Headline
Kemenu RI menaikkan status di KBRI Teheran menjadi siaga 1.
JOHN, warga desa Jember, Towe, Keerom, Papua, sekilas tak memiliki perbedaan dengan pemuda-pemuda lain.
Tinggal di kaki gunung Pegunungan Bintang, John terlihat komunikatif ketika bercengkerama dengan sesama warga desa Jember.
Sayang, wajah semringah serta keseruan dari sosok John sulit ditemui oleh orang banyak.
Pasalnya, yang membedakan John dengan pemuda di desa atau kota lainnya ialah sinyal internet.
John sedari kecil tinggal di desa yang belum ada listrik, apalagi internet. Demi bisa berselancar di media sosial, Facebook, seperti pemuda pada umumnya, John tak seperti pemuda lain yang tinggal membeli paket.
Guna mendapatkan sinyal untuk HP-nya, John harus berjalan ke wilayah bernama Jambrab.
Tanpa tedeng aling-aling, jarak desanya menuju Jambrab menghabiskan jarak tempuh satu hari dengan berjalan kaki.
Belum lagi jalanan yang dilewati John merupakan area hutan lebat yang pastinya belum ada penerangan. Artinya, jika berjalan malam hari, ia hanya mengandalkan senter untuk bisa kembali ke rumah.
Bahkan, guna mengisi baterai atau mengecas telepon selulernya, John harus menghabiskan waktu di Jambrab.
"Kalau mau ngisi baterai HP harus ke Jamrab 1 hari," ucapnya saat ditemui di desa Jember, Papua.
Pengalaman John berjalan seharian demi sinyal terjadi saat belum adanya pembangunan tower BTS 4G inisiasi BAKTI Kominfo di desanya.
Baca juga : Jaringan 4G Menyala di Pelosok Papua, BAKTI Kominfo Telekonferensi Dengan Johnny G. Plate
Butuh waktu tak sebentar untuk tim BAKTI Kominfo bisa memasang hingga mengaktifkan tower BTS seberat total 10 ton itu di desa yang berada di tengah hutan.
Adapun tower BTS 4G tersebut baru selesai dibangun atau on air dalam sepekan terakhir.
Setelah tower BTS 4G rampung, John mengaku telah merasakan manfaatnya karena sekarang tak harus jauh-jauh ke Jambrab demi mendapatkan sinyal.
"Sudah pernah dicoba komunikasi dan bagus. Setelah ini nyala baru bisa main Facebook (tanpa jauh-jauh)," ucapnya.
Ia mengaku sebelum adanya tower BTS 4G, daerah tempatnya ia tinggal sama sekali tidak ada sinyal.
"Makanya kita jarang pakai saja karena beli pulsanya juga jaraknya jauh," paparnya.
Kini, John sudah seperti pemuda lain pada umumnya. Ia mengaku telah menikmati manfaat BTS 4G untuk berkomunikasi dan berselancar di media sosial.
Wajar ia senang, kini dirinya tak perlu berjalan kaki selama satu hari hanya untuk mendapatkan sinyal.
“Kami senang dengan adanya pembangunan tower, sudah pernah dicoba komunikasi dan bagus,” ungkapnya. (OL-7)
PT Telkom Indonesia dikabarkan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2024, pada 27 Mei 2025 mendatang.
Pada 2024, Telkomsel mencatatkan pertumbuhan pendapatan IndiHome B2C sebesar Rp26,6 triliun, atau tumbuh 101,2% secara tahunan.
Hingga akhir 2024, perseroan mempertahankan dominasinya di pasar telekomunikasi nasional dengan pencapaian pangsa pasar pendapatan tertinggi di industri yakni 51,8%.
Kolaborasi dan sinergi membuat semua target dan capaian untuk bersama dalam menjaga jaringan infrastruktur khususnya fiber optic dapat tercapai dengan baik.
Penguatan keterampilan bagi generasi muda terus dilakukan demi memenuhi kebutuhan tenaga kerja sektor industri.
PENGAMAT telekomunikasi dan media, Aditya Iskandar, menyampaikan apresiasi terhadap langkah Komdigi yang membuka konsultasi publik terkait alokasi pita frekuensi 1,4 GHz.
FENOMENA masalah komunikasi antara orangtua dan anak sudah terjadi sejak lama, dan bukan menjadi hal yang asing lagi.
Raihan prestasi pada IDEAS 2025 ini menjadi momentum penting dalam perjalanan UNJ sebagai kampus yang semakin diperhitungkan di tingkat nasional maupun internasional.
Rasa marah, kecewa atau khawatir merupakan reaksi yang wajar saat mengetahui pasangan terlibat dalam perilaku merugikan seperti judi online.
Cedera bising kronik yang berlangsung lama biasanya karena penggunaan listening device untuk mendengarkan musik dengan volume kencang lebih dari 60% selama berjam-jam.
UNTUK memperkuat program strategis nasional Koperasi Merah Putih, para pemangku kepentingan dari pemerintah, akademisi, dan komunitas profesional komunikasi
Penelitian University of Warwick mengungkap orangutan liar melakukan vokalisasi dengan kompleksitas berlapis, seperti komunikasi manusia.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved