hal itu kerap berbalut agama dan melibatkan generasi muda.
“Berbagai tindakan teror yang tak jarang memakan korban jiwa seakan menjadi cara dan senjata utama bagi para pelaku radikal dalam menyampaikan pemahaman mereka dalam upaya untuk mencapai sebuah perubahan,” ungkapnya.
Jika tingkat pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme tidak ingin terjadi, lanjut dia, kesenjangan antara pemerintah dan rakyat harus diminimalkan. Caranya ialah pemerintah harus mampu merangkul pihak media yang menjadi perantaranya dengan rakyat sekaligus melakukan aksi nyata secara langsung kepada rakyat.
Begitu pula dengan rakyat, mereka harusnya juga selalu memberikan dukungan dan kepercayaan kepada pihak pemerintah bahwa pemerintah akan mampu menjalankan tugasnya dengan baik sebagai pengayom rakyat dan pemegang kendali pemerintahan.
“Semoga Soft Opening KTN Garut akan dapat meminimalkan kesenjangan sosial karena kesenjangan sosial yang terjadi juga dapat memicu munculnya pemahaman radikalisme dan tindakan terorisme. Supaya hal tersebut tidak terjadi, maka kesenjangan sosial haruslah diminimalkan. Saya berharap program tersebut dapat berlanjut keseluruh pelosok Nusantara.”
Kehadiran KTN Garut merupakan bentuk negara hadir dalam proses deradikalisasi berbasiskan kesejahteraan dengan konsep pentahelix yang melibatkan banyak pihak. Keterlibatan banyak pihak dalam program KTN adalah simbol perlawanan terhadap virus intoleran yang menjadi musuh bersama.
"Di dalam KTN ini melibatkan banyak pihak. Mengingat terorisme adalah musuh negara, jadi negara harus hadir dan semua pihak harus dilibatkan," jelas kepala BNPT, Komjen Pol. Boy Rafli Amar.
Boy Rafli juga mengatakan pemilihan wilayah Garut di Jawa Barat menjadi salah satu lokasi pembangunan KTN adalah untuk menekan potensi yang mungkin saja muncul, sehingga program seperti ini disiapkan untuk membangun kewaspadaan bersama terhadap radikalisme terorisme. Dengan kehadiran KTN Garut, diharapkan semua pihak dapat merasakan manfaatnya terutama bagi para mitra derad atau mantan narapidana terorisme (napiter), agar mereka dapat berbaur serta diterima dengan baik oleh masyarakat.
"Dengan KTN ini diharapkan proses reintergrasi mitra derad dengan masyarakat dapat berjalan dengan baik, sehingga mereka diterima baik oleh masyarakat umum," katanya
Wakil Bupati Garut, dr. H. Helmi Budiman mewakili Pemda Kabupaten Garut merasa bangga terdapat KTN di wilayah Garut. Menurutnya hal ini menandakan bahwa Pemda dan masyarakat Garut sepakat menolak seluruh bentuk ideologi kekerasan yang memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. "Kami bisa berbangga dengan hadirnya KTN di Desa Harumansari Garut ini. Kami tidak ingin ada terorisme di Indonesia," jelasnya.
Salah seorang mitra derad dari enam orang mitra derad yang hadir dalam kegiatan soft opening itu mengaku berharapan kepada KTN Garut sebagai sarana reintergrasi sosial. Ia mengakui tidak mudah untuk menjadi seorang mitra derad dengan stigma masyarakat. Dengan hadirnya KTN dirinya dapat berkontribusi untuk membangun kemandirian ekonomi dan berbaur dengan masyarakat sekitar.
"KTN ini terobosan paling bagus karena kami bisa menjalin sinergi kami yang mantan napiter ini dengan masyarakat," kata salah seorang mitra derad, Yoki Candra.
Sebagai informasi, selain ada keterlibatan dari lembaga yang tergabung dalam program penanggulangan terorisme, terdapat juga BUMN dan swasta. Di antaranya PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Alba Baja Banten, PT Eigerindo Multi Produk Industri, dan PT Hardcorindo. (RO/A-1)